Hubungan suami-istri idealnya adalah untuk saling melengkapi. Namun, dalam banyak realita yang ada, masalah ekonomi tak jarang membuat hubungan suami istri menjadi tak harmonis.
Baru-baru sebuah akun Twitter Seterahdeh @bingungmilihnya, menuliskan curhatannya tentang perlakuan yang diterimanya dari suaminya.
Dia merasa dirinya dianggap sebagai orang lain oleh suaminya, padahal mereka telah menikah selama sepuluh tahun dan punya dua anak.
"Aku hanya orang lain yang kebetulan diurus suamiku," cuitnya pada 6 Agustus 2020 pukul 16.41.
"AKU HANYA ORANG LAIN YANG KEBETULAN DI URUS SUAMIKU"
*Kisah nyata, dengan perubahan nama, tempat, kejadian, dan sedikit fiksi.
— Seterahdeh (@bingungmilihnya) August 6, 2020
Pada cuitan-cuitannya yang lain, dia bercerita bahwa suaminya bersikap seperti kalkulator. Begini kisah selengkapnya yang telah dirangkum:
Dari semenjak berumah tangga, suami tidak pernah terbuka soal keuangan. Pernah suatu ketika, saat itu kami pulang kampung kerumah mertuaku, orang tua suamiku di Jawa Tengah.
Kebetulan hanya tinggal ibu mertua saja yang tinggal bersama adik suamiku yang juga janda.
Ketika itu suami memberikan uang 50 ribu padaku, uang itu maksudnya untuk diberikan kepada ibu mertua melalui aku sebagai istri.
Aku pikir tidak pantas memberi orang tua hanya 50 ribu, apalagi kami jarang pulang kampung. Akhirnya aku tambah dengan uang belanjaku 150 ribu, sehingga aku memberikan 200 ribu kepada ibu mertuaku.
Tapi ternyata, ketika aku sedang menyusui anakku dikamar depan, aku mendengar percakapan ibu mertuaku dengan adik iparku.
"Ibu diwenehi piro neng mas Andi?" Diwenehi sejutoo, tapi yanti yoo wenehi meneh rongatus..."
Deeegg...saat itu aku sangaaat kecewa. Bukannya melarang suami memberi uang kepada ibunya, tapi kenapa harus ngumpet-ngumpet dibelakangku? Didepanku seolah-olah hanya memberi 50 ribu, tapi dibelakangku?
Suamiku memang bukan orang yang boros, aku tahu uang gaji dan bonusnya ia tabung. Untuk kebutuhan anak-anakpun memang tidak pernah pelit. Asal minta pasti dikasih. Karena itulah kadang aku sedikit korupsi.
Misal anak-anak hanya butuh 200 ribu, aku minta 300 ribu. Uang lebihan itu aku simpan, untuk aku berikan juga sewaktu-waktu jika mengunjungi orang tuaku. Karena jika tidak begitu, suamiku tidak pernah pengertian untuk memberi uang kepada orang tuaku ketika kami berkunjung.
Bahkan saat uang belanja yang dititipi padaku itu tidak cukup sampai akhir bulan, pasti keluar kata-kata pamungkasnya, "Tanggal segini udah habis aja, jangan boros-boros donk bu!"
Aku bukan tipe istri yang suka foya-foya. Pakai skin care tidak pernah, beli baju pun hanya saat lebaran. Tapi kenapa suamiku sangat tertutup untuk urusan keuangannya? Takut aku habiskan kah?
Kadang jika sedang jengkel, aku suka marah juga. Sering aku bilang pada suamiku, "Kalau istri ga boleh tau, ga boleh nikmatin uang suami, buat apa kamu nikah??? Mending bujangan aja terus biar bisa nikmatin sendiri uangnya!"
Tapi yaa begitulah suamiku, yang sampai 10 tahun pernikahanku tidak pernah aku tahu berapa gaji suamiku, berapa bonus suamiku, berapa THR suamiku, dan berapa saldo tabungan suamiