Politisi anti-Islam Denmark, Rasmus Paludan, telah ditangkap di Jerman setelah memasuki negara itu dalam upaya untuk mengadakan demonstrasi.
Ketua Partai Stram Kurs atau Hard Line (Garis Keras) tersebut dikenal karena aksinya membakar Al-Qur'an di distrik-distrik yang didominasi imigran di Denmark.
Paludan, yang menganjurkan pelarangan Islam dan deportasi non-etnis Denmark dari negaranya, sebelumnya menulis dalam sebuah posting Facebook bahwa dia pada Rabu (28/10/2020) bermaksud untuk mengadakan demonstrasi di Neukölln Berlin, sebuah lingkungan multikultural tempat banyak Muslim tinggal. Namun, pada hari Selasa, dia dicegah memasuki Jerman di Bandara Tegel di Berlin. (Baca: Politisi Anti-Islam Denmark Akan Bakar Al-Qur'an di Swedia)
"Saat dia masih di pesawat, polisi federal menolak dia masuk dari Kantor Imigrasi Negara," kata juru bicara Kantor Dalam Negeri kepada surat kabar Jerman, Der Tagesspiegel, Kamis (29/10/2020).
"Paludan tidak turun dari pesawat tetapi terbang kembali ke Copenhagen pada Selasa sore," katanya lagi.
Menurut media Jerman, Paludan dilarang memasuki negara itu hingga 31 Oktober, tetapi mencoba memasuki negara itu lagi pada Rabu. Dia kemudian ditangkap oleh polisi dan sekarang menghadapi denda atau penjara hingga satu tahun. (Baca: Setelah Nabi Muhammad, Charlie Hebdo Pajang Kartun Erdogan Cabul)
Pejabat di Partai Hard Line, Henrik Søndergaard, membenarkan bahwa pemimpin partai tersebut telah ditangkap di Jerman.
“Dia awalnya ditolak di pesawat, dan kemudian ditangkap di Berlin, karena kemudian dia pergi ke sana dengan mobil. Dia telah menyerah untuk berdemonstrasi, tetapi memiliki tugas di kedutaan Swedia di Berlin," kata Henrik Søndergaard kepada BT.
Søndergaard tidak merinci tugas apa itu. Rasmus Paludan, yang ayahnya orang Swedia, baru-baru ini diberikan kewarganegaraan Swedia, setelah sebelumnya ditolak masuk ke Swedia dan dilarang selama dua tahun.
Rencana awal untuk mendemonstrasikan, bagaimanapun, dilakukan oleh sesama anggota Partai Hard Line. Demonstrasi berlangsung damai. Menurut Søndergaard, tidak ada Al-Qur'an yang dibakar, dan itu tidak pernah menjadi rencananya.
“Tidak ada rencana untuk membakar Al-Qur'an. Itu ilegal di Jerman, dan kami tidak melakukan sesuatu yang ilegal. Kami telah membakar Al-Qur'an di Denmark dan Swedia, di mana diizinkan, tetapi tidak di Jerman," kata Søndergaard.
Paludan menjadi terkenal di Denmark melalui demonstrasi menentang Islam di daerah dengan komunitas etnis yang cukup besar, yang kemudian dirilis dalam sebuah video. Selama ini, tidak jarang anggota Partai Hard Line merobek, membakar atau menista Al-Qur'an. Ini dirayakan sebagai latihan kebebasan berbicara oleh partai, namun dipandang sebagai penistaan oleh umat Islam. Lantaran ada ancaman dan upaya pembunuhan, Paludan hidup di bawah perlindungan polisi serba guna yang menghabiskan uang negara Denmark jutaan kroner.