Tidak dapat dipungkiri bahwa perbedaan waktu antara 20 tahun yang lalu dan saat ini menjadi salah satu faktor penyebab sulitnya mendapatkan pekerjaan.
Jumlah lulusan saat ini terlalu banyak, sehingga menciptakan persaingan yang ketat di dunia kerja.
Tentunya banyak orang yang mengalami situasi ini, dimana terlalu banyak lamaran yang 'disebar’ namun peluang kerja masih belum kunjung tiba.
Baru-baru ini, pengguna Twitter asal Malaysia @hazidajimmy membagikan tips berlatih agar mudah mendapatkan pekerjaan berdasarkan pengalamannya sendiri.
Lewat sebuah utasan di Twitter, ia mengungkap 'rahasia' yang didapatnya hanya karena amalan shalat sunat.
“Mau tahu gak, bagaimana saya bisa mendapatkan interviews untuk lima pekerjaan dalam satu bulan dan setiap lima kali saya mendapatkannya. Tiga di antara itu saya tolak karena jauh," tulis Hazid dalam unggahannya, Selasa, (28/8/2020).
“Terus, kemarin saya dapat lagi dan disuruh kerja bulan depan. Hari ini aku dapat telepon lagi dan disuruh cek kesehatan besok.
“Jadi saya ingin berbagi tips bagaimana saya bisa mendapatkan banyak pekerjaan hanya dalam satu bulan saja. Mudah dan sederhana. Semua orang bisa melakukannya. Plus, hal ini tidak merugikan siapapun," tambahnya lagi.
Wanita asal negeri jiran itu mengungkapkan rahasianya adalah melakukan ibadah-ibadah sunnah yang telah diajarkan dalam agama Islam.
“Pernah dengar sholat Qabliyyah dan Ba'diyyah rawatib sunat? Meski shalat sunat, menurut saya hal ini benar-benar efektif,” tulisnya di utas tersebut.
Ungkapnya lagi, dia juga sering melakukan amalan tersebut pada saat Orde Pengendalian Gerakan (PKP) atau seperti PSBB di Indoneisa beberapa bulan lalu karena tidak tahan duduk saja di rumah.
Amalan yang sering dilakukan pengguna Twitter tersebut adalah melakukan shalat rawatib dan tahajud pada malam hari.
“Saya melakukannya seharian penuh untuk shalat sunat, saya tambah shalat tahajud. Besok itu saya dapat panggilan kerja, besoknya lagi saya dapat panggilan lagi. Hal ini kenyataan, saya melakukannya dan saya mendapatkannya.
“Pertama kali saya shalat sunat, saya menunggu seharian, tapi saya tidak mendapat satupun panggilan kerja. Saya pikir mungkin karena hari itu saya 'menerima begitu saja Allah'. Ketika Allah memberi, saya tidak mengamalkan hal itu terus menerus.
“Saya tidak putus asa lagi, saya terus melakukan sholat sunat rawatib, seperti yang saya lakukan sholat lima waktu setiap hari. Saya menjadikan hal itu menjadi kewajiban.
"Ditambah saya melakukan setiap malam dengan Tahajud. Terakhir, setiap setelah Maghrib saya membaca Alquran, tidak banyak, sedikit pun jadi," tulisnya lagi.
Selain itu, amalan bershalawat juga sering dilakukannya setiap hari setelah melaksanakan shalat lima waktu.
Bukan hanya itu saja, amalan membaca Alquran dan bershalawat kepada Nabi Muhammad juga dilakukannya setiap hari.
“Setiap selesai sholat saya akan shalawat 60 kali. Tapi kalau mau buat lebih, pun lebih bagus. Minimal 300 kali sehari. Dan dzikir seperti biasa, Subhanallah Alhamdulillah Allahu akbar 33 kali setiap kali selesai sholat.
“Ini terlihat rumit tetapi jika Anda terbiasa, Anda akan merasa normal saat melakukan semua ini.
"Satu hal lagi, saya memang menggunakan kabel, kabel saya adalah Allah. Tidak ada yang lain. Semua posisi yang saya minta, tidak ada keluarga saya yang ada hubungannya dengan itu," tulisnya lagi.
Shalat Rawatib
Shalat rawatib merupakan shalat sunnah yang menyertai shalat fardhu (sholat lima waktu).
Shalat sunnah rawatib dibagi menjadi dua, yaitu Qobliyah dan Ba'diyah.
Sholat sunnah rawatib yang dikerjakan sebelum shalat fardhu disebut qabliyah, sedangkan shalat rawatib yang dikerjakan sesudah sholat fardhu disebut ba’diyah.
Berikut bacaan Niat Sholat Rawatib Qobliyah dan Ba'diyah:
Niat Sholat Sunnah Qobliyyah Subuh
اُصَلِّى سُنَّةَ الصُّبْحِ رَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Usholli sunnatash-shubhi rok'ataini qobliyyatan mustaqbilal qiblati lillahi ta'aala
Artinya : "Saya niat shalat sunnah sebelum subuh dua rakaat, dengan menghadap kiblat karena Allah ta'ala
Niat Shalat Sunnah Qobliyyah Dzuhur
اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِرَكْعَتَيْنِ قَبْلِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Usholli sunnatazh-zhuhri rok'ataini qobliyyatan mustaqbilal qiblati lillaahi ta'ala
Artinya : "Saya niat shalat sunnah sebelum dzuhur dua rakaat, dengan menghadap kiblat karena Allah ta'ala
Niat Sholat Sunnah Ba'diyyah Dzuhur
اُصَلِّى سُنَّةً الظُّهْرِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Usholli sunnataz-zhuhri rok'ataini ba'diyyatan mustaqbilal qiblati lillaahi ta'aalaa
Artinya : "Saya niat shalat sunnah setelah dzuhur dua rakaat, dengan menghadap kiblat, karena Allah ta'ala
Niat Sholat Sunnah Ba'diyyah Maghrib
اُصَلِّى سُنَّةً الْمَغْرِبِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Usholli sunnatal maghribi rok'ataini ba'diyyatan mustaqbilal qiblati lillaahi ta'ala
Artinya : "Saya niat shalat sunnah setelah maghrib dua rakaat, dengan menghadap kiblat, karena Allah ta'ala"
Niat Sholat Sunnah Ba'diyyah Isya
اُصَلِّى سُنَّةً الْعِشَاءِ رَكْعَتَيْنِ بَعْدِيَّةً مُسْتَقْبِلَ الْقِبْلَةِ ِللهِ تَعَالَى
Usholli Sunnatal 'isya'i rok'ataini ba'diyyayan mustaqbilal qiblati lillaahi ta'aala
Artinya : "Saya niat shalat sunnah setelah 'isya dua rakaat, dengan menghadap kiblat, karena Allah ta'ala"
Jumlah Sholat Sunnah Rawatib
Dalam memahami hadits-hadits Nabi saw tentang shalat sunat rawatib, para ulama membaginya kepada mu‘akkad dan ghairu mu‘akkad.
Dalam menetapkan mana yang termasuk mu‘akkad dan mana yang termasuk ghairu mu‘akkad para ulama berbeda pendapat.
Shalat sunat rawatib mu‘akkad terdiri atas dua atau empat rakaat sebelum shalat Zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat setelah shalat Maghrib, dua rakaat setelah shalat Isya’ dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh.
Semuanya ada sepuluh atau dua belas rakaat. Dasarnya ialah hadits-hadits sebagai berikut:
Artinya:
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, ia berkata: Aku ingat dari Nabi saw sepuluh rakaat; dua rakaat sebelum shalat Zhuhur dan dua rakaat sesudahnya, dua rakaat sesudah shalat Maghrib di rumahnya, dua rakaat sesudah shalat Isya’ di rumahnya, dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh.” [HR. al-Bukhari, Muslim, dan Imam-imam yang lain].
Artinya:
“Diriwayatkan dari ‘Aisyah, bahwasanya Nabi saw tidak pernah meninggalkan empat rakaat sebelum shalat Zhuhur dan dua rakaat sebelum shalat Shubuh.” [HR. al-Bukhari dan Abu Dawud]. “Diriwayatkan pula dari ‘Aisyah, ketika ditanya tentang sebagian shalat sunat Nabi saw, ia berkata: Beliau shalat sebelum Zhuhur empat rakaat di rumahku kemudian pergi (shalat berjamaah di masjid), lalu beliau kembali ke rumahku dan shalat dua rakaat, kemudian beliau shalat Maghrib dengan orang banyak (di masjid) lalu kembali ke rumahku dan shalat dua rakaat, kemudian beliau shalat Isya’ berjamaah (di masjid) lalu masuk rumahku dan shalat dua rakaat.”
Dari hadits riwayat Aisyiyah tersebut dapat dipahami bahwa Rasulullah saw mengerjakan shalat sunat rawatib di rumah beliau, bukan di masjid.
Tentu saja perbuatan Rasulullah saw itu lebih utama, namun tidak menutup kemungkinan untuk mengerjakan shalat sunat rawatib di masjid.
Pada riwayat lain dinyatakan :
Artinya:
“Diriwayatkan dari Ummi Habibah, ia berkata: Aku mendengar Rasulullah saw bersabda: Barangsiapa yang shalat (sunat rawatib) dua belas rakaat dalam sehari semalam, niscaya dibuatkan bagi mereka sebuah rumah di surga.” [HR. Muslim].
Yang termasuk shalat sunat rawatib ghairu mu‘akkad ialah:
1. Empat rakaat sebelum shalat Ashar, berdasarkan hadits, yang artinya :
“Diriwayatkan dari Ibnu Umar, diriwayatkan dari Nabi saw, beliau bersabda: Allah memberi rahmat kepada orang yang mengerjakan shalat empat rakaat sebelum shalat Ashar.” [HR. Ahmad, Abu Dawud, at-Tirmidzi, dan dinyatakan sebagai hadits hasan, sedangkan Ibnu Hibban menyatakannya shahih].
2. Dua rakaat sebelum shalat Maghrib, berdasarkan hadits, yang artinya:
“Diriwayatkan dari Abdullah bin al-Mughaffal, bahwasanya Nabi saw bersabda: Shalatlah kamu sebelum Maghrib, shalatlah kamu sebelum Maghrib, bersabda pada kali yang ketiga: bagi siapa yang suka. (Ibnu Mughaffal berkata) beliau mengatakan demikian karena beliau khawatir dipandang orang sebagai sunat mu‘akkad.” [HR. al-Bukhari].
3. Empat rakaat setelah shalat Isya’, berdasarkan hadits, yang artinya:
“Diriwayatkan dari Zurarah bin Abi Aufa, bahwasanya Aisyah ditanya tentang shalat Rasulullah saw pada malam hari, ia berkata: Rasulullah saw shalat Isya’ berjamaah kemudian kembali kepada keluarganya, lalu shalat empat rakaat, kemudian pergi ke tempat tidur dan tidur.”[HR. Abu Dawud].
Sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa ada shalat sunat rawatib yang lain, sesuai dengan penilaian mereka terhadap hadits-hadits yang mereka jadikan sebagai dasar hujjah.
Adapun di dalam Himpunan Putusan Majlis Tarjih Muhammadiyah, dinyatakan bahwa shalat sunat rawatib itu terdiri atas: dua rakaat sebelum Shubuh, dua atau empat rakaat sebelum dan sesudah Zhuhur, dua rakaat sebelum Ashar, dua rakaat sebelum dan sesudah maghrib, dan dua atau empat rakaat sesudah Isya’.