Kepala Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Doni Monardo mengatakan bencana adalah kejadian yang berulang sehingga masyarakat yang tinggal di wilayah yang pernah terjadi bencana harus selalu waspada.
"Jangan bosan-bosan mengingatkan bangsa kita. Semua daerah yang pernah mengalami bencana, akan berulang," kata Doni dalam Seminar Nasional Sosialisasi dan Pembelajaran Pemulihan Pascabencana yang diikuti secara daring dari Jakarta, dikutip Senin 21 Desember 2020.
Doni mengatakan hasil penelitian terhadap struktur tanah di lokasi, tsunami bukan yang pertama kali terjadi di Aceh. Penelitian menemukan bahwa tanah Aceh sudah berkali-kali mengalami tsunami.
Begitu pula dengan di Sulawesi Tengah. Beberapa literatur mencatat sejumlah bencana pernah terjadi di wilayah Palu dan sekitarnya.
Bahkan, peneliti geologi ITB Prof John Ario Katili pernah mengatakan Palu tidak tepat untuk menjadi ibukota provinsi karena potensi bencana yang bisa terjadi.
"Bencana selalu berulang. Hanya Allah, Tuhan yang maha kuasa yang tahu kapan akan bencana akan kembali terjadi," tuturnya.
Karena itu, Doni menyampaikan pujian dan ucapan terima kasih kepada para peneliti yang tidak ragu dan segan menyampaikan hasil riset di bidang kebencanaan.
Namun, dia berharap setiap hasil penelitian terkait bencana dikoordinasikan terlebih dahulu dengan kementerian/lembaga terkait sebelum dikomunikasikan kepada publik.
Terkait dengan kemungkinan bencana berulang, Doni mengatakan pemerintah sudah memutuskan zona merah di Palu dan sekitarnya yang tidak boleh dibangun kembali setelah bencana gempa, tsunami, dan likuefaksi.
"Jangan kembali ke tempat yang pernah terjadi tsunami. Entah kapan terjadi, kemungkinan akan terulang kembali," katanya.
Seperti diketahui sejumlah wilayah di Pulau Jawa menjadi daerah di Indonesia yang memiliki potensi terjadinya tsunami besar dengan ketinggian lebih dari 3 meter.
Hal ini berdasarkan "Kajian Nasional Bahaya Tsunami di Indonesia" yang didukung oleh Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) dan Australian Agency for International Development (AusAID) melalui Australia Indonesia Facility for Disaster Reduction (AIFDR).
Berdasarkan dokumen yang dikutip, 21 Desember 2020, peta-peta tsunami di dalamnya didasarkan pada metodologi kajian bahaya tsunami secara probabilitas yang memungkinkan untuk memperkirakan ketinggian tsunami dari berbagai kemungkinan yang mungkin terjadi.
Adapun 10 wilayah di Pulau Jawa yang berpeluang mengalami tsunami besar antara lain:
1. Garut, Jawa Barat
2. Cianjur, Jawa Barat
3. Ciamis, Jawa Barat
4. Purworejo, Jawa Tengah
5. Tasikmalaya, Jawa Barat
6. Wonogiri, Jawa Tengah
7. Kabupaten Blitar, Jawa Timur
8. Pandeglang Banten
9. Sukabumi Jawa Barat
10. Kebumen, Jawa Tengah
Temuan utama dalam kajian bahaya tsunami dalam dokumen tersebut diantaranya adalah wilayah dengan peluang terbesar untuk mengalami peringatan tsunami besar, yaitu tsunami lebih tinggi dari 3 meter dalam kurun setiap satu tahun adalah Lampung Barat, Kepulauan Mentawai dan Nias.
Diikuti oleh wilayah pesisir selatan Jawa, pesisir barat daya Sumatera dan beberapa bagian dari Bali dan Nusa Tenggara Barat yang semuanya memiliki peluang sebesar 2-10 persen.
Adapun wilayah dengan bahaya tsunami rendah adalah wilayah pesisir utara Jawa, pesisir timur Sumatra, dan pesisir Barat dan Selatan Kalimantan, serta pesisir selatan Papua.
Temuan tersebut juga menyoroti bahwa wilayah pesisir barat Sumatera, pesisir selatan Jawa dan Nusa Tenggara Barat dan Timur memiliki peluang bahaya tsunami terbesar di Indonesia.
Namun demikian, beberapa bagian di Indonesia timur, termasuk pesisir utara Papua, Sulawesi, Maluku dan Maluku Utara memiliki bahaya tsunami yang tinggi dan memiliki potensi untuk mengalami tsunami besar dan menghancurkan.