Pernyataan Presiden Prancis, Emmanuel Macron yang menghina Islam dan melecehkan Nabi Muhammad memang banyak dikecam berbagai pihak di dunia.
Ditengah banyak aksi penolakan dan kecaman atas pernyataan Presiden Macron, ternyata ada hal baik terjadi.
Dilansir dari laman About Islam, Jumlah mualaf di Prancis terus mengalami peningkatan.
Beberapa laporan menyebutkan jumlah mualaf di Prancis naik dua kali lipat setelah adanya aksi penghinaan yang dilakukan Marcon.
Sekitar 150 acara pengucapan syahadat dilakukan setiap tahun di masjid Sahaba, Ahad, 8 November 2020.
Bangunan masjid Sahaba yang terletak di jantung pinggiran kota kelas menengah Creteil di Paris, dikenal sebagai masjid para mualaf.
Menurut video Muslim Converts Stories, jumlah orang Prancis yang masuk Islam setiap tahun meningkat secara signifikan.
Laporan lain oleh harian La Croix pada 25 Agustus, mengutip survei yang dilakukan oleh Pierre Schmidt tentang mualaf di Prancis, menyatakan selalu ada warga yang memeluk Islam.
“mungkin ada sekitar 10 mualaf setiap hari,” ujarnya.
Itu berarti ada sekitar 3.600 orang mualaf setiap tahun.
Banyak ahli mencatat pengaruh para mualaf, terutama dari pemain sepak bola.
Adalah Nicolas Anelka, yang bermain untuk tim nasional Prancis dan orang tuanya berasal dari Martinik, mengubah namanya menjadi Abdul-Salam Bilal Anelka ketika dia masuk Islam pada 2004.
Lembaga riset asal Amerika Serikat (AS) Pew Research Center (PRC) memprediksi, Islam akan menjadi agama terbesar di dunia pada 2075.
Hal ini terjadi seiring dengan terus bertambahnya pemeluk muslim dan juga peningkatan kelahiran di keluarga Muslim.