Anggota Komisi VIII DPR RI, Achmad meminta kepada Menteri Agama (Menag), Fachrul Razi agar berhenti mengumbar kata radikal ke masyarakat.
Menurut Achmad, Menag tak perlu lagi mengobral narasi radikal ke publik.
"Saya banyak sekali mendapat WA dari banyak tokoh masyarakat. Ini mereka menyampaikan kepada menteri tolong lah Menteri Agama itu jangan obral mengatakan radikal, jangan obral mengatakan teroris, jangan obral mengatakan Islam tuh sesuatu yang ganas. Ini tidak baik," kata Achmad dalam Raker bersama Menag pada Selasa (8/9).
Achmad menambahkan, mestinya seorang yang menduduki posisi Menag harus berwibawa dan memiliki takhta di hati umat. Bukan justru sebaliknya.
"Nah ini pesan moral mereka sehingga tak seolah-olah itu jadi pijakan," tegasnya.
Mengenai kelompok radikal yang dimaksudkan Menag, Achmad menyebut pihak Kemenag belum pernah melakukan pendekatan edukatif terhadap kelompok yang dituding radikal.
"Belum pernah Menteri Agama menjelaskan berapa persentase dari 85 persen ini berapa yang radikal. Kenapa yang kecil ini jadi mainan? Kenapa yang besar ini tidak diurus dengan baik, bukankah itu potensi untuk mendukung kita berbangsa dan bernegara?" tanya dia.
Selanjutnya, ia meminta Menag jangan menjadikan isu radikalisme menjadi mainan. Pasalnya akan sangat menguras energi dari kementeriannya sendiri.
"Dia semakin dipijak mereka itu, mereka semakin melambung Pak, semakin besar mereka. Semakin sering Bapak sebut teroris itu semakin besar, ketawa mereka," jelas dia.
"Nah justru itu saya minta ke Pak Menteri hentikanlah kata-kata radikal itu, jangan bicara radikal lagi!” sambung Achmad.
Achmad juga menjelaskan, tak semua radikal itu berkonotasi negatif. Menurutnya tanpa adanya prinsip radikal dari para pejuang bangsa ini, mungkin hingga saat ini Indonesia belum merdeka.
"Kalu tidak ada radikal positif kita tidak akan merdeka Soekarno-Hatta Pak. Jadi radikal ini jangan diartikan negatif, radikal ini artinya positif Pak. Jadi kami mengharapkan jangan Menag menjadi pemicu, jangan negara jadi gaduh umat ini di tengah-tengah kita. Tapi (jadilah) penyejuk Pak, itu harapan kami," pungkas dia.
Sebar Radikalisme Lewat Anak Good Looking
Sebelumnya, Menteri Agama Fachrul Razi mengungkap cara penyebaran paham radikalisme di lingkungan Kementerian dan BUMN. Fachrul menuturkan, salah satu polanya melalui orang berpenampilan menarik. Beradaptasi hingga menjadi pengurus masjid.
"Cara masuk mereka gampang, pertama dikirimkan seorang anak yang good looking, penguasaan bahasa Arab bagus, hafiz, mulai masuk, ikut-ikut jadi imam, lama-orang orang situ bersimpati, diangkat jadi pengurus masjid. Kemudian mulai masuk temannya dan lain sebagainya, mulai masuk ide-ide yang tadi kita takutkan," kata Fachrul dilihat dari YouTube Kemen PAN-RB, Jumat (4/9).
Fachrul mengatakan, pemerintah mewaspadai rumah ibadah di institusi pemerintahan. Salah satunya, dengan melarang non pegawai menjadi pengurus di tempat ibadah tersebut.
Pidato ini menuai kontroversi. Bahkan menjadi pembahasan dalam rapat Komisi VIII DPR kali ini. Namun Menag memberikan penjelasan.
Penjelasan Menag
Fachrul Razi mengaku tidak tahu pernyataannya mengenai anak good looking penyebar paham radikal bakal menjadi kontroversi di publik.
Menag juga tidak tahu jika pernyataannya itu menjadi konsumsi publik. Ia kira hanya untuk kalangan aparatur sipil negara (ASN) karena di acara yang digelar Kementerian PAN-RB.
"Perlu saya garisbawahi, saya mohon maaf tidak tahu itu menjadi konsumsi publik, saya kira itu internal ASN. Kalau bicara tentang publik, tentu saya berbicara dengan bahasa yang berbeda, meskipun substansinya sama," ujarnya.
Dalam rapat Komisi VIII DPR, Fachrul diminta menjelaskan tentang pernyataannya yang kerap menjadi kontroversi di publik. Termasuk soal anak good looking, penghafal Alquran sebar radikalisme di masjid kementerian.
Fachrul mengatakan, pernyataan itu muncul ketika acara Kementerian PAN-RB. Dengan topik membahas deradikalisasi. Sehingga, menurutnya wajar saja jika menyampaikan masalah radikalisme.
"Jadi kalau topiknya deradikasliasi nggak mungkin bercerita memasak gulai kambing, tapi bercerita apa upaya deradikalisasi yang perlu dilakukan. Karena topiknya memang 'ASN No Radikalisasi' itu topik yang diberikan Menteri PAN-RB. Sehingga saya diminta memberikan masukan mengenai hal tersebut. Jadi masukan saya pasti soal itu," ucapnya.