Sosok ayah, merupakan figur orang tua yang rela bekerja keras demi kesuksesan anak-anaknya.
Meski ia tak ikut melahirkan seperti para ibu, dedikasi dan pengorbanan yang diberikan juga tak bisa dipandang sebelah mata.
Merekalah yang bertugas mencari nafkah demi kelangsungan hidup keluarga tercinta.
Maka, sudah selayaknya kita harus menghormati jasa-jasa yang telah diberikan kepada kita selama ini.
Namun, kisah berikut seolah berbanding terbalik dengan narasi diatas.
Disaat usia yang telah senja, kakek tua bernama Seger ini malah diacuhkan oleh anak-anaknya yang telah hidup sukses dan bergelimang harta.
Alhasil, ia pun harus terlunta-lunta dijalanan dengan berjualan onde-onde demi sesuap nasi. Seperti apa kisah pilunya hidup seorang diri? simak ulasan dibawah selengkapnya.
Sosok Renta yang Merantau di Surabaya
Seger yang saat itu tak mempunyai harta sepeser pun, nekat mengikuti temannya mengadu nasib di Surabaya.
Merantau ke kota besar, menjadi pilihan dirinya lantaran ia sudah tak memiliki apa-apa di kampung halamannya, Kediri.
Seluruh hartanya telah ludes unutk membiayai kelima anaknya hingga masing-masing dari mereka telah sukses.
Dibalik kesuksesannya tersebut, terselip sebuah cerita miris yang sanggup membuat siapa saja yang mendengarnya menitikan air mata.
Berdagang Onde-onde Demi Sesuap Nasi
Sebelumnya, tak ada dalam benak Seger untuk menjadi seorang penjual onde-onde.
Pekerjaan tersebut terpaksa ia lakoni karena himpitan ekonomi yang menderanya selama di hidup di Surabaya.
Saban hari setiap subuh hingga petang, ia setia mengayuh sepedanya, menjajakan onde-onde.
Disana, ia hidup berdua dengan sang istri dan mengontrak sebuah rumah untuk berteduh.
Hidup terlunta-lunta di kota yang asing, membuat perjuangan hidup yang ditanggungnya menjadi semakin berat.
Bahkan Jika dagangannya tak habis, onde-onde tersebut dijajakan di sekitaran tempat tinggalnya.
Jerih Payah dan Kesuksesan yang Dibalas Dengan Air Tuba
Seger yang merupakan warga asli Kediri tersebut, ternyata mempunyai masalah pelik yang membuat dirinya harus hijrah ke Surabaya.
Seluruh hartanya ketika masih di Kediri, telah ludes untuk membiayai pendidikan kelima anaknya hingga sukses.
Bahkan mereka kini telah mempunyai toko masing-masing. Anak-anaknya tersebut ada yang bermukim di Kalimantan, Kediri dan Jombang.
Sayangnya, jasa orang tua tersebut dibalas dengan perlakuan yang menyayat hati.
Sang ayah dan istrinya yang notabene adalah ibu mereka, dilarang berkunjung di kediamannya.
Bahkan pada 5 momen lebaran terakhir, tak ada satupun dari anak-anaknya yang datang berkunjung.
Tak pelak, kisah sang kakek penjual onde-onde tersebut, sangat menohok relung hati yang paling dalam.
Bagaimana mungkin, seorang anak yang dibesarkan dengan susah payah dan pengorbanan, malah menelantarkan kedua orang tuanya dikala usia senja mereka.
Semoga kejadian semacam ini, tidak terjadi terjadi pada orang tua lain. Khususnya pada anak-anak agar selalu menghormati jasa kedua orang tua mereka.