Beberapa tenaga kesehatan (nakes) mengaku enggan disuntik vaksin COVID-19 Sinovac asal China. Hal ini dikarenakan mereka ragu dengan kemampuan vaksin tersebut untuk melawan Covid-19.
Salah satu nakes di Kota Medan, mengaku menolak divaksin yang akan dilakukan pada pekan depan karena dinilai meragukan.
"Masih sangsi karena belum lulus uji klinis dan masih diragukan," ujar Syifa, salah satu nakes di salah satu Puskesmas Kota Medan, seperti dilansir dari Era.id, Selasa (5/1/2021).
Namun, ia mendapatkan kabar vaksin tersebut belum teruji klinis dan kemampuannya hanya dari kabar antar sesama nakes.
"Saya dapat infonya dari grup WA aja," sambungnya.
Tak hanya di Medan, Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Kota Solo Adji Suwandono, juga mengaku ada sejumlah nakes yang enggan menerima suntikan vaksin karena beberapa alasan.
"Kalau secara kelembagaan kami jelas mendukung (adanya vaksin). Tapi kami kembalikan lagi ke masing-masing nakes, silahkan menerima atau menolak," kata Adji.
Dia mendorong pemerintah agar segera memberikan vaksin pada para nakes. Sebab setiap hari nakes menanggung risiko terpapar virus ini. Setiap hari mereka berinteraksi dengan orang yang terinfeksi Covid-19.
Adji mengimbau nakes dan anggotanya untuk menerima vaksin ini. Sebab dengan menerima vaksin bisa menekan potensi penularan Covid-19.
"Entah efektif atau tidak, kalau saat ini kita tidak berbuat apapun sama saja mati konyol. Tapi lebih baik menerima vaksin dengan segala resikonya. Ini menjadi upaya dan ikhtiar. Hasilnya kita serahkan pada yang membuat hidup saja," kata Adji.
Dia yakin jika vaksin yang digunakan pemerintah saat ini dilakukan melalui tahapan pengujian standar. Penerima vaksin diwajibkan melalui penyaringan supaya syarat-syarat terpenuhi.
Syarat yang ditentukan yakni usia antara 18-59 tahun, tekanan darah kurang dari 140/90, tidak demam, tidak hamil atau menyusui, dan tidak ada penyakit penyerta seperti diabetis melitus.
'Semua sudah dibuat sedemikian rupa supaya aman," ucapnya.
Terkait hal ini IDI Solo sudah koordinasi dengan Pengurus Besar IDI terkait adanya penolakan tersebut. Dia mengimbau anggotanya untuk tetap menerima vaksin ini.
Namun jika ada yang menolak, semua dikembalikan ke masing-masing nakes.
"Kalau tetap menolak ya kembali ke prinsip otonomi. Kami tidak bisa memaksa," ucapnya.
Sementara itu Direktur RSUD Bung Karno Solo, Wahyu Indianto mengatakan vaksin Sinovac yang dipilih pemerintah sudah melalui tahapan pengujian standar. Sehingga tidak ada alasan untuk menolak. Meskipun saat ini pengujian baru pada tahap ketiga, yakni vaksin bisa digunakan dengan Emergency Use Authorization (EUA) dari Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
"Memang idealnya lima tahap, tapi saat ini kondisinya darurat. Sudah di tahap ketiga saya rasa cukup," ucapnya.
Dia mengaku ada nakes di RSUD Bung Karno yang juga menolak mendapat vaksin Sinovac. Tapi penolakan ini didasarkan pada individu nakes masing-masing.
"Ada yang menolak karena komorbid. Tapi pada dasarnya semua sudah siap," katanya.
Sementara itu, Juru Bicara Vaksin COVID-19, dr Reisa Broto Asmoro meminta seluruh tenaga kesehatan untuk membantu menyukseskan program vaksinasi Corona yang akan dilakukan pemerintah dalam waktu 15 bulan ke depan.
Reisa mengatakan bahwa para tenaga medis seharusnya mengikuti seluruh instruksi dari pemerintah yang sudah menempatkan mereka pada prioritas pertama yang akan disuntik vaksin setelah Presiden Joko Widodo.
"Saat perlindungan sudah ada di depan mata maka kita harus segera ambil kita manfaatkan dengan baik, tidak perlu menunggu apalagi menunda dengan sengaja. Ingat janji dan sumpah profesi kita untuk membaktikan hidup guna kepentingan perikemanusiaan," kata dr Reisa dalam jumpa pers dari Istana Negara, Jakarta, Senin (4/1)