Sudah sepekan lebih sejak pendakwah kondang Syekh Ali Jaber meninggal dunia, Kamis (14/1/2021) lalu.
Namun pemberitaan mengenai pria asal Madinah, Arab Saudi itu masih terus mengalir.
Kebaikannya seakan tak habis-habis untuk dibahas.
Termasuk kenangannya bersama anak-anak penghafal Alquran yang mengesankan.
Syekh Ali Jaber dikenal dekat anak-anak penghafal Alquran.
Terlebih, ia pernah menjadi juri Hafiz Indonesia di salah satu stasiun TV nasional yang membuatnya terkenal.
Di antara anak penghafal Alquran yang terikat kedekatan dengannya adalah Alana Ragil Prasetya, warga Desa Prigi, Kecamatan Sigaluh Banjarnegara.
Alana sempat mencuri perhatian juri Hafiz Indonesia, termasuk Syekh Ali Jaber saat tampil mengagumkan pada acara tersebut.
Alana, bocah dengan keterbatasan fisik dan harus memakai kursi roda saat itu, begitu fasih melafalkan ayat-ayat suci Alquran yang dihafalnya.
Syekh Ali mencurahkan perhatian dan sayangnya dengan sering mencium dan memeluk tubuh Alana.
Ia juga tak segan mencium tangan bocah kecil itu.
Setelah sekian lama pensiun dari acara Hafiz Indonesia, Alana kini tinggal dan melanjutkan studinya di Banjarnegara.
Ternyata, hubungan Syekh Ali dan keluarga Alana tak putus begitu saja.
Mereka masih menjalin komunikasi meski melalui sambungan telepon.
Hingga hari berkabung itu datang, Syekh Ali Jaber dikabarkan meninggal dunia, (14/1/2021).
Berita tentang kepergian Ali yang membanjiri media massa seperti serbuan anak panah yang menghunus dadanya.
Alana begitu terpukul, guru Alquran nya pergi untuk selamanya.
Air matanya deras.
Suaranya patah-patah.
Nafasnya terengah-engah.
"Waktu Syekh Ali meninggal, Alana mendengar kabar langsung menangis terus sehari.
Tidak mau makan, " kata Darsiah, ibu Alana, Sabtu (23/1/2021).
Meski tak bisa takziah langsung, Alana mengikuti terus perkembangan berita mengenai Syeikh Ali Jaber di media massa.
Ia yang tak memiliki televisi di rumah, bahkan harus menumpang di rumah tetangga agar bisa menyaksikan siaran televisi.
Darsiah pun ikut terpukul.
Ia tak kuasa meneteskan air mata. Tubuhnya lemas.
Tenaganya seketika hilang. Ia setia menemani Alana di depan televisi untuk menyaksikan siaran langsung tentang pengurusan jenazah Syeikh Ali Jabeer.
Ibu dan anak itu mengikuti terus perkembangan berita itu sejak jenazah Syaikh Ali di Rumah Sakit Yarsi Jakarta hingga dimakamkan.
Alana sampai tak mau makan karena kenyang dengan kesedihan.
"Cuma bangun salat terus di depan TV lagi, salat Duhur sampai Magrib.
Kan selesai pemakamannya Maghrib, " katanya
Darsiah terus berusaha menenangkan anaknya.
Meski ia sendiri rapuh sebenarnya.
Ia juga terus membujuk buah hatinya agar mau makan.
Takdir tak boleh disesali.
Darsiah meminta Alana untuk mengikhlaskan.
Ajal bisa datang kepada siapa saja yang Allah kehendaki.
Hanya kapan dan dengan cara apa orang meninggal, rahasia Ilahi.
Daripada meratapi takdir, Darsiah mengajak Alana untuk mendoakan gurunya agar mendapat tempat yang layak di sisi-Nya.
Selebihnya, ia meminta anaknya mengamalkan ilmu yang diajarkan Syekh Ali Jaber sewaktu masih hidup.
Dengan cara itu, ilmu yang diajarkan Syekh Ali Jaber akan bermanfaat.
Pahala untuk orang yang telah meninggal akan terus mengalir karena ilmu yang diajarkannya di dunia bermanfaat.
"Mulai sekarang Alana harus berusaha mengerjakan apa yang diajarkan Syeikh Ali biar Syekh dapat pahala terus karena ilmunya bermanfaat, " nasehat Darsiah untuk anaknya.