Pemerintah Arab Saudi telah membuka kembali ibadah umrah untuk warga negara asing. Salah satu jamaah asal Indonesia pun membagikan pengalaman mereka umroh di tengah pandemi Covid-19.
Direktur Utama biro haji dan umrah PT Hajar Aswad, Retno Anugerah Andriyani mengatakan, sebenarnya Saudi memberikan kuota untuk umrah perdana dari Indonesia sebanyak 360 orang. Sayang, kurang dari 200 orang akhirnya bisa berangkat ke Tanah Suci Mekkah.
Sebanyak 18 orang dinyatakan positif Covid-19 sehingga gagal ikut. Sedangkan lainnya, ada visa yang terlambat keluar hingga hasil tes usap yang belum keluar bertepatan dengan hari keberangkatan.
Seratusan calon jemaah ini pun bertolak dari Jakarta menggunakan maskapai Saudi Airlines dari Bandara Soekarno Hatta pada Sabtu (1/11/2020) siang WIB.
Hal ini mengingat hanya maskapai dari Saudi yang baru diperbolehkan untuk memberangkatkan jemaah umrah. Rombongan dari Indonesia pun tiba di Mekkah sekitar Magrib waktu setempat.
“Saya daftar 3-4 hari sebelum keberangkatan pada 1 November 2020. Semua memang mendadak karena Kemenag Indonesia juga belum memberikan pengumuman resmi saat itu. Akan tetapi, muassasah di Saudi memberitahu kami visa umrah sudah bisa terbit pada 1 November. Saya berangkat dengan rekan-rekan Asosiasi Muslim Penyelenggara Haji dan Umrah RI (Amphuri),” ujar
Saat di pesawat, rombongan tidak diperkenankan melepas masker. Sementara makanan masih disajikan seperti biasa, hanya untuk aneka minuman diberikan langsung per cup.
Sesampainya di sana, mereka dijemput bus dengan kapasitas maksimal 1 bus hanya 20 orang. Mereka diwanti-wanti untuk jaga jarak dengan wajib duduk di dekat jendela dan tak boleh berdekatan.
Praktis ini masuk catatan pula agar nanti satu grup maksimal diisi 20 jemaah. Pengaturan ini tentu membawa konsekuensi penambahan biaya lantaran armada bus karena ada pembatasan kapasitas.
“Saya berkali kali ke sini (Mekkah), tapi kali ini sambutannya kepada kami luar biasa ramah. Mereka (Pemerintah Saudi) menunjukkan sudah siap menerima jemaah umrah di masa pandemi ini. Saat di Jakarta kami dilepas Duta Besar Saudi untuk Indonesia, sementara tiba di sana kami disambut Konjen RI,” kata Sekretaris Amphuri Jateng ini.
Jika biasanya masing-masing biro umrah memiliki mutawif (pemandu haji/umrah) yang notabene orang Indonesia yang tinggal di Saudi.
Pada umrah era kenormalan baru ini rombongan langsung dipegang oleh mutawif asli Saudi. Artinya, jika ia membawa mutawif sendiri dari Indonesia, maka biayanya juga bertambah.
Selain itu, Saudi baru mengizinkan hotel bintang 5 yang diperbolehkan untuk ditinggali jemaah umrah selama di sana.
Kebijakan tersebut mengacu pada hotel mesti menyediakan 10 persen dari kapasitas total kamarnya untuk berjaga-jaga jika ada jemaah yang suspek atau pun positif Covid-19.
Selain itu, sebelumnya 1 kamar boleh diisi sebanyak 4 orang, kini hanya 2 orang. Padahal paket umrah reguler dengan harga terjangkau biasanya menggunakan hotel bintang 3 atau pun bintang 4 sebagai tempat menginap.
Maka dari itu, biaya umrah bakal naik seiring hanya diperkenankannya hotel bintang 5 ditempati para jemaah.
Ini masih ditambah komponen biaya lain untuk asuransi umrah. Nantinya, jemaah setelah menjalani umrah kemudian tes usap lagi dan hasilnya positif Covid-19, ia bisa mengklaim asuransi hingga Rp30 juta.
Sesampainya di Saudi, mereka tak boleh langsung menjalankan umrah. Rombongan harus menjalani karantina di hotel selama tiga hari.
Makanan disajikan berbentuk boks diantar langsung ke kamar. Saat check in, mereka juga tak boleh lama-lama di lobi.
Tak pelak, rombongan harus membayar dam (denda) karena masuk Mekkah tanpa berihram dan mesti menjalani karantina terlebih dahulu. Kemungkinan besar pekan depan, mereka diperbolehkan ke Madinah. Setelah karantina usai, jika hendak melakukan umrah dan salat di Haramain harus mendaftar melalui aplikasi Eatmarna.
“Umrah di era pandemi ini kuncinya sabar dan mandiri karena biro tidak bisa menangani jemaah sepenuhnya. Sebenarnya saya nyaman malahan, tawaf atau pun di Raudah nanti enggak didesak-desakan, tertib, dan manusiawi sehingga ibadah lebih khusyuk, meski harus mengeluarkan biaya tambahan,” katanya.
Retno menggarisbawahi umrah di masa pandemi memang membuat calon jemaah harus mengeluarkan biaya tambahan hingga 70 persen dari biaya reguler. Ini sebagai konsekuensi mereka mesti menjalani tes usap dua kali, penginapan hotel bintang 5, armada pengantar, hingga ada asuransi Covid-19.
“Kami di Hajar Aswad mendata calon jemaah yang memenuhi syarat dan mau dengan ketentuan-ketentuan baru ini kami tawarkan untuk berangkat umrah. Jadwal berangkat 6 November atau 15 November,” kata dia.
Sementara itu, Ketua Perhimpunan Pengusaha Biro Ibadah Umrah dan Haji Indonesia (Perpuhi) Solo, Her Suprabu, mengatakan ibadah umrah untuk warga negara asing memang sudah dibuka awal November ini. Namun demikian, umrah masa pandemi berlaku sejumlah syarat khusus.
“Ketentuan khusus ini soal umur, tes usap, ada karantina, dan sebagainya. Banyak calon jemaah yang menanyakan, tapi ya kalau mau mereka harus memenuhi syarat tersebut,” katanya.
Her menjelaskan ada penambahan biaya jika masyarakat hendak umrah di masa pandemi.
Menurutnya, kenaikan biaya tersebut sebagai konsekuensi penginapan hanya boleh hotel bintang tertentu, akomodasi selama di sana, hingga kewajiban melakoni tes usap sebelum berangkat dan saat pulang kembali ke Tanah Air.
Sebelumnya, penyetopan pemberangkatan umrah ini berakibat pada adanya penumpukan jemaah sekitar 30.000 orang di Soloraya.
Rinciannya 20.000 jemaah umrah baru dan 10.000 jemaah yang batal berangkat sejak Februari 2020.
“Otomatis yang diprioritaskan berangkat nanti yang tertunda atau batal karena Covid-19.Tapi, kalau ada calon jemaah yang berniat berangkat sekarang kami bisa memfasilitasi,” ucapnya.