Indonesia mengimpor vaksin Covid-19 dari produsen vaksin asal China, Sinovac Biotech Ltd.
Melalui PT Bio Farma, Indonesia mengklaim bahwa vaksin keluaran Sinovac Biotech Ltd, mampu menciptakan 97% antibodi, yang dapat melindungi diri dari paparan Covid-19.
Namun ketika dimintai keterangan, apakah klaim tersebut berasal dari Sinovac, PT Bio Farma justru bungkam tak berkomentar.
Menanggapi klaim yang dikeluarkan PT Bio Farma tersebut, pihak Sinovac justru menyatakan bahwa vaksin yang diproduksinya belum tentu efektif melindungi individu dari paparan Covid-19.
Sinovac menjelaskan, pihaknya masih melakukan analisis data dari uji coba Fase III, yang mana pihaknya berharap hasil dari uji coba tersebut dapat mengklaim seberapa efektif vaksin tersebut dalam menghalau virus Covid-19.
Berbeda dengan produsen vaksin Covid-19 lainnya, pengembang vaksin asal Tiongkok ini dengan cepat merilis kepada publik akan hasil dari uji coba Fase III.
Oleh karena itu, sulit bagi Sinovac untuk melakukan perbandingan kualitas vaksin yang diproduksinya dengan vaksin yang berasal dari produsen lainnya.
Bahkan, menurut Sinovac mereka masih membutuhkan waktu untuk dapat persetujuan penggunaan vaksin Covid-19 yang diproduksinya agar dapat disetujui oleh umum.
Namun, vaksin produksi Sinovac telah tersebar di berbagai wilayah di Tiongkok di bawah program penggunaan darurat Tiongkok.
Penyebaran vaksin secara masal tersebut, jelas saja mengundang kekhawatiran terhadap ilmuwan apa dampak terburuk yang ditimbulkan ketika seseorang mendapatkan suntikan vaksin tersebut.
Pasalnya, para ilmuwan butuh waktu lebih untuk memahami potensi risiko yang ditimbulkan akibat dari penggunaan vaksin Covid-19.
Sementara itu, Pfizer Inc bulan lalu menyatakan bahwa vaksin Covid-19 yang diproduksinya, memiliki tingkat perlindungan lebih dari 90 persen.
Selain itu, produsen vaksin lainnya seperti Moderna Inc yang mengharapkan efektifitas tinggi, serta Vaksin Astrazeneca Plc, vektor virus yang dikembangkan oleh Universitas Oxford menghentikan percobaannya, pasalnya 70 persen partisipan pada analisis awal percobaan mereka, justru jatuh sakit.
Oleh karena itu, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) masih mempertimbangkan vaksin yang layak digunakan, setidaknya vaksin tersebut 50 persen dapat melindungi individu dari paparan Covid-19.