Sejumlah calon jamaah haji punya pengalaman unik terkait panggilan untuk bisa menyempurnakan rukun Islam. Ada yang landai, namun tidak sedikit yang mengejutkan. Seperti yang terjadi di Probolinggo.
Adalah Slamet Efendy (30), seorang pengamen yang kini tercatat sebagai calon haji. Tidak sendiri, warga Dusun Krajan RT 03/RW 03 Desa Kerpangan, Kecamatan Leces, Probolinggo itu juga memberangkatkan ibunya yang bernama Atminah (57) ke Mekkah.
Slamet mengatakan setoran awal setiap orang kini Rp 25 juta. Untuk berangkat bersama ibunya, Slamet telah menyetorkan uang Rp 50 juta ke Biaya Penyelenggaraan Ibadah Haji (BPIH) yang didapat dari tabungan yang ia kumpulkan dari hasil mengamen di jalanan.
"Saya ingin berangkat haji ke Mekkah bersama ibu. Semoga berangkatnya bisa bersamaan," kata Slamet, Sabtu (5/9/2020).
Slamet mengaku telah mendaftarkan ibunya untuk berhaji pada tahun 2018 silam, sedangkan dirinya baru mendaftar pada tahun 2020 ini.
"Alhamdulillah saya daftarkan haji ibu pada Tahun 2018 lalu. Sedang untuk pendaftaran haji saya pada Kamis (3/9) kemarin. Uang pendaftaran itu saya kumpulkan 10 tahunan," tambahnya.
Ia menjelaskan, dari mengamen itu setiap harinya dia mendapat uang untuk ditabung.
"Pendapatan mengamen tidak tentu. Sehari kadang Rp 50 ribu, kadang Rp 70 ribu. Dari hasil itu, setiap hari saya tabung Rp 20 ribu sampai Rp 25 ribu," jelasnya.
Kini Slamet dan ibunya resmi tercatat sebagai calon haji Kabupaten Probolinggo.
Untuk bisa melunasi kekurangan ongkos haji bersama ibunya, Slamet akan kembali menabung dengan jalan mengamen.
"Nanti pelunasan akan dikabari Kemenag. Kalau sudah mau berangkat harus lunas. Ini nabung lagi agar ketika dikabari Kemenag, saya siap melunasi," tandasnya.
Tetangganya yang bernama Yuyun mengatakan jika Slamet sejak kecil telah ditinggal oleh ayahnya karena meninggal. Slamet kemudian memutuskan berhenti sekolah di saat duduk di kelas 2 sekolah dasar (SD).
Menurutnya, Slamet dikenal sebagai orang yang memiliki keinginan besar untuk membahagiakan ibunya. Slamet juga dikenal sosok religius karena setiap kegiatan keagamaan selalu aktif hadir di majelis taklim atau pengajian di desanya.
"Slamet tidak bisa baca tulis. Jadi saat Slamet mendaftarkan diri untuk mendapatkan porsi haji, ia mengajak saya," kata Yuyun.