Seorang bocah bernama Ramadhan usia 9 tahun ini harus mengalami nasib miris. Dilansir dari Liputan6, kejadian menyedihkan ini dialami oleh seorang bocah yang tinggal di Kelurahan Labalawa, Kecamatan Betoambari, Kota Baubau.
Dia tewas di rumahnya karena tak mampu menerobos api saat pondoknya dilalap si jago merah.
Malam itu, dirinya lagi tidur bersama kakaknya Risno (16). Sedangkan neneknya yang biasa tinggal serumah dengan mereka, saat itu sedang menginap di rumah keluarganya di Kabupaten Tetangga.
Saat itu hanya Risno yang berhasil menyelamatkan diri
Risno yang bersama Ramadhan waktu itu rupanya berhasil menyelamatkan diri. Risno yang langsung bangun dan refleks melompat dari kamar dan berusaha lari keluar. Saat itu Risno juga mencoba menarik tangan adiknya langsung menuju pintu bagian depan.
Malangnya, pintu terkunci dan tak bisa dibuka karena sudah panik saat api mulai menyambar-nyambar. Kemudian Risno yang bertubuh lebih besar langsung menarik tangan adiknya menuju pintu belakang. Sedangkan Ramadhan yang masih kecil tidak berani menerobos panasnya kobaran sehingga ia terperangkap di dalam.
"Saya tarik tangannya. Saya panggil mari kita keluar dari rumah, tapi dia takut lewati api," ujar Risno
Jenazah korban tidak diurus warga
Jika biasanya banyak tetangga yang berbondong-bondong untuk gotong royong saat ada orang yang meninggal, tetangga korban ini justru tidak memberikan rasa simpati dan empatinya.
Pasalnya warga tak mengurus jenazah korban hingga menjelang sore. Warga beralasan, ada masalah dengan orangtua korban di kampung.
Menurut warga, ayah Ramadhan sempat memiliki utang dan ayah korban yang tidak diketahui namanya sempat meminjam sepeda motor milik salah satu warga.
Tapi sepeda motor ini tak pernah dikembalikan oleh ayah korban. Beberapa bulan menunggu, pemilik motor mendengar kabar jika ayah korban sudah berada di Kalimantan. Sedangkan ibu korban yang sudah pisah ranjang, tak tahu di mana keberadaannya.
"Ayahnya kabarnya di Kalimantan. Ibunya tidak tahu di mana. Waktu kebakaran itu, saya dengar dari warga. Langsung saya menuju lokasi ternyata rumahnya sudah dilalap api," kata La Eda, Ketua RT 03 Lingkungan Katapi Kelurahan Betoambari.
Kapolsek Murhum pun juga berusaha untuk menemui lurah dan warga setempat untuk mendiskusikan masalah ini. Menurutnya sangat tak patut jika masalah orangtua harus dibawa-bawa kepada anak.
“Kasian kan, bocah begitu sudah tewas terbakar kemudian saat akan dikebumikan dia masih dikait-kaitkan dengan masalah orangtuanya, ya kuburkan dululah," ujar Ipda Marvi Oksiriana.
"Kami berusaha bicara dengan lurah via telepon karena dia lagi di luar kota, Ketua RT dan warga. Setelah ada diskusi, jenazah korban dikuburkan sore harinya," tambahnya.
Peristiwa yang dialami Ramadhan ini memang sangat memilukan. Ia harus tewas dengan cara terbakar dan jasadnya pun tidak ada yang mengurusi akibat dosa yang dilakukan orangtuanya. Sebagai seorang warga yang hidup bermasyarakat seharusnya kita bisa memberikan empati dan simpati kita. Apalagi korban masih kecil.