KabarMakkah.Com – Disaat istri sedang hamil, seorang suami haruslah mendukung sang istri dengan mendoakan kebaikan dan beramal shaleh. Ia juga harus memperhatikan perilakunya, jangan sampai berbuat dzalim ataupun melakukan kemaksiatan.
Sudah banyak yang membuktikan bahwa ketika istri sedang hamil dan suaminya melakukan berbagai amal shaleh, maka anaknya pun akan terlahir dengan sempurna dan memiliki akhlak yang shaleh pula. Seorang suami yang gemar membaca Al Quran saat istrinya mengandung, istrinya akan melahirkan anak yang gemar dan bahkan pintar menghafal Al Quran.
Lalu bagaimana dengan seorang suami yang melakukan sebuah keburukan saat istrinya tengah hamil? Kisah ini mungkin bisa menjadi renungan untuk kita agar tidak berbuat sesuatu yang justru merugikan diri sendiri dan keluarga.
Saat itu, di malam hari, Abu Salim sedang bersama dengan teman-temannya sedang begadang dan mengobrol entah apa yang menjadi topiknya. Diselangi dengan berbagai candaan, membuat malam itu semakin ramai. Dan seperti biasanya, dialah yang mendominasi forum tak karuan tersebut.
Di saat mereka sedang bercanda, muncul seorang buta melewati mereka. Kehadiran orang tersebut memunculkan sebuah ide dari Abu Salim untuk mengerjai orang buta tersebut.
Dengan sengaja ia menjulurkan kakinya tepat di depan si orang buta dan “Bruakk” jatuhlah orang buta itu tersungkur. Sontak semua teman-teman Abu Salim menertawakan orang tersebut.
Rasa kaget dan sakit bercampur baur dalam benak orang itu. Ia dengan susah payah berusaha bangkit di tengah gelak tawa mereka yang masih menertawainya.
Semakin keras tawa Abu Salim dan kawan-kawannya, membuat orang buta tersebut marah dan berkata, “Kau telah mengerjai orang yang tidak bisa melihat. Semoga Allah membalas apa yang telah kamu lakukan!”
Namun meski orang tersebut telah marah dan berdoa kepada Allah, Abu salim tetap tidak meminta maaf ataupun menyesal. Ia sibuk dengan kebanggaan karena telah mengerjai orang buta tadi. Mereka menganggap bahwa berbuat seperti itu merupakan sebuah kesenangan semata tanpa ada perasaan bersalah.
Setelah malam mulai larut, forum yang tidak jelas tersebut kemudian bubar dan Abu Salim pun pulang ke rumahnya. Saat masuk ke dalam rumah, ia melihat bahwa istrinya tengah kesakitan seperti akan melahirkan.
“Darimana saja kamu Bang?”
Dengan santai ia berkata, “Biasa ngumpul bareng temen.”
“Sungguh, aku sangat kesakitan. Sepertinya aku akan melahirkan malam ini.”
Setelah mendengar ucapan tersebut, barulah Abu Salim terdiam dan keringat dingin mengucur dari dahinya. Dengan segera ia membawa sang istri ke rumah.
Sudah hampir beberapa jam berlalu, namun ia tidak terdengar tangisan bayi di kamar persalinan rumah sakit tersebut. Abu Salim yang bingung kemudian berpamitan untuk hendak keluar. Ia lalu memberikan nomor teleponnya jika pihak rumah sakit membutuhkannya.
Baru beberapa saat di rumah, telepon milik Abu Salim berbunyi. Pihak rumah sakit mengabarkan bahwa istrinya telah melahirkan.
Dengan perasaan gembira bercampur kaget, Abu Salim pun langsung menuju rumah sakit tempat istrinya melahirkan.
Saat di depan ruang persalinan, Abu Salim bertanya kepada suster yang memang kebetulan lewat.
“Dimanakah anak dan istri saya, suster?”
“Maaf pak, bapak diminta untuk bertemu dokter dahulu.”
Abu Salim tetap ingin bertemu dengan anak istrinya, namun suster tetap mengharuskan Abu Salim menemui doter dahulu. Meski sedikit menahan emosi, akhirnya Abu Salim menuruti kata suster tersebut.
“Pak, anak Anda cacat cukup berat di kedua matanya. Sepertinya ia akan kehilangan penglihatannya.” Ucapan dokter itu seakan petir di siang bolong yang membuat Abu Salim terhenyak.
“Apa?? Anak saya akan buta?”
“Anda harus ikhlas, Pak! Semua ini sudah ketentuan Allah.”
“Tidak! Anak saya tidak boleh buta.” Ucap Abu Salim yang diikuti dengan deraian air mata yang tak sanggup dibendungnya.
Di tengah kesedihannya tersebut, ia teringat dengan sosok orang buta yang ia kerjai.
“Inilah balasan itu ya Allah?” Tangisnya semakin menjadi penuh penyesalan.
Semoga kisah tersebut bisa kita jadikan contoh untuk tidak sewenang-wenang kepada kaum yang lemah karena ketika mereka berdoa, maka sesungguhnya doa orang yang teraniaya akan cepat dikabulkan oleh Allah.
Wallahu A’lam
Sudah banyak yang membuktikan bahwa ketika istri sedang hamil dan suaminya melakukan berbagai amal shaleh, maka anaknya pun akan terlahir dengan sempurna dan memiliki akhlak yang shaleh pula. Seorang suami yang gemar membaca Al Quran saat istrinya mengandung, istrinya akan melahirkan anak yang gemar dan bahkan pintar menghafal Al Quran.
Lalu bagaimana dengan seorang suami yang melakukan sebuah keburukan saat istrinya tengah hamil? Kisah ini mungkin bisa menjadi renungan untuk kita agar tidak berbuat sesuatu yang justru merugikan diri sendiri dan keluarga.
Saat itu, di malam hari, Abu Salim sedang bersama dengan teman-temannya sedang begadang dan mengobrol entah apa yang menjadi topiknya. Diselangi dengan berbagai candaan, membuat malam itu semakin ramai. Dan seperti biasanya, dialah yang mendominasi forum tak karuan tersebut.
Di saat mereka sedang bercanda, muncul seorang buta melewati mereka. Kehadiran orang tersebut memunculkan sebuah ide dari Abu Salim untuk mengerjai orang buta tersebut.
Dengan sengaja ia menjulurkan kakinya tepat di depan si orang buta dan “Bruakk” jatuhlah orang buta itu tersungkur. Sontak semua teman-teman Abu Salim menertawakan orang tersebut.
Rasa kaget dan sakit bercampur baur dalam benak orang itu. Ia dengan susah payah berusaha bangkit di tengah gelak tawa mereka yang masih menertawainya.
Semakin keras tawa Abu Salim dan kawan-kawannya, membuat orang buta tersebut marah dan berkata, “Kau telah mengerjai orang yang tidak bisa melihat. Semoga Allah membalas apa yang telah kamu lakukan!”
Namun meski orang tersebut telah marah dan berdoa kepada Allah, Abu salim tetap tidak meminta maaf ataupun menyesal. Ia sibuk dengan kebanggaan karena telah mengerjai orang buta tadi. Mereka menganggap bahwa berbuat seperti itu merupakan sebuah kesenangan semata tanpa ada perasaan bersalah.
Setelah malam mulai larut, forum yang tidak jelas tersebut kemudian bubar dan Abu Salim pun pulang ke rumahnya. Saat masuk ke dalam rumah, ia melihat bahwa istrinya tengah kesakitan seperti akan melahirkan.
“Darimana saja kamu Bang?”
Dengan santai ia berkata, “Biasa ngumpul bareng temen.”
“Sungguh, aku sangat kesakitan. Sepertinya aku akan melahirkan malam ini.”
Setelah mendengar ucapan tersebut, barulah Abu Salim terdiam dan keringat dingin mengucur dari dahinya. Dengan segera ia membawa sang istri ke rumah.
Sudah hampir beberapa jam berlalu, namun ia tidak terdengar tangisan bayi di kamar persalinan rumah sakit tersebut. Abu Salim yang bingung kemudian berpamitan untuk hendak keluar. Ia lalu memberikan nomor teleponnya jika pihak rumah sakit membutuhkannya.
Baru beberapa saat di rumah, telepon milik Abu Salim berbunyi. Pihak rumah sakit mengabarkan bahwa istrinya telah melahirkan.
Dengan perasaan gembira bercampur kaget, Abu Salim pun langsung menuju rumah sakit tempat istrinya melahirkan.
Saat di depan ruang persalinan, Abu Salim bertanya kepada suster yang memang kebetulan lewat.
“Dimanakah anak dan istri saya, suster?”
“Maaf pak, bapak diminta untuk bertemu dokter dahulu.”
Abu Salim tetap ingin bertemu dengan anak istrinya, namun suster tetap mengharuskan Abu Salim menemui doter dahulu. Meski sedikit menahan emosi, akhirnya Abu Salim menuruti kata suster tersebut.
“Pak, anak Anda cacat cukup berat di kedua matanya. Sepertinya ia akan kehilangan penglihatannya.” Ucapan dokter itu seakan petir di siang bolong yang membuat Abu Salim terhenyak.
“Apa?? Anak saya akan buta?”
“Anda harus ikhlas, Pak! Semua ini sudah ketentuan Allah.”
“Tidak! Anak saya tidak boleh buta.” Ucap Abu Salim yang diikuti dengan deraian air mata yang tak sanggup dibendungnya.
Di tengah kesedihannya tersebut, ia teringat dengan sosok orang buta yang ia kerjai.
“Inilah balasan itu ya Allah?” Tangisnya semakin menjadi penuh penyesalan.
Semoga kisah tersebut bisa kita jadikan contoh untuk tidak sewenang-wenang kepada kaum yang lemah karena ketika mereka berdoa, maka sesungguhnya doa orang yang teraniaya akan cepat dikabulkan oleh Allah.
Wallahu A’lam