Di momen libur nataru, natal dan tahun baru, rapid test antigen mendadak populer. Pemicunya, sejumlah tempat daerah dan tempat wisata mewajibkan rapid test antigen bagi mereka yang datang.
Sebelum rapid test antigen ramai diburu, ada yang namanya rapid test antibodi. Lalu, apa kira-kira perbedaan rapid test antigen dan antibodi.
Bukannya keduanya sama-sama rapid test?
Dari siaran pers Humas RS UI yang diterima Kabarmakkah.com, Jumat (25/12), rapid test antigen dan rapid test antibodi berkaitan dengan pencegahan dan pengendalian COVID-19 untuk tujuan perjalanan, maupun kegiatan tracing di Indonesia.
Pemeriksaan rapid test antigen merupakan hal yang berbeda dengan rapid test antibodi. Sebab, metode rapid test antigen menggunakan usap (swab), alias sampel dahak.
Sehingga, rapid test antigen terkadang disebut juga dengan swab antigen. Sebab, metodenya mirip swab.
Namun, pada pemeriksaan rapid test antigen, yang dideteksi adalah komponen virus, dengan sampel lendir yang diambil dari dalam hidung. Manfaatnya dapat mendeteksi infeksi aktif SARS-CoV-2.
"Sedangkan pemeriksaan rapid test antibodi yang dideteksi adalah antibodi yang dihasilkan oleh sistem kekebalan tubuh pasien bukan komponen virus, sampel yang digunakan adalah darah dan manfaatnya dapat menilai apakah seseorang pernah terinfeksi (jari seseorang ditusuk lalu diambil darahnya)," demikian isi pernyataan Humas RS UI.
Beberapa kondisi rapid test antigen dapat digunakan di antaranya:
Investigasi cepat bila terjadi kecurigaan wabah di suatu tempat yang sifatnya semi-tertutup atau tertutup, terutama bila hasil Polymerase Chain Reaction (PCR) tidak bisa keluar cepat. Hasil positif [rapid antigen] dapat membantu untuk segera melakukan tindakan pencegahan penularan infeksi lebih luas.
Mendukung investigasi wabah pada tempat di mana orang banyak berkumpul, seperti asrama, panti asuhan, panti jompo, pabrik, pesantren, sekolah, perkantoran, kapal pesiar. Rapid test antigen dapat digunakan untuk segera melakukan skrining pada orang yang rentan terinfeksi sehingga isolasi dapat segera dilakukan.
Penapisan pada orang yang kontak erat tanpa gejala.
Pemantauan tren insidensi penyakit COVID-19 di masyarakat, terutama bagi pekerja di bidang kesehatan atau bidang esensial lain (yang tetap harus bekerja di kantor, tidak bisa Work from Home (WFH))
Pemilihan rapid test antigen yang berkualitas sangat penting, World Health Organization (WHO) mensyaratkan agar rapid test antigen SARS-CoV-2 yang digunakan memiliki sensitivitas ≥80% dan spesifisitas ≥97%RS UI
RSUI telah menyediakan pemeriksaan rapid test antigen untuk dapat mendeteksi antigen SARS Cov-2 (protein virus penyebab COVID-19) dalam hitungan menit. Dalam hal ini, RSUI menggunakan rapid test antigen dengan sensitivitas 93.3% dan spesifisitas 99.4%.
Lalu ada juga tes COVID lainnya yang namanya PCR, apa itu? Swab PCR adalah pengambilan sampel melalui hidung (nasofaring) dan tenggorokan (orofaring).
Tes swab PCR atau Real-time Reverse Transcription Polymerase Chain (RT-PCR), adalah tes yang dilakukan untuk membaca kode genetik pada sampel untuk mengetahui keberadaan virus pada tubuh seseorang.
Berdasarkan sebuah penelitian yang dilakukan lembaga riset nirlaba Foundation for Innovative New Diagnostics (FIND), tes PCR punya sensitivitas mencapai 100 persen dan spesifisitas 96 di lingkungan terkontrol.
Tes PCR dilakukan dengan metode pengambilan sampel di pangkal hidung dan tenggorokan. Prosesnya pun tidak lama, hanya sekitar 15 detik saja. Selanjutnya, sampel tersebut akan dibawa ke laboratorium untuk dianalisis.
Tes PCR dianggap memberikan hasil yang paling akurat. Sayangnya, diperlukan waktu yang lebih lama untuk mengetahui hasilnya. Sebenarnya, hasil tes ini bisa didapatkan dalam waktu beberapa jam.
Namun, karena banyaknya spesimen serta kapasitas lab yang kurang mencukupi, hasil tes swab PCR di Indonesia sering memakan waktu 1 sampai 3 hari. Biaya untuk tes PCR juga terbilang tidak murah yakni, sekitar Rp 1 sampai 2 juta tergantung pada berapa lama hasilnya akan keluar.