Media Israel: Indonesia Sangat Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel

Media Israel: Indonesia Sangat Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel

author photo

 

Media Israel: Indonesia Sangat Ingin Normalisasi Hubungan dengan Israel


Indonesia dan Israel dikabarkan akan melakukan normalisasi hubungan. Jika itu benar maka artinya kedua negara ini akan memiliki hubungan diplomatik.


Kabar itu dihembuskan oleh Times of Israel yang mengutip Channel 12. Salah satu sumber diplomatik mengatakan kepada Channel 12 ada dua negara yang akan melakukan normalisasi hubungan dengan Israel yakni Oman dan Indonesia.


Menurut sumber itu, kedua negara yang dia sebutkan itu menjadi negara selanjutnya setelah Maroko dan Israel sepakat melakukan normalisasi hubungan. Selain itu ada beberapa negara Arab lain yang sudah melakukan normalisasi hubungan seperti Sudan, Bahrain, dan Uni Emirat Arab (UEA).


Normalisasi hubungan negara-negara itu dengan Israel disebut dilakukan sebelum Presiden Donald Trump Lengser dari jabatannya.


Kemlu RI menanggapi pemberitaan tersebut. Pihaknya menegaskan hingga saat ini Indonesia tidak melakukan proses apapun terkait normalisasi hubungan dengan Israel.


"Kemlu RI tidak melakukan langkah-langkah seperti yang dituliskan oleh media di atas, dan saya tidak tahu latar belakang tulisan tersebut," kata Juru Bicara Kementerian Luar Negeri RI, Teuku Faizasyah.


Faizasyah menyatakan sampai saat ini pemerintah Indonesia masih tetap berpegang terhadap konstitusi dan melanjutkan dukungan terhadap kemerdekaan Palestina.


"Pelaksanaan politik luar negeri yang dijalankan Kemlu dalam konteks konflik Palestina-Israel senantiasa berpegang pada amanat konstitusi," lanjut Faizasyah.


Jika itu benar apa untung dan ruginya buat ekonomi RI? Ekonom dari Center of Reform on Economic (CORE) Indonesia Yusuf Rendy Manilet menilai, Indonesia bisa memanfaatkan Israel sebagai pasar non-tradisional.


"Tentu, ini selera karena perekonomian Israel yang potensial mengingat negara ini mempunyai pendapatan per kapita hingga US$ 42 ribu. Artinya dengan kelas konsumsi ini permintaan terhadap produk barang dan jasa bisa dalam bentuk apapun mulai dari produk mentah hingga produk jadi," terangnya kepada detikcom, Senin (14/12/2020).


Di samping itu, lanjut Rendy, Israel memiliki perkembangan teknologi yang merupakan salah satu terbaik di dunia. Hal itu bisa dimanfaatkan dengan menggandeng Israel untuk investasi di bidang teknologi.


Direktur Eksekutif Indef, Tauhid Ahmad mencatat, produk-produk impor terbesar di Israel adalah berlian. Israel memang dikenal sebagai negara terbesar untuk pemrosesan dan perdagangan berlian dunia.


Lalu impor terbesar lainnya adalah minyak mentah dan kendaraan bermotor. Menurut Tauhid jika dilihat dari portofolio impornya, Indonesia tidak bisa mengambil keuntungan.


"Sepertinya kita belum punya peluang, karena dia butuhnya diamond, minyak mentah, kendaraan bermotor seperti mobil termasuk pesawat. Jadi kebutuhan impronya seperti itu, saya belum tahu produk pertanian dan lainnya," terangnya.


Tauhid melanjutkan, jika dilihat dari negara tujuan ekspor Indonesia, kawasan timur tengah memang merupakan pasar non tradisional Indonesia. RI relatif kecil melakukan ekspor ke kawasan itu.


Untuk minusnya, Yusuf memandang Indonesia dan Israel belum mempunyai hubungan diplomatik resmi, sehingga relatif sulit untuk merealisasikan kerja sama ekonomi jika belum mempunyai hubungan diplomatik resmi.


"Selain itu tentu akan ada sentimen negatif dari negara-negara yang berseteru dengan Israel khususnya negara timur tengah seperti misalnya Arab Saudi atau bahkan negara tetangga seperti Malaysia yang tidak mengakui Israel sebagai negara. Jadi tentu ini akan sedikit banyak mempengaruhi penyesuaian perjanjian perdagangan/bilateral antara Indonesia dengan negara-negara yang disebutkan di atas," ucapnya.


Senada dengan Yusuf, Tauhid juga menilai minusnya lebih cenderung ke ranah politik. Selain itu dia juga menilai akan ada gejolak di dalam negeri khususnya masyarakat Indonesia yang lebih memiliki hubungan batin dengan Palestina.


"Saya kira akan ada penolakan, karena masalah sejarah ya dan sikap Indonesia yang kita membela kemerdekaan Palestina. Jadi kalau Palestina belum merdeka saya kira agak berat," tuturnya.

Next article Next Post
Previous article Previous Post