Para pemimpin dunia hingga tokoh agama terkemuka telah menyatakan solidaritas sekaligus keprihatinan terhadap aksi teror Nice, Prancis.
Pemimpin gereja Katolik, Paus Fransiskus misalnya, dilaporkan langsung mendoakan para korban serangan Nice.
"Mendapat informasi tentang serangan kejam yang dilakukan pagi ini di sebuah gereja di Nice, yang menyebabkan kematian beberapa orang yang tidak bersalah, Yang Mulia Paus Fransiskus bergabung dalam doa bersama dengan penderitaan keluarga dan berbagi kesedihan mereka," bunyi pesan yang dikirim atas Paus kepada uskup Nice.
Selain itu, Paus juga menyerukan agar aksi kekerasan serta terorisme bisa segera berakhir.
"Terorisme dan kekerasan tidak pernah bisa diterima. Serangan hari ini telah menabur kematian di sebuah tempat cinta dan penghiburan.
"Paus berdoa agar rakyat Prancis yang tercinta mampu merespons kejahatan dengan kebaikan," terang Paus dalam pernyataan yang dirilis oleh Vatikan.
Sebelumnya, juru bicara Vatikan Matteo Bruni juga telah menyampaikan responsnya. Hampir sama seperti Paus, Bruni pun mengatakan bahwa kekerasan tidak akan pernah bisa diterima.
"Ini adalah momen kesakitan di saat kebingungan. Terorisme dan kekerasan tidak pernah bisa diterima," kata Bruni.
Menyusul Vatikan, Perdana Menteri Inggris (PM) Boris Johson juga mengirimkan ucapan solidaritasnya untuk Prancis.
"Saya terkejut mendengar berita dari Nice pagi ini tentang serangan biadab di Basilika Notre-Dame," kata Johnson di Twitter dalam bahasa Inggris dan Prancis.
"Pikiran kami bersama para korban dan keluarga mereka, dan Inggris berdiri teguh bersama Prancis melawan teror dan intoleransi," terang Boris dalam laman Twitternya.
I am appalled to hear the news from Nice this morning of a barbaric attack at the Notre-Dame Basilica. Our thoughts are with the victims and their families, and the UK stands steadfastly with France against terror and intolerance.
— Boris Johnson (@BorisJohnson) October 29, 2020
Meski hubungan sempat memanas, Turki juga menyampaikan solidaritasnya. Melalui kementerian luar negerinya, Turki pun tegas mengutuk serangan yang menewaskan tiga orang di Basilica Notre-Dame di Nice.
"Tidak ada alasan yang bisa melegitimasi atau alasan untuk membunuh seseorang atau melakukan kekerasan. Mereka yang melakukan serangan biadab ini di tempat ibadah suci tidak secara jelas memiliki nilai-nilai agama, kemanusiaan atau moral.
"Turki dalam solidaritas dengan rakyat Prancis sebagai bangsa yang juga kehilangan warganya karena terorisme," terang juru bicara kementerian luar negeri Turki dalam sebuah pernyataan.
Sama dengan Turki, Iran juga ikut mengutuk serangan hingga menyebut insiden sebagai 'siklus provokasi dan kekerasan' yang harus dihentikan.
"Kami mengutuk keras serangan teroris hari ini di #Nice.
"Siklus setan yang meningkat - ujaran kebencian, provokasi & kekerasan - harus diganti dengan akal sehat & kewarasan. Kita harus menyadari bahwa radikalisme menghasilkan lebih banyak radikalisme, dan perdamaian tidak dapat dicapai dengan provokasi yang buruk," terang Menteri Luar Negeri Iran, Mohammad Javad Zarif dalam laman Twitternya.
"Dan Kami tidak mengirimkanmu, (Wahai Muhammad), kecuali sebagai rahmat kepada dunia," tambah Zarif mengutip ayat dari Al-Qur'an.
Universitas Al-Azhar Mesir juga ikut mengecam serangan Nice. Sheikh Ahmed el-Tayeb, imam besar Al-Azhar, mengatakan dalam pernyataannya: "Tidak ada pembenaran untuk serangan teroris keji seperti itu yang bertentangan dengan ajaran toleran Islam dan semua agama monoteistik."
El-Tayeb juga memperingatkan terhadap meningkatnya insiden kekerasan dan ujaran kebencian yang secara khusus menargetkan kepercayaan masyarakat.
"Terorisme tidak memiliki agama, semua Muslim diundang untuk mengutuk tindakan kriminal yang bukan milik Islam atau Nabi (Muhammad) yang cinta damai ini," tambahnya.
Presiden Dewan Eropa Charles Michel juga mengatakan dia 'berdiri dalam solidaritas' dengan rakyat Prancis.
Mendukung yang lain, Kanselir Jerman Angela Merkel juga menjelaskan bahwa negaranya akan selalu mendukung Prancis.
"Saya sangat terguncang oleh pembunuhan brutal di gereja di Nice. Pikiran saya tertuju pada kerabat dari mereka yang terbunuh dan terluka. Jerman mendukung Prancis pada saat sulit ini," katanya dalam tweet yang diunggah oleh juru bicaranya Steffen Seibert.
Para pemimpin Uni Eropa juga menyatakan solidaritas dengan Prancis dan berjanji untuk menghadapi mereka yang berusaha untuk menghasut dan menyebarkan kebencian.
"Saya mengutuk serangan keji dan brutal yang baru saja terjadi di Nice dan saya bersama Prancis dengan sepenuh hati.
"Pikiran saya bersama para korban tindakan kebencian ini. Seluruh Eropa dalam solidaritas dengan Prancis. Kami akan tetap bersatu dan bertekad dalam menghadapi kebiadaban dan fanatisme," terang Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen.
Tidak ketinggalan, PM Belanda Mark Rutte mengatakan bahwa Prancis tidak sendirian dalam pertempuran melawan ekstremisme.
Senada dengan Rutte, PM Italia Giuseppe Conte juga mengutuk serangan dan menekankan pada pentingnya mempertahankan nilai-nilai perdamaian.
"Serangan keji ... tidak akan mengguncang garis depan bersama yang membela nilai-nilai kebebasan dan perdamaian.
"Keyakinan kita lebih kuat daripada fanatisme, kebencian, dan teror," cuitnya.
Sementara, PM Spanyol Pedro Sanchez berkata, “Kita terus mempertahankan kebebasan, nilai-nilai demokrasi kita, perdamaian dan keamanan warga kita. Bersatu melawan teror dan kebencian.
Kemudian, Uskup Agung Canterbury menambahkan bahwa dia berdoa untuk bangsa Prancis dan untuk teman serta kerabat dari mereka yang terbunuh di Nice.
Secara terpisah, Dewan Muslim Inggris mengatakan di Twitter bahwa mereka sangat sedih dengan berita tersebut. Mereka juga menambahkan bahwa tidak ada pembenaran untuk kekerasan ini, terutama di tempat ibadah.
Kementerian Luar Negeri Kerajaan Arab Saudi juga mengutuk serangan di Twitter dan menegaskan kembali penolakan total atas tindakan ekstremis yang tidak sesuai dengan semua agama, kepercayaan manusia, dan akal sehat.