1,2 juta dosis vaksin Sinovac telah dibeli oleh pemerintah Indonesia, dan menyusul 1,8 juta dosis lagi di awal tahun 2021 nanti.
Meski belum ada kepastian mengenai efektivitas vaksin tersebut, Pemprov DKI telah mengatur sanksi bagi warga yang menolak divaksin Covid-19.
Peraturan ini tertuang dalam Perda No. 2 Tahun 2020 Tentang Penanggulangan Corona Virus Disease 2019 yang ditandatangani Gubernur Anies Baswedan pada 12 November 2020.
Diatur dalam Pasal 30, warga yang menolak diberi vaksin Covid-19 terancam denda sebesar Rp5 juta.
"Setiap orang yang dengan sengaja menolak untuk dilakukan pengobatan dan/atau vaksinasi Covid-19, dipidana dengan pidana denda paling banyak sebesar Rp5.000.000,00 (lima juta rupiah)," bunyi peraturan tersebut.
"Berbunyi (aturan) seperti itu, bagi siapa saja yang tidak mau sesuai dengan peraturan ketentuan, ada dendanya atau sanksinya di antaranya tidak mau divaksin, (bisa) didenda," kata Wakil Gubernur DKI Jakarta Ahmad Riza Patria, Rabu (16/12/2020).
Tidak hanya penolak vaksin, mereka yang menghalang-halangi proses vaksinasi juga terancam denda mulai dari Rp5 juta hingga Rp7 juta.
Selain denda untuk warga yang menolak disuntik vaksin Covid-19, Perda tersebut juga mengatur pemberian sanksi untuk warga yang tidak memakai masker, menolak tes PCR, membawa pulang jenazah pasien Covid-19 tanpa izin, serta pasien Covid-19 yang sengaja meninggalkan fasilitas kesehatan tanpa izin, alias kabur.
Menkes Terawan sendiri mengaku belum bisa memastikan efektivitas vaksin Covid-19 Sinovac yang telah dibeli oleh pemerintah Indonesia.
Saat dicecar oleh anggota Komisi IX DPR RI, Saleh Partaonan Daulay dari Fraksi PAN dalam rapat bersama, Menkes Terawan mengatakan bahwa efektivitas vaksin Sinovac belum bisa dipastikan.
Terawan hanya mengatakan bahwa vaksin Covid-19 buatan Sinovac tersebut masih menjalani uji klinis tingkat III.
"Sudah pernah nggak dipakai di negara lain? Maksud saya di negara mana yang sudah berhasil? Supaya kejadian pasca imunisasi bisa dibandingkan juga itu dengan negara lainnya. Apakah sudah berhasil di negara China sendiri?" tanya Saleh, Kamis (11/12/2020).
Menkes Terawan menjawab bahwa vaksin Sinovac belum tentu langsung dipakai di Indonesia, karena masih menunggu izin dari BPOM yang tengah melakukan observasi dan evaluasi.
"Nah di dunia yang baru keluar EUA (Emergency Use of Authorization), baru Pfizer kemarin yang baru disuntik, yang baru saja, yang lain belum pernah ada, vaksinasi belum ada pak. Kalau ada ribuan orang dikerjakan itu masih dalam kapasitas uji klinis 3 yang dilebarkan mau berapa pasiennya," kata Terawan.
Klarifikasi Sinovac soal efektivitas vaksin buatannya
Sinovac Biotech Ltd sendiri telah memberikan klarifikasi terkait kemanjuran vaksin COVID-19.
Klarifikasi tersebut disampaikan untuk menanggapi pernyataan dari PT Bio Farma yang sebelumnya menyebut efektivitas vaksin COVID-19 telah mencapai 97% dalam uji klinis awal.
Dilansir Bloomberg, Sinovac Biotech Ltd mengatakan bahwa hingga saat ini masih belum diketahui soal kemanjuran dari vaksin tersebut. Lebih lanjut, angka 97% itu mengacu pada tingkat serokonversi.
Namun, tingkat serokonversi ini terpisah dari tingkat kemanjuran vaksin. Artinya, tingkat serokonversi yang tinggi belum tentu efektif melindungi pasien dari COVID-19.
Saat ini, Sinovac dan mitranya masih menganalisis data dari uji coba Fase III yang lebih besar di Brasil. Dari hasil uji coba tersebut, diharapkan bisa memperoleh indikasi seberapa efektif suntikan vaksin tersebut berdasarkan data dari sekitar 60 kasus Covid-19.
Hingga saat ini, tidak ada pengembang vaksin China terkemuka yang merilis data secara publik mengenai kemanjuran suntikan vaksin COVID-19 dalam uji coba Fase III. Oleh karena itu, sulit membandingkan vaksin mereka dengan vaksin yang lainnya.
Meski demikian, dosis telah diberikan ke ratusan ribu orang dalam program penggunaan darurat di China.
Langkah tersebut membuat para ilmuwan khawatir dan prihatin, sebab keselamatan penggunaan vaksin itu belum dipelajari secara menyeluruh.
Pihak Bio Farma pada Selasa (8/12/2020) juga telah memberikan klarifikasinya. Mereka mengatakan bahwa kemanjuran vaksin Sinovac masih belum bisa dipastikan.
"Mengenai efikasi yang ada pada calon vaksin COVID-19 dari Sinovac, Sekretaris Perusahaan Bio Farma, Bambang Heriyanto, mengatakan, belum dapat ditentukan saat ini, dan harus menunggu sampai datanya cukup," demikian pernytaan resmi Bio Farma lewat akun Twitter resminya.