Islam adalah agama yang mengajarkan kejujuran dan kelembutan. Al-Qur'an membawa ayat-ayat tentang jujur, ketawadhu'an, anti dusta, anti kekerasan dan lainnya.
Itu sebabnya para Hafiz (حافظ) Qur'an sangat dimuliakan Allah Ta'ala. Boleh disebut mereka adalah Good Looking, bukan golongan radikal.
Mereka mengkaji Al-Qur'an, mempelajari Al-Qur'an, dan menghafalnya dan semuanya adalah bagian dari ibadah. Menjadi Hafiz dijamin oleh negara. Menjadi ahli Qur'an dijamin oleh negara. Mempraktikkan Al-Qur'an juga dijamin oleh negara. Dengan jaminan itu kita berharap semua bisa mengamalkan isi Al-Qur'an dengan benar sehingga tampil lebih elegan Good Looking.
"Jika anda membaca Al-Qur'an dengan benar, tunjukkan kepada saya di titik mana anda temukan kekerasan dalam Al-Qur'an? Di titik mana anda temukan bimbingan ekstrimisme dalam Al-Qur'an? Di titik mana anda temukan keburukan dalam Al-Qur'an? Jangankan tindakan kasar, untuk melihat yang tak baik saja tidak diperkenankan," tegas Ustadz Adi Hidayat.
Perlu diketahui, Al-Qur'an diajarkan oleh Nabi Muhammad shallallahu 'alaihi wa sallam setidaknya kurang lebih selama 23 tahun sejak periode Mekkah 13 tahun, periode Madinah 10 tahun. Dahsyatnya, dalam periode ini dihasilkanlah manusia-manusia berkualitas yang dibimbing, bukan sekadar bisa membaca Al-Qur'an, tapi mereka menanamkan Al-Qur'an ke dalam jiwa.
Para sahabat yang mulia mulai menghafalnya. Mereka tidak sekadar membacanya dengan lisan mereka, tapi menenggelamkan bacaan dari lisan itu dihujamkan ke dalam jiwanya. Mereka jaga itu semua, mereka hafalkan.
Dalam bahasa Arab, sesuatu yang dijaga dengan cara menghafalnya disebut dengan hafizah (yahfazh). Orangnya disebut dengan Hafiz.
Hafiz orang yang menjaga, orang yang menghafalkan sesuatu untuk menjaganya bila konteks ini disematkan pada manusia.
Ketika mereka menghafal ayat-ayat tentang mata, Allah memerintahkan agar melihat yang baik-baik, memandang yang baik saja, tinggalkan yang buruk, jauhi pornografi, jauhi pornoaksi, hal-hal yang jelek.
Dengan hafalan tersebut, seorang hafiz akan dibimbing melihat yang baik saja, maka mustahil ada seorang hafiz melihat hal-hal yang buruk.
Begitu juga ketika ayat tentang telinga mulai dihafalkan tembus ke jiwa, maka ayat itu akan memberikan sebuah bimbingan iman untuk mendengar yang baik-baik saja. Demikian juga lisan sampai ke ujung kaki. Puncaknya seorang hafiz, bisa menghafal Al-Qur'an dengan benar.
"Anda tidak harus dituntut untuk menghafalkan 30 juz. Tapi yang diinginkan Al-Qur'an, setiap ayat yang kita baca, kita hafalkan, kita terjemahkan dalam bentuk perilaku," kata Ustadz Adi Hidayat.
Ustadz Adi Hidayat menceritakan di zaman Nabi SAW ada banyak pengusaha sekelas Sayyidina Abu Bakar ash-Shiddiq, Sayyidina Utsman bin Affan, Abdurrahman bin auf radhiyallahu 'anhum, mereka adalah penghafal Al-Qur'an dan menerjemahkan hafalan itu dalam bentuk perilaku. Apa yang terjadi? Mereka sukses, asetnya banyak, dan tetap tidak meninggalkan nilai-nilai kebaikan.
Ada Sayyidina Khalid bin Walid, Sayyidina Umar bin Khatthab, Sayyidina 'Amr bin Ash, tidak diragukan lagi kualitas kepemimpinan mereka bisa menaklukkan Persia, Romawi. Mereka ahli strategi tapi mereka juga penghafal Al-Qur'an. Ada ahli ilmu seperti Sayyidina Ali bin Abi Thalib karamallaahu wajhah, Sayyidina Abu Hurairah tidak diragukan bagaimana dahsyatnya keilmuan mereka, mereka juga hafiz.
Ada arsitek seperti Sayyidina Salman Al-Farisi radhiyallaahu 'anhu, dengan ilmunya beliau membentengi Kota Madinah dengan membuat parit-parit yang sekarang namanya dikenang. Mereka semua ahli Qur'an, semuanya hafiz. Dalam bahasa kekinian mereka adalah Good Looking. Bukan golongan radikal, bukan golongan ekstrem.
Karena itu, jangan lupakan negeri kita Republik Indonesia. Bukankah saham terbesarnya adalah dari para ulama yang berjuang dengan rasa cintanya kepada negeri ini. Bukankah para ulama kita dahulu itu ahli Al-Qur'an? Mereka mengorbankan nyawa, harta untuk memerdekakan bangsa ini. Dan itu semua buah dari mengamalkan isi Al-Qur'an.
Pertanyaannya, kapan kemudian ekstrimisme mulai muncul? Kapan radikalisme mulai nampak dalam kehidupan? Yang paling mudah untuk diamati semua itu terjadi ternyata ketika nilai-nilai Al-Qur'an semakin ditinggalkan.
"Anda bisa bayangkan jika pejabat seorang hafiz, mustahil dia melihat catatan-catatan yang salah, angka-angka yang keliru. Proyek yang salah saja tak mampu, apalagi menggerakkan tanda tangannya untuk hal yang tidak baik. Jemari orang yang salat dan menghafal Qur'an mustahil dipakai berbuat maksiat," terang Ustadz Adi Hidayat.
Allah Ta'ala berfirman"
إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنْهَىٰ عَنِ ٱلْفَحْشَآءِ وَٱلْمُنكَرِ ۗ
Ustadz Adi Hidayat mengingatkan, apabila nilai-nilai Al-Qur'an ditinggalkan, mulai dijauhkan, maka musibah pun akan terjadi. Di tempat manapun Iislam pernah berpijak sepanjang nilai-nilai Al-Qur'an ditinggalkan, maka yang buruk-buruk pasti akan muncul.
Karena itu, Rasulullah SAW diperintahkan menyampaikan isi Al-Qur'an, mengajarkannya, mempraktikkannya bersama para sahabat. Allah pun langsung memberikan pengakuan dengan turunnya Surah Ali-Imran ayat 110:
كُنْتُمْ خَيْرَ أُمَّةٍ أُخْرِجَتْ لِلنَّاسِ تَأْمُرُونَ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَوْنَ عَنِ الْمُنْكَرِ وَتُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ ۗ وَلَوْ آمَنَ أَهْلُ الْكِتَابِ لَكَانَ خَيْرًا لَهُمْ ۚ مِنْهُمُ الْمُؤْمِنُونَ وَأَكْثَرُهُمُ الْفَاسِقُونَ
"Pesan kami jika ada orang-orang yang mengajak pada perbuatan-perbuatan radikal yang bertentangan dengan Al-Qur'an walaupun dia mengklaim dirinya Hafiz, sesungguhnya dia bukan ahli Al-Qur'an. Sebab, hafiz yang sesungguhnya sudah pasti Good Looking. Enak dipandang, enak dalam beraktivitas, good attitude, akhlaknya bagus, perilakunya mulia, dan jauh dari nilai-nilai kekerasan," tutup Ustadz Adi Hidayat.