Pengadilan di Arab Saudi telah memvonis bebas Grup Bin Laden dan 12 terdakwa lainnya dalam kasus runtuhnya crane di Mekkah tahun 2015.
Selama sidang putusan, pengadilan mengatakan tidak ada bukti baru yang muncul dalam penyelidikan atas keruntuhan mematikan pada 2015 yang menyebabkan kematian lebih dari 100 jamaah haji dari seluruh dunia.
Pengadilan yang sama telah mengeluarkan putusan serupa pada Oktober 2017 yang membebaskan semua 13 terdakwa yang didakwa melakukan kelalaian.
Crane itu diyakini roboh di dalam kompleks Masjidil Haram di Mekkah akibat angin kencang. Dikutip Kabarmakkah.com dari Al-Arabiya, 10 Desember 2020.
“Derek itu dalam posisi tegak, benar, dan aman. Tidak ada kesalahan yang dilakukan oleh terdakwa, yang telah mengambil semua tindakan pencegahan keamanan yang diperlukan," kata surat kabar Saudi Gazette mengutip pernyataan pengadilan dalam keputusannya.
Menurut Makkah News, Jaksa Agung telah mengajukan keberatan atas putusan tersebut dan telah mengajukan banding.
"Pengadilan Mekah juga telah memutuskan bahwa bencana itu disebabkan oleh hujan lebat dan badai petir, bukan kesalahan atau kesalahan manusia," menurut Saudi Gazette.
Pada 11 September 2015, lebih dari 100 orang meninggal dunia dan 200 terluka karena ambruknya crane, alat pengangkat dan pemindah material, di kompleks Masjidil Haram yang saat itu sedang dilakukan perluasan.
Bukan Masalah Teknis
Seorang insinyur pembangunan dari Bin Laden Grup pada beberapa tahun yang lalu pernah menyebut, Bahwa tragedi ini bukan dipicu masalah teknis, melainkan kehendak Tuhan.
Insinyur ini menuturkan bahwa crane yang terjungkal itu sama seperti crane lainnya yang sudah ada di sana sejak 3-4 tahun terakhir, tanpa ada masalah sedikitpun.
"Ini bukan masalah teknis sama sekali," sebut insiyur yang enggan disebut namanya ini.
"Saya bisa mengatakan bahwa apa yang terjadi di luar kekuatan manusia. Ini merupakan kehendak Tuhan dan sepengetahuan saya, tidak ada kesalahan manusia di dalamnya," imbuhnya.
Insinyur ini menuturkan, crane yang terjungkal merupakan salah satu crane utama yang digunakan untuk memperluas area tawaf bagi para jemaah.
Crane ini, menurutnya, ditempatkan di lokasi yang tidak akan mengganggu aktivitas tawaf para jemaah.
"Crane itu sudah dipasang dalam posisi yang tidak mengganggu ratusan ribu jemaah di area tersebut dan tentu dalam posisi yang profesional. Ini merupakan lokasi paling sulit untuk dikerjakan, karena banyak jumlah orang di area itu," terangnya.
Saat insiden ini terjadi, bagian kait crane tersebut, yang mampu mengangkat beban ratusan ton, bergoyang hingga akhirnya menjungkalkan keseluruhan crane. Bagian kait ini lantas menimpa beberapa bagian Masjdil Haram dan juga menimpa para jemaah. Seorang saksi mata menyebut, angin sangat kencang berhembus ketika tragedi ini terjadi.