Menjadi guru memang harus sabar. Selain mendidik banyak murid dengan berbagai karakter, guru juga harus menghadapi orang tua atau wali murid yang terkadang tidak terima dengan cara mengajar di sekolah.
Dengarlah kisah guru asal Malaysia, Mohd Fadli Salleh, yang menumpahkan unek-uneknya di Facebook.
Dia mengaku harus menghadapi wali murid angkuh yang tidak terima anaknya mendapat hukuman karena kesalahan yang diperbuat di sekolah.
"Di suatu ketika, pernah aku temui, orang yang baru jadi kaya. Datang dengan berlagak angkuh dengan kunci BMW tergantung di celana," tulis Salleh.
Menurut dia, wali murid itu mengaku telah berbincang dengan pengacara dan menyebut bahwa tindakan atau cara mengajar Salleh bisa digugat ke pengadilan. Wali murid itu mengaku kasihan kepada Salleh sehingga tak menggugat ke pengadilan, cukup melapor ke sekolah saja.
"Kalau ingin suruh pengacara saya menggugat pak guru, sangat bisa," tulis Salleh, menirukan ancaman sang wali murid.
Salleh juga menyebut wali murid itu juga menebar ancaman lain. Menurut Salleh, wali murid itu mengancam, " Bahkan kalau ingin suruh pak guru diganti pun saya bisa lakukan. Saya biasa makan semeja dengan menteri."
Wali murid itu juga menyombongkan diri, bahwa anaknya kalau sakit dirawat di rumah sakit swasta yang mahal. Sang wali murid juga menyebut punya dokter pribadi. " Tak pernah berobat ke rumah sakit negeri yang penuh," tulis Salleh menirukan sang wali murid.
Saleh pun tak surut hanya gara-gara gertakan sang wali murid tersebut. Dia tak keder mendengar omong besar sang wali murid yang tak terima anaknya dihukum itu.
"Bicara dengan angkuh mentang-mentang pakai BMW, ada pengacara sendiri, ada doktor keluarga lagi," tulis Salleh.
Dia sadar sebagai guru lulusan diploma. Sudah begitu, kendaraan pun tak bagus-bagus amat. Hanya bermotor. Benar-benar hidup sederhana. Wali murid itu juga menuduh macam-macam.
"Agaknya dia menuduh seperti itu ingin suruh aku berlutut meminta ampun minta simpati," tulis Salleh.
Tapi Salleh tak heran. Dia justru memandang wajah si wali murid. Dia kemudian berkata, " Ya sudah, kalau kaya banget bawa anakmu ke sekolah swasta. Kenapa menyekolahkan anak ke sekolah negeri?"
Salleh mengaku tak pernah membeda-bedakan anak didiknya. Semua sama. " Tak peduli anak tukang sapu, tak peduli anak raja. Bila ada sanksi, maksud saya hendak mendidik mereka dari perbuatan salah yang sama," tambah Salleh.
Dia meminta kepada wali murid yang tak terima dengan caranya mendidik siswa untuk memindahkan anak mereka. Atau meminta guru lain menggantikan posisinya sebagai tenaga pengajar di kelas anak mereka.
"Saya takkan mohon maaf karena saya ingin mendidik," tegas Salleh.
Dia mengaku sangat keras membalas si wali murid, sehingga guru lain yang tak jauh dari ruangan mereka datang. " Merah padam muka dia kena balas begitu," tambah Salleh.
Dia ditenangkan oleh teman sejawatnya. Salleh mengaku pusing dan terus ke parkiran menghidupkan motornya, pulang.
"Meninggalkan si angkuh terus mengomel tidak puas hati dengan aku yang tidak tunduk dengan intimidasi," tutur Salleh.
Karena penasaran dengan gaya tengil itu, Salleh iseng mengecek gaji wali murid yang tertera di sekolah. Ternyata, gajinya 15 ribu ringgit (sekitar Rp53 juta) sebulan.
"Aduh, baru gaji 15k sebulan pamer seperti itu. Orang lain gaji 200k sebulan datang dengan penuh santun bertanya kabar siap ajak duduk semeja makan cendol," kata dia.
"Ini pinjaman BMW sampai sembilan tahun saja sudah mengintimidasi guru yang mendidik anaknya," tambah Salleh.
Dia berpesan kepada semua orang untuk tidak sombong bila menjadi orang kaya. " jangan sombong. jangan biadab," pesan Salleh.
Apalagi, kata dia, sombong kepada guru yang mendidik anak-anak. Sebagai guru, kata Salleh, pasti ada salah, namun apa salahnya menegur dengan rasa hormat.
"Tidak perlu menjual pangkat. Tidak perlu menepuk dada cerita duduk dengan menteri, kenal pejabat ini itu. Tidak perlu juga mengancam menyuruh guru bersujud di bawah tapak kaki kalian," kata Salleh.
Menurut Salleh, tak ada orang yang segan dengan kekayaan orang yang sombong. " Karena tidak ada sebutir beras di dapur mereka itu yang kalian belikan. Tiada jasa apa-apa kalian pada mereka."
Dia menambahkan, orang akan hormat jika kita berbicara baik. Orang akan dihormati jika menghormati orang lain. " Itu hukumnya. Ingat pesan guru kecil ini."