Innalillahi wa inna ilaihi rajiun. Istri dari pendakwah kondang KH Zainuddin MZ, Siti Khalilah binti H. Ayub meninggal dunia pada Sabtu (2/1) pukul 09.00 WIB.
Kabar tersebut diperoleh dari cuitan Twitter pengasuh Pondok Pesantren Miftahul Huda Pangandaran Tubagus Salim Idrus.
"Semoga beliau husnul khatimah dan mendapat tempat yang terbaik di sisi Allah SWT. Laha Al Fatihah," ujarnya di Twitter-nya.
Unggahan tersebut menuai tanggapan dari warganet.
Mereka mendoakan agar almarhumah husnul khatimah dan diampuni dosanya.
"Innalillahi wa innailaihi roji'uun ... turut berduka yg mendalam atas berpulangnya beliau , semoga diterima amalnya dan diampunkan segala dosanya ... Aamiin YRA, Al Fatihah," ujar salah satu warganet dengan akun @satrio7108.
Tidak hanya di Twitter, Kabarmakkah.com juga menerima pesan via WhatsApp yang menginformasikan istri dari KH Zainuddin MZ meninggal dunia.
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun,
Telah berpulang ke Rahmatullah Ibu Hj Siti Khalilah istri dari KH Zainuddin MZ
Pada hari Sabtu 2 Januari 2021
Jenazah disemayamkan dirumah duka jl H Aom Gandaria Jakarta Selatan
Semoga Allah mengampuni dosa beliau dan diterima amal ibadah semasa hidupnya.
Mohon doa dan mohon dimaafkan jika Almarhumah memiliki kesalahan
Al Faatihah ..." tulis pesan WhatsApp tersebut.
Profil KH Zanuddin MZ
Mengutip Wikipedia, KH Zainuddin Hamidi atau dikenal sebagai KH Zainuddin MZ lahir di Jakarta, 2 Maret 1952.
Ia meninggal di Jakarta, 5 Juli 2011 pada umur 59 tahun.
Ia adalah seorang pemuka agama Islam di Indonesia yang populer melalui ceramah-ceramahnya di radio dan televisi.
Julukannya adalah "Dai Sejuta Umat" karena dakwahnya yang dapat menyentuh seluruh lapisan masyarakat.
Ia pernah menjabat sebagai ketua umum Partai Bintang Reformasi, kemudian digantikan oleh Bursah Zarnubi.
Seiring pergantian tersebut, terjadilah friksi di dalam partai.
Zainuddin yang pernah aktif di Partai Persatuan Pembangunan (PPP) kemudian dikabarkan kembali ke partai berlambang Ka'bah itu atas tawaran Ketua Umum Dewan Pimpinan Pusat PPP Suryadharma Ali.
Zainuddin menempuh pendidikan tinggi di IAIN Syarif Hidayatullah dan berhasil mendapatkan gelar doktor honoris causa dari Universitas Kebangsaan Malaysia.
Karir
Karena ceramahnya sering dihadiri puluhan ribu ummat, maka tak salah kalau pers menjulukinya ‘Dai Sejuta Umat’.
Suami Hj Kholilah ini semakin dikenal masyarakat ketika ceramahnya mulai memasuki dunia rekaman. Kasetnya beredar bukan saja di seluruh pelosok Nusantara, tetapi juga ke beberapa negara Asia.
Sejak itu, dai yang punya hobi mendengarkan lagu-lagu dangdut ini mulai dilirik oleh beberapa stasiun televisi.
Bahkan dikontrak oleh sebuah biro perjalanan haji yang bekerjasama dengan televisi swasta bersafari bersama artis ke berbagai daerah yang disebut "Nada dan Dakwah".
Kepiawaian ceramahnya sempat mengantarkan Zainuddin ke dunia politik.
Pada tahun 1977-1982 ia bergabung dengan partai berlambang Ka’bah (PPP).
Jabatannya pun bertambah, selain dai juga sebagai politikus. Selain itu, keterlibatannya dalam PPP tidak bisa dilepaskan dari guru ngajinya, KH Idham Chalid.
Sebab, gurunya yang pernah jadi ketua umum PBNU itu salah seorang deklarator PPP.
Dia mengaku lama nyantri di Ponpes Idham Khalid yang berada di bilangan Cipete, yang belakangan identik sebagai kubu dalam NU.
Sebelum masuk DPP, dia sudah menjadi pengurus aktif PPP, yakni menjadi anggota dewan penasihat DPW DKI Jakarta.
Lebih jauh lagi, berkat kelihaiannya mengomunikasikan ajaran agama dengan gaya tutur yang luwes, sederhana, dan dibumbui humor segar, partai yang merupakan fusi beberapa partai Islam itu jauh-jauh hari (sejak Pemilu 1977) sudah memanfaatkannya sebagai vote-getter.
Bersama Raja Dangdut Rhoma Irama, Zainuddin berkeliling berbagai wilayah mengampanyekan partai yang saat itu bergambar Ka’bah -sebelum berganti gambar bintang.
Hasil yang diperoleh sangat signifikan dan mempengaruhi dominasi Golkar.
Tak ayal, kondisi itu membuat penguasa Orde Baru waswas.