Pria berbaju putih terlihat berteriak di depan beberapa orang di depan Kantor Gubernur Sumut, Jalan Diponegoro, Medan, Senin (23/11/2020) siang.
Mereka membentangkan spanduk berisikan tulisan bubarkan ormas intoleran, tegakkan aturan prokes tanpa pandang bulu.
Meski tidak menyebut secara spesifik, namun warga yang lewat sudah faham, kepada siapa aksi itu ditujukan.
Dalam aksinya, mereka menolak ulama penceramah anarkis, yaitu yang menebarkan kebencian, provokasi, kata-kata kotor, serta merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Mereka mengaku tidak rela ada orang-orang yang mengatasnamakan penceramah, tetapi malah mengadu domba dan membuat keributan di tengah umat.
"Itu bukan penceramah," ujar Koordinator Aksi dalam orasinya.
"Pantaskah kata lonte diucapkan seorang ulama, pantaskah itu diucapkan oleh seorang ulama?," teriak orator, yang dijawab beberapa massa dengan kata tidak.
Menurut warga, awalnya aksi tersebut diikuti 30-an orang. Namun lama kelamaan ditinggal. Hingga menyisakan tak sampai 10 orang.
"Tadi koordinator demonya ngamuk bang. Gara-gara ditinggal peserta. Padahal uang lelah dan transport sudah diberi," kata Joko, salah satu penjual minuman di sekitar lokasi.
"Makanya tinggal segelintir orang aja bang" tambahnya lagi.
Aksi yang berjalan tak sampai satu jam itu berjalan tertib dan di bawah pengawalan kepolisian dan Satpol PP. Tak lama kemudian, massa membubarkan diri.