Saat ini dunia masih diselimuti oleh pandemi yang disebabkan oleh penyebaran virus Covid-19. Belum juga selesai, dunia kembali diresahkan dengan virus Nipah yang kabarnya sudah mencapai negara tetangga, Malaysia.
Bahkan, virus Nipah ini termasuk dalam daftar salah satu dari 10 penyakit menular dari 16 penyakit yang diidentifikasi oleh organisasi kesehatan dunia, WHO sebagai risiko kesehatan terbesar masyarakat, bersama dengan Mers dan Sars, penyakit ini memiliki tingkat kematian yang jauh lebih tinggi daripada Covid-19.
Virus nipah ini ditemukan oleh seorang peneliti senior di Red Cross Emerging Infectious Disease-Health Science Centre di Thailand, Supaporn Wacharapluesadee.
"Kehadiran virus ini sangat mengkhawatirkan, karena belum ada obatnya jika tertular ke manusia. Untuk tingkat kematiannya sangat tinggi, sekitar 40-75% sesuai dengan lokasi penyebarannya," ungkap Wacharapluesadee.
Setidaknya ada berbagai macam faktor yang menjadikan virus nipah berbahaya dan dapat mengancam masyarakat.
Mulai dari proses inkubasi yang cukup lama sekitar 45 hari, menularkan melalui kontak secara langsung dan makanan, hingga mampu menginfeksi jenis hewan lainnya.
Berbagai gejala yang akan dialami jika seseorang terpapar virus Nipah ini antara lain masalah pernapasan seperti sakit tenggorokan dan batuk, lesu, hingga pembengkakan otak yang bisa menyebabkan kematian.
Ada beberapa alasan mengapa virus Nipah begitu menyeramkan, di antaranya, masa inkubasi penyakit yang lama yang dilaporkan bisa mencapai 45 hari dalam satu kasus, dapat memberikan banyak kesempatan bagi inang yang terinfeksi, bahkan mereka yang tidak sadar tengah tertular, untuk menyebarkannya.
Terkait virus Nipah ini, Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengingatkan kepada semua pihak agar mewaspadai potensi penyebaran virus nipah ke Indonesia dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah.
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tular Vektor dan Zoonotik Kemenkes, Didik Budijanto mengatakan bahwa Indonesia harus selalu waspada terhadap potensi penularan virus nipah dari hewan ternak babi di Malaysia melalui kelelawar pemakan buah.
Sampai saat ini kejadian infeksi virus nipah belum pernah dilaporkan di Indonesia walaupun pada 1999 pernah terjadi wabah virus nipah yang menyebabkan kematian pada ternak babi dan manusia di Semenanjung Malaysia.
Berdasarkan dari beberapa hasil penelitian menunjukkan adanya kelelawar buah yang bergerak secara teratur dari Semenanjung Malaysia ke Pulau Sumatera, khususnya Sumatera Utara yang berdekatan dengan Malaysia.