Eks Menteri Sosial Bachtiar Chamsyah menyarankan Tri Rismaharini lebih baik fokus pada pekerjaan utamanya daripada blusukan ke sana kemari.
Sebagai mensos, Risma lebih baik menunaikan amanat yang diberikan Presiden Joko Widodo menyalurkan bantuan agar tepat sasaran.
"Saya melihat Ibu Menteri Sosial ini blusukan sampai ke kolong jembatan. Bukan itu yang harus dikerjakan fokus utama sekarang ini. Di sisi lain, blusukan juga kesannya politis, lebih banyak ingin publikasi," kata Bachtiar Chamsyah.
Menurutnya, kerja prioritas saat ini adalah mendistribusikan bantuan karena dampaknya sangat besar untuk membantu masyarakat kecil di masa pandemi. Untuk urusan blusukan bisa diserahkan ke jajaran di bawahnya atau pemerintah daerah.
"Saya mengusulkan, bagaimana bantuan yang distribusikan oleh presiden itu bisa tepat sasaran umpamanya. Sekarang kan anggaran Kemensos itu besar. Hitungan saya mungkin sekitar Rp 92,8 triliun, PKH saja itu Rp 34 triliun, itu bukan anggaran yang kecil," katanya.
Kalau itu tepat sasaran, tepat waktu, maka akan berdampak besar untuk mengangkat kemiskinan. Persoalan yang paling mendasar di sana adalah tentang data. Apakah data penerima yang diberikan itu sesuai dengan kriteria ditentukan?
"Jika datanya tidak tepat maka timbul masalah. Misalnya orang itu pindah, meninggal, tentu penting ada updating data. Itu bukan pekerjaan yang mudah," terangnya.
Mantan menteri di era Kabinet Gotong Royong dan Kabinet Indonesia Bersatu ini juga mengaku heran dengan temuan tunawisma di jalan protokol utama ibu kota. Karena wilayah itu dipantau Pemprov DKI Jakarta dan sepanjang pengetahuannya wilayah itu steril.
"Saya melihat tentu terkejut, sepanjang pengetahuan saya itu enggak ada tunawisma atau pengemisnya. Pemda menjaga betul wibawa Jakarta karena ini kan ibu kota maka akan dijaga sampai 24 jam.
Kalau dengan tiba-tiba saja muncul pengemis di sana, Bachtiar Chamsyah pun merasa heran. Sebenarnya yang lebih tahu itu adalah pemerintah daerah.
Apalagi jika dicek lagi di media sosial disebutkan ternyata yang bersangkutan adalah tukang kelapa. Karenanya, perlu dilihat kembali apa benar itu tunawisma tidak punya rumah, apa bukan dari luar kota misalnya.
"Saya melihat dan membaca di media sosial agak aneh bahwa yang ditemukan itu ternyata dia tukang kelapa. Kan agak aneh-aneh."
"Jadi sudahlah, serahkan saja kepada Dirjen yang ada, konsultasi sama pemerintah daerah. Kita tidak mau mencari masalah-masalah baru, sebaiknya fokus untuk menyelesaikan dampak pandemi ini," pungkas Bachtiar Chamsyah.