Ada empat kasus penerima vaksin Covid-19 dari Pfizer mengalami lumpuh otot wajah atau Bell’s Palsy.
Akibat lumpuh otot ini, sisi wajah penerima vaksin Pfizer ini tampak melotot. Apakah ini efek samping pemakaian vaksin Covid-19?
Dokumen kasus lumpuh otot wajah setelah divaksin Pfizer ini dirilis menjelang pertemuan Komite Penasihat Vaksin dan Produk Biologi Terkait (VRBPAC) pada 10 Desember 2020 kemarin.
Pakar Neurologi di David Geffen School of Medicine di UCLA, Jason D Hinman meluruskan kasus tersebut.
Dikatakan, lumpuh otot wajah terjadi karena kerusakan pada saraf kranial ketujuh yakni salah satu saraf wajah.
“Ini bisa terjadi akibat trauma, tetapi lebih sering terjadi karena infeksi virus pada saraf itu sendiri,” ucapnya seperti dilansir dari Antara News pada Jumat, 11 Desember 2020.
Jika berkaitan dengan infeksi virus, apakah berkaitan dengan Vaksin Covid-19 jenis Pfizer?
Menanggapi dugaan itu, Hinman tidak yakin. Apakah lumpuh otot wajah dalam kasus ini disebabkan karena efek samping vaksin Pfizer yang disuntikkan.
“Saya tidak dapat membuat hubungan langsung dengan vaksin dan menduga ini kebetulan,” terangnya.
Dikatakan, selama ini, kasus Bell’s Palsy terjadi pada kira-kira 20 dari 100.000 orang.
“Sementara studi Pfizer memeriksa 38.000 pasien, jadi empat kasus Bell's Palsy disebut berada dalam insiden normal yang diamati,” jelasnya.
Masalah serupa muncul beberapa dekade yang lalu, ketika beberapa kasus orang terisolasi mengalami Bell’s Palsy setelah mendapatkan vaksin flu.
Tapi tidak ada penelitian yang berhasil menemukan hubungan antara vaksin flu dan lumpuh otot wajah.
Dikatakan, gejala Bell’s Palsy biasanya hanya memengaruhi satu sisi wajah. Tapi tidak menutup kemungkinan menyerang kedua sisinya.
Gejalanya bervariasi tetapi umumnya satu sisi wajah tiba-tiba terasa lemah, kelopak mata atau sudut mulut yang terkulai, air liur yang keluar, ketidakmampuan untuk menutup mata atau mulut, perubahan rasa, dan keluarnya air mata yang berlebihan.
Gejala bisa muncul tiba-tiba dan mencapai puncaknya dalam 72 jam. Pada kondisi yang lebih parah bisa membuat penderita lumpuh total.
National Institute of Neurological Disorders and Stroke (NINDS) menyebut kondisi ini bisa dialami orang-orang dari segala usia.
Faktor risikonya termasuk kehamilan, preeklampsia, obesitas, hipertensi, diabetes, dan penyakit saluran pernapasan atas
“Lalu, haruskah Anda khawatir tentang vaksin COVID-19 yang menyebabkan Bell’s Palsy? Mungkin tidak, karena tidak ada hubungan yang ditemukan,” tandasnya.