Al-Qur’an adalah kitab suci yang diturunkan Allah kepada Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wasallam, sebagai pedoman dan ajaran untuk seluruh umat manusia.
Salah satu ajaran yang terkandung dalam Al-Qur’an adalah sejarah masa lalu.
Setiap sejarah yang diabadikan dalam Al-Qur’an terdapat nama tempat yang menyimpan peristiwa penting sebagai bahan renungan dan penguat iman bagi generasi setelahnya.
Dalam mengungkap peristiwa, adakalanya Al-Qur’an menyebut sebuah nama tempat, kota atau negara secara tegas dan adakalanya tidak menyebutnya secara tegas.
Di antaranya adalah:
1. Makkah
Secara tegas Al-Qur’an mengabadikan kota ini dalam surat al-Fath ayat 24.
وَهُوَ الَّذِي كَفَّ أَيْدِيَهُمْ عَنْكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ عَنْهُمْ بِبَطْنِ مَكَّةَ مِنْ بَعْدِ أَنْ أَظْفَرَكُمْ عَلَيْهِمْ وَكَانَ اللَّهُ بِمَا تَعْمَلُونَ بَصِيرًا
Kota ini diabadikan dalam Al-Qur’an dengan menggunakan nama Makkah dan juga menggunakan nama lain yang disematkan karena kemuliaannya.
Antara lain adalah; Bakkah dan Balad al-Amin (negara yang aman), Ummul Qura, al-Bait al-Atiq, dan al-Balad.
Bakkah berarti padat, berkerumun dan macet. Dinamakan demikian sebab di kota ini terdapat banyak manusia yang berkerumun hingga padat ketika melakukan thawaf di Baitullah.
Nama ini diabadikan dalam surat Ali Imran ayat 96.
إِنَّ أَوَّلَ بَيْتٍ وُضِعَ لِلنَّاسِ لَلَّذِي بِبَكَّةَ مُبَارَكًا وَهُدًى لِلْعَالَمِينَ
Al-Balad al-Amin artinya, negara yang aman, disebut demikian sebab setiap orang yang masuk ke sana akan terjamin keamanannya.
Ia adalah negara yang mulia, tempat Nabi Agung Muhammad Saw, dilahirkan serta tempat umat islam melaksanakan rukun islam yang kelima, yaitu ibadah haji.
Nama ini diabadikan dalam surat al-Tin ayat 3.
وَهَذَا الْبَلَدِ الْأَمِينِ
Ummul Qura artinya pusat desa, disebut demikian sebab ia menjadi kiblat warga desa dan memiliki kedudukan yang tinggi di hati mereka.
Dalam Al-Qur’an penyebutan nama Ummul Qura disebutkan dua kali, yaitu pada surat al-An’am ayat 92 dan al-Syura ayat 7.
Al-Bait al-Atiq artinya rumah kuno. Dinamakan rumah kuno sebab ia adalah tempat pertama yang dibangun di muka bumi untuk manusia sebagai tempat ibadah kepada Allah Swt.
Dalam Al-Qur’an nama ini disebut dua kali pada surat al-Hajj ayat 29 dan 33.
Selain itu, adakalanya Al-Qur’an menyebut kota ini secara tidak tegas namun menunjukkan pada kota ini. Di antaranya adalah al-Balad, al-Qaryah, dan al-Masjid al-Haram.
2. Madinah
Kata Madinah disebutkan dalam Al-Qur’an sebanyak 14 kali, namun tidak semua kata tersebut merujuk kepada kota Madinah.
Adakalanya kata tersebut berarti kota secara umum. Semula, kota Madinah bernama Yatsrib. Al-Qur’an mengabadikan nama ini dalam surat al-Ahzab ayat 13.
وَإِذْ قَالَتْ طَائِفَةٌ مِنْهُمْ يَا أَهْلَ يَثْرِبَ لَا مُقَامَ لَكُمْ فَارْجِعُوا وَيَسْتَأْذِنُ فَرِيقٌ مِنْهُمُ النَّبِيَّ يَقُولُونَ إِنَّ بُيُوتَنَا عَوْرَةٌ وَمَا هِيَ بِعَوْرَةٍ إِنْ يُرِيدُونَ إِلَّا فِرَارًا
Kemudian Nabi menyebutnya dengan Madinah. Karena Madinah berarti harmoni, sebuah tempat yang dibangun oleh Nabi untuk menegakkan keharmonisan antaragama, etnis dan golongan. Di tempat ini jasad Agung Nabi Muhammad dikebumikan. Terdapat satu ayat yang secara tegas menyebut nama Madinah, yaitu pada surat al-Taubah ayat 120.
