Jenderal Besar TNI (Purn) Abdul Haris Nasution merupakan salah satu dari delapan Jenderal yang namanya masuk dalam target korban Gerakan 30 September 1965 atau G30S PKI.
Ia pun selamat dari upaya penculikan itu namun Jenderal Nasution harus kehilangan putrinya Ade Irma Suryani Nasution dan ajudannya Lettu Pierre Tendean.
Melansir dari beragam sumber, Rabu (30/9/2020), Jenderal Nasution dikenal sebagai sosok yang taat menjalankan ibadah. Ia pun tidak pernah meninggalkan sholat dan selalu rajin bersholawat.
Saat sedang menjalani rapat dengan Presiden Soekarno selaku Panglima Tertinggi Angkatan Perang Republik Indonesia ketika waktu sholat sudah tiba, Jendral Nasution pun selalu meminta izin agar menjalankan sholat terlebih dahulu.
Sebagaimana yang dimuat di Majalah PEHAI (Perdjalanan Hadji Indonesia) No 1 tahun 1965, Nasution menceritakan pengalaman menariknya saat berkunjung ke Moscow untuk membeli senjata. Namun bertepatan dengan hari Jum'at.
Perundingan senjata dengan Uni Soviet belum usai, dirinya melihat jam dan menunjukkan sudah tiba saatnya Sholat Jumat.
"Saya lihat arloji menunjukkan telah tiba saatnya untuk sholat Jum’at. Kepada sidang saya segera minta diri untuk sholat," urai majalah tersebut mengutip perkataan Jendral Nasution.
Setelahnya itu seorang perwira dari Uni Soviet mengantarkannya pergi ke mesjid.
Saat dilihatnya ia membuka sepatu, perwira itu pun membuka sepatunya. Ia terus mengikutinya.
Ketika sholat perwira itu pun turut sholat. Lalu Jendral Nasution berdiri perwira itu berdiri, dan rukuk ia rukuk.
Sang Jenderal sujud ia pun sujud demikian seterusnya. Sesudah salam Nasuiton tanyakan ke Perwira itu, apa yang dibacanya waktu mengikuti saya sholat?.
Perwira itu hanya menggelengkan kepala, tak suatu pun yang dibacanya. Habis ia bukan seorang Muslim. Jadi kenyataan ini menunjukkan bahwa dengan shalat kita dihormati dimana-mana.
Jenderal Nasution pun berpesan kepada prajuritnya.
"Hendaklah saudara-saudara senantiasa taat menunaikan kewajiban sholat lima waktu. Jangan sekali-kali saudara-saudara merasa malu karena menunaikan sholat.
Apalagi karena sholat sama halnya dengan corp rapport yang biasa saudara-saudara lakukan terhadap komandan saudara. Bedanya shalat itu corp rapport kepada Tuhan Yang Maha Kuasa," demikian pesan Jenderal A.H.Nasution kepada para prajuritnya.
Sikap keteladannya dalam menjalankan ibadah membuat Nasution merupakan salah satu Jenderal yang berhasil lolos dari rencana pembunuhan tersebut.
Dimana Pagi itu, 1 Oktober 1965, sekira pukul 03.30 WIB, rumah Nasution di Jalan Teuku Umar 40, Menteng, Jakarta Pusat, didatangi oleh pasukan yang disebut-sebut berasal dari resimen Tjakrabirawa (pasukan pengaman presiden).
Pasukan itu dilengkapi dengan senjata tajam saat menyambangi rumah Pak Nas -sapaan akrab Nasution-. Istri Nasution, Johanna Sunarti, sudah mengetahui kedatangan pasukan Tjakrabirawa itu untuk mencari suaminya.
"Itu yang mau bunuh kamu datang," ujar Sunarti kepada suaminya, Nasution, ditirukan putri sulung mereka, Hendrianti Saharah Nasution atau Bu Yanti