Di balik suka cita perayaan Natal, tersimpan kisah mengharukan salah seorang anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) NU yang patut untuk dikenang. Dia adalah Riyanto, yang tewas akibat ledakan bom Natal tahun 2000.
Saat itu, almarhum Riyanto ikut menjaga Gereja Eben Haezer di Jalan Kartini, Kota Mojokerto, Jawa Timur. Awalnya, Riyanto dan rekan lainnya bertugas seperti biasa. Berpatroli keliling gereja.
Namun, situasi berubah pada pukul 20.30 WIB. Persisnya ketika seorang jemaat menemukan dua barang mencurigakan di dua lokasi berbeda dalam lingkungan gereja. Pengurus gereja khawatir sekaligus panik. Mereka mengkhawatirkan dua benda mencurigakan itu berisi bom.
Pengurus gereja lantas memberitahukan temuan itu kepada anggota Banser NU yang melakukan penjagaan.
Setelahnya, Riyanto berinisiatif membuka bungkusan dalam tas hitam yang tampak terdapat kabel menjulur. Ia kemudian memutuskan untuk lari sekencang-kencangnya sembari membawa bom itu. Namun, bom dalam pegangannya itu keburu meledak. Riyanto tewas.
Aksi kemanusian Riyanto menyelamatkan ratusan jemaat gereja yang mengikuti misa Natal dengan membawa bom menjauh dari gereja akan selalu dikenang. Riyanto rela berkorban untuk orang banyak meski berbeda agama.
Untuk mengenang jasanya, Ketua Pimpinan Cabang (PC) Gerakan Pemuda (GP) Ansor Kota Mojokerto Ahmad Saifulloh mengatakan, pihaknya akan mewacanakan sosok Riyanto yang gugur dalam tragedi bom Natal tahun 2000 itu sebagai Pahlawan Nasional.
"Ada ikhtiar ke arah sana (mengajukan Rianto sebagai Pahlawan Nasional)," katanya, usai berziarah ke makam Riyanto di Kelurahan/ Kecamatan Prajurit Kulon, Kota Mojokerto, dalam keterangan resmi dikutip Jumat, 25 Desember.
Saifulloh berujar, upaya untuk mengajukan Riyanto sebagai pahlawan secara formal atau diakui negara sudah menjadi wacana pengurus PC GP Ansor Kota Mojokerto.
"Setelah ini kami akan mencoba mempelajari rangkaian untuk mengajukan Riyanto sebagai sosok Pahlawan Nasional yang patut kita apresiasi bersama," ujarnya.
Di mata pemuda Ansor, Riyanto merupakan seorang yang pendiam dan tak banyak bicara namun tegas. Almarhum Riyanto juga cerminan anggota Banser yang ideal.
"Sosok Riyanto dimata kami, Riyanto adalah seorang yang pendiam dan tidak banyak bicara tapi lugas. Namun dia tegas. Setiap komando dia akan langsung laksanakan tanpa ada pertanyaan apapun. Asal tidak sampai menyimpang dan tidak bertentangan dengan agama Islam," katanya.
Puluhan pemuda Ansor Kota Mojokerto menggelar apel kebangsaan dan ziarah ke makam pejuang toleransi ini. Apel setiap 25 Desember ini diikuti anggota Ansor dan Banser di Lapangan Prajurit Kulon.
Saifulloh berujar, upacara dan ziarah ke makam Riyanto merupakan upaya pihaknya menjaga dan melestarikan apa yang ditinggalkan oleh Riyanto, yakni perjuangan menjaga kerukunan, keharmonisan beragama dan bernegara.