مَا كَانَ لِأَهْلِ الْمَدِينَةِ وَمَنْ حَوْلَهُمْ مِنَ الْأَعْرَابِ أَنْ يَتَخَلَّفُوا عَنْ رَسُولِ اللَّهِ وَلَا يَرْغَبُوا بِأَنْفُسِهِمْ عَنْ نَفْسِهِ
Terdapat pula nama tempat yang termasuk dalam wilayah Makkah atau Madinah yang diabadikan dalam Al-Qur’an, yaitu:
Pertama, Badar. Daerah ini terletak di antara Makkah dan Madinah, yang merupakan tempat pertemuan kaum muslimin dan musyrikin Quraisy ketika melakukan perang pada 17 Ramadhan. Jumlah kaum muslimin kala itu 313 orang sementara kaum musyrikin berjumlah seribu orang lebih, namun Allah memberikan pertolongan kepada kaum muslimin dan memenangkan peperangan ini. Nama tempat ini diabadikan dalam Al-Qur’an surat Ali Imran 123.
وَلَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ بِبَدْرٍ وَأَنْتُمْ أَذِلَّةٌ فَاتَّقُوا اللَّهَ لَعَلَّكُمْ تَشْكُرُونَ
Kedua, Hunain. Sebuah tempat yang berada antara Makkah dan Thaif. Sebagaimana Badar, tempat ini juga termasuk tempat perang antara kaum muslimin dan kaum musyrikin. Nama tempat ini diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat al-Taubah 25.
لَقَدْ نَصَرَكُمُ اللَّهُ فِي مَوَاطِنَ كَثِيرَةٍ وَيَوْمَ حُنَيْنٍ إِذْ أَعْجَبَتْكُمْ كَثْرَتُكُمْ فَلَمْ تُغْنِ عَنْكُمْ شَيْئًا وَضَاقَتْ عَلَيْكُمُ الْأَرْضُ بِمَا رَحُبَتْ ثُمَّ وَلَّيْتُمْ مُدْبِرِينَ
Ketiga, Arafat & Masy’ar al-Haram. Arafah adalah nama sebuah gunung yang terdapat di Makkah. Gunung ini merupakan tempat dilaksanakannya wukuf bagi orang yang melaksanakan ibadah haji.
Sedangkan Masy’ar al-Haram adalah sebuah tempat yang sekarang dikenal dengan nama Muzdalifah.
Dikatakan Masy’ar al-Haram karena posisinya masih dalam ruang lingkup haram. Al-Qur’an menyebut kedua tempat tersebut dalam satu petikan ayat, yaitu:
فَإِذَا أَفَضْتُمْ مِنْ عَرَفَاتٍ فَاذْكُرُوا اللَّهَ عِنْدَ الْمَشْعَرِ الْحَرَامِ وَاذْكُرُوهُ كَمَا هَدَاكُمْ وَإِنْ كُنْتُمْ مِنْ قَبْلِهِ لَمِنَ الضَّالِّينَ
3. Misr (Mesir)
Merupakan sebuah negara yang terdapat di Afrika. Dalam Al-Qur’an kata “Misr” disebutkan lima kali, yaitu pada surat al-Baqarah 61, Yunus 87, Yusuf 21, 99 dan al-Zukhruf 51. Kata “Misr” dalam Al-Qur’an menceritakan tentang sejarah perjalanan hidup Nabi Musa dan Nabi Yusuf.
وَقَالَ ادْخُلُوا مِصْرَ إِنْ شَاءَ اللَّهُ آمِنِينَ
Terdapat pula sebuah bukit di Mesir yang diabadikan dalam Al-Qur’an, yaitu:
Pertama, bukit Thur Sinai yang merupakan tempat Nabi Musa berkomunikasi dengan Tuhannya. Al-Qur’an menyebut tempat ini sebanyak dua kali, pada surat al-Mu’minun 20 dan al-Tin 2.
وَشَجَرَةً تَخْرُجُ مِنْ طُورِ سَيْنَاءَ تَنْبُتُ بِالدُّهْنِ وَصِبْغٍ لِلْآكِلِينَ
وَطُورِ سِينِينَ
Kedua, Thuwa. Menurut Ibnu Abbas, Thuwa adalah nama sebuah lembah. Menurut al-Dhahhak, ia adalah lembah yang dalam dan bulat. Sedangkan menurut al-Jauhari, Thuwa adalah sebuah tempat di Syam. (al-Qurthubi, Tafsir al-Qurtubi/11/175). Lembah ini adalah tempat Nabi Musa berkomunikasi dengan Tuhannya. Para peneliti berbeda pendapat; sebagian mengatakan bahwa lembah ini di Mesir, yaitu Gunung Thur Sinai, ada pula yang mengatakan bahwa lembah ini di Palestina, sesuai dengan pendapat al-Jauhari. Nama lembah ini disebutkan dua kali dalam Al-Qur’an.
إِنِّي أَنَا رَبُّكَ فَاخْلَعْ نَعْلَيْكَ إِنَّكَ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى
إِذْ نَادَاهُ رَبُّهُ بِالْوَادِ الْمُقَدَّسِ طُوًى
4. Babilonia (Iraq)
Merupakan sebuah tempat yang berada di Iraq pada zaman dahulu. Al-Qur’an menyebut tempat ini sebagai tempat turunnya dua Malaikat, Harut dan Marut. Karena di sana terdapat banyak manusia yang memiliki ilmu sihir. Kedua Malaikat ini diturunkan bukan dalam rangka mengajarkan ilmu sihir, namun untuk menyingkap hakikat ilmu sihir kepada manusia agar dijauhi, sehingga mereka terhindar dari tipu daya ilmu yang menyesatkan ini. Sebab jika mereka tidak mengetahui keburukan ilmu ini, maka mereka akan terjerumus pada kesesatan yang nyata. Nama tempat ini diabadikan dalam Al-Qur’an pada surat al-Baqarah ayat 102.
وَمَا أُنْزِلَ عَلَى الْمَلَكَيْنِ بِبَابِلَ هَارُوتَ وَمَارُوتَ
5. Palestina
Pada zaman dahulu, Palestina termasuk negara Syam yang mencakup Palestina, Suriah, Lebanon dan Yordania. Dalam Al-Qur’an negara ini tidak disebutkan secara tegas, namun dengan menggunakan dua nama; Masjid al-Aqsa dan al-Ardh al-Muqaddasah. Al-Qur’an mengabadikan negara ini dalam surat al-Isra’ ayat 1 dan al-Maidah ayat 21.
Masjid al-Aqsa;
سُبْحَانَ الَّذِي أَسْرَى بِعَبْدِهِ لَيْلًا مِنَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ إِلَى الْمَسْجِدِ الْأَقْصَى الَّذِي بَارَكْنَا حَوْلَهُ لِنُرِيَهُ مِنْ آيَاتِنَا إِنَّهُ هُوَ السَّمِيعُ الْبَصِيرُ
Al-Ardh al-Muqaddasah;
يَا قَوْمِ ادْخُلُوا الْأَرْضَ الْمُقَدَّسَةَ الَّتِي كَتَبَ اللَّهُ لَكُمْ وَلَا تَرْتَدُّوا عَلَى أَدْبَارِكُمْ فَتَنْقَلِبُوا خَاسِرِينَ
6. Yaman (Al-Ahqaf)
Sebagaimana Palestina, Yaman juga tidak disebutkan secara tegas, Al-Qur’an hanya menyebutkan gurun pasir yang berada di negara Yaman. Tempat tinggal kaum Hud bin Abdullah bin Rabah. Bukit ini menjadi nama surat dalam Al-Qur’an (Al-Ahqaf) dan disebutkan satu kali pada ayat 21.
وَاذْكُرْ أَخَا عَادٍ إِذْ أَنْذَرَ قَوْمَهُ بِالْأَحْقَافِ وَقَدْ خَلَتِ النُّذُرُ مِنْ بَيْنِ يَدَيْهِ وَمِنْ خَلْفِهِ أَلَّا تَعْبُدُوا إِلَّا اللَّهَ إِنِّي أَخَافُ عَلَيْكُمْ عَذَابَ يَوْمٍ عَظِيمٍ
Terdapat pula sebuah wilayah di negara Yaman yang diabadikan dalam Al-Qur’an dan dijadikan nama surat, yaitu kota Saba’.
Al-Qur’an menyebut wilayah ini sebanyak dua kali, pada surat al-Naml, 22 dan Saba’ 15.
فَمَكَثَ غَيْرَ بَعِيدٍ فَقَالَ أَحَطْتُ بِمَا لَمْ تُحِطْ بِهِ وَجِئْتُكَ مِنْ سَبَإٍ بِنَبَإٍ يَقِينٍ
لَقَدْ كَانَ لِسَبَإٍ فِي مَسْكَنِهِمْ آيَةٌ جَنَّتَانِ عَنْ يَمِينٍ وَشِمَالٍ كُلُوا مِنْ رِزْقِ رَبِّكُمْ وَاشْكُرُوا لَهُ بَلْدَةٌ طَيِّبَةٌ وَرَبٌّ غَفُورٌ
Pada masa Nabi Sulaiman, Saba’ merupakan wilayah pemerintahan Ratu Balqis. Wilayah ini merupakan tempat yang subur, memiliki perkebunan luas yang ditumbuhi buah-buahan yang beraneka ragam.
Pada mulanya, Saba’ merupakan nama raja pertama di Yaman, yaitu Saba’ bin Yasyjab bin Ya’rib bin Qahthan bin Hud.
Nama ini kemudian diabadikan menjadi sebuah nama Kabilah sekaligus nama wilayah. Pada masa sekarang, Saba’ menjadi bagian dari negara Yaman.