Pernyataan Menteri Agama Fachrul Razi beberapa waktu lalu terkait dua jalur pintu masuk radikalisme yakni melalui lembaga pendidikan dan lembaga agama yang salah satunya adalah penceramah atau kelompok good looking, hingga saat ini masih menuai kontroversi.
Pernyataan tersebut disampaikan Fachrul Razi dalam sebuah webinar bertajuk "Strategi Menangkal Radikalisme Pada Aparatur Sipil Negara" pada Rabu (2/9/2020) lalu.
Menteri Agama Fachrul Razi mendapatkan berbagai kritikan dari kelompok masyarakat dan pemuka agama.
Salah satunya Imam Besar Masjid Al Akbar Surabaya, Ahmad Zahro yang menanggapi pernyataan itu dengan kritikan.
Menurut Ahmad Zahro, para hafidz Qur’an merupakan bagian dari keluarga Allah.
“Penghafal Al-Qur’an adalah keluarga Allah dan orang-orang khusus-Nya, orang-orang spesial-Nya,” kata Ahmad Zahro, Jum’at (11/09/2020).
Ahmad Zahro menegaskan, jika Menteri Agama Fachrul Razi tidak meralat pernyataan soal good looking maka akan berhadapan dengan ribuan huffadz (penghafal Al-Qur'an) di berbagai daerah di Indonesia.
Hanya saja, kata dia, para huffadz tidak meresponnya dengan cara demo ataupun kekerasan.
"Pak Menteri, kalau panjenengan tidak meralat pendapat itu berhadapan dengan para huffadz, dan para huffadz menghadapi itu tidak dengan cara demo maupun dengan kekerasan, cukup hati ndak terima adalah doa dahsyat untuk bapak," tegasnya.
Ahmad Zahro menilai selama Menag Fachrul Razi tidak meralat pernyataan tersebut, kekecewaan para huffadz lewat doa terus mengalir.
"Sekali lagi, cukup hati mereka kecewa dan tidak terima, tersinggung oleh ucapan bapak adalah doa yang amat dahsyat, dan itu jumlahnya ratusan ribu, Pak. Jangan main-main dengan para huffadz," pungkasnya.
Menurut dia, alasan para huffadz menanggapi soal good looking dengan cara tidak melawan dan memberontak disebabkan karena tidak mempunyai kekuatan untuk itu.
"Tapi kalau mengadu kepada Allah cepat sampai, karena keluarganya Gusti Allah, keluarganya Allah SWT," ujarnya.
Ahmad Zahro kemudian mengutip Surah Al-Hijr ayat 9 yang artinya; Kami-lah yang menurunkan Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya_.
“Mengapa digunakan kata “Kami”, karena menurut para mufassir, Allah SWT didampingi para huffadz untuk menjaga Al-Qur’an,” ungkapnya.