Warga Kudus baru-baru ini dibuat gempar dengan penemuan sebuah pohon pisang yang tumbuh disebuah lahan di desa Bulungcangkring, Kecamatan Jekulo, Kudus.
Pasalnya, berbeda dengan pohon pisang umumnya, salah satu daun pada pohon pisang tersebut berwarna putih bersih.
Sejumlah komen warganet dalam video yang diunggah juga ditambah-tambahi dengan bumbu-bumbu mistis yang menyebut mirip dengan warna kain mori atau kain kafan.
Apalagi letak tumbuhnya pohon pisang tersebut juga tak jauh dari lahan kuburan. Karena fenomena ini baru dijumpai warga, sehingga belum ada penjelasan ilmiah dari ahli tanaman terkait hal ini.
Pohon pisang yang viral itu tumbuh di pekarangan milik Sriyatun RT 02 RW 06 itu kini ramai dikunjungi oleh warga.
Mereka penasaran atas fenomena sebuah pohon pisang yang memiliki warna berbeda dengan yang lainnnya, hanya sehelai daun yang berwarna putih.
Namun begitu dilokasi yang sama, tak jauh dari daun yang berwarna putih, juga terdapat sebuah pohon pisang kecil yang baru muncul, juga berdaun warna daun putih.
Dengan batang berwarna merah muda. lokasinya yang tak jauh dari tempat pemakaman umum, kemunculan fenomena pohon pisang berdaun putih viral di perbincangkan di media jejaring media sosial.
Menurut Sriyatun pemilik pekarang setempat mengaku, sempat kaget ketika mendadak menemukan pohon pisang berdaun putih, pasalnya sehari sebelumnya ketika bersih bersih pekarang depan rumah tak ada yang berbeda.
“Saya sendiri sempat kaget waktu saya keluar tadi pagi buat ngantar makanan dan minuman untuk pekerja renovasi makam keluarga saya, saya awalnya tidak tahu malah para tetangga yang tahu kalau ada daun pisang berwarna putih dilahan milik kami. Saya tahunya dari grup WA RT, trus saya kesana dan ternyata benar,” terang Sriyatun atau yang biasa disapa warga dengan Mbah Cik, Minggu (08/11/2020).
Menurutnya makin siang warga yang dating makin banyak dan ramai sampai sekarang. Kemarin kata dia, pohon pisang yang anakan belum ada, soalnya kemarin dirinya sempat ke lahan itu. Begitu pula dengan daun yang berwarna putih itu kemarin belum terlihat.
“Kalau daun yang menjuntai ke jalan itu kelihatannya belum ada juga, mungkin tadi malam, biasanya mekarnya kalau pagi, mungkin semalam kuncup. Sekarang ada medsos yang cepat tersebar dimana mana, saya sendiri juga kaget, semakin siang semakin ramai, saya keluar dicari teman teman pada nanya,” ujar Mbah Cik.
Sementara Fajrina salah satu warga mengaku, sengaja datang ke lokasi tersebut karena penasaran akan fenomena tersebut. menurutnya baru kali ini ada kejadi tersebut di Kudus, sebelumnya ia mengetahui dari video yang beredar di media sosial facebook maupun whatshapp.
“Saya datang kesini pingin lihat pohon pisang berdaun aneh ini, karena penasaran setelah viral di medsos,” kata Fajrina.
Atas fenomena tersebut, sempat terjadi kerumunan di sepanjang jalan masuk desa Bulungcangkring tersebut, warga berinisiasi memasang terpal penutup, agar tak melihat dari pinggir jalan membuat menutup jalan. sementara lokasi dua pisang yang unik tersebut juga sudah diberi pita pembatas mirip police line, agar tak merusak pohon yang lagi viral ini.
Diperiksa Tim Ahli
Tim ahli diterjunkan untuk memeriksa pohon pisang tersebut, Senin (09/11/2020). Tim tersebut terdiri dari satu orang petugas organisme pengganggu tanaman (P-OPT) pengamat hama dan penyakit (PHP) dari Laboratorium Pati Sucipto, dan Sutaman dari Dinas Pertanian Jawa Tengah.
“Setelah kami teliti dari tunas ataupun daun putih itu merupakan pengaruh dari bakteri atau jamur yang dinamakan pusarium. Kalau ada yang warnanya putih, itu jangan disangkutkan dengan mistis dan lainya,” kata Sucipto.
Penyebabnya sendiri, lanjut sucipto, dikarenakan adanya batang dan akar pisang yang membusuk di sekitarnya. Sehingga mengundang bakteri atau virus dan membuat daun dan juga tunas tersebut menjadi putih.
“Selain itu, lingkungan yang lembab dan kurangnya panas karena tertutup pepohonan mangga juga menjadi pengaruh jamur bakteri itu berkembang pesat di suhu dan kelembapan yang mendukung,” ungkapnya.
Tingkat PH tanah di lokasi tersebut menurutnya, masih berada di angka yang normal. Yakni di angka enam hingga tujuh.
“Kalau melebihi tujuh itu malah basah, tidak normal. Kalau kurang dari enam berarti tingkat keasamanya kurang,” tandasnya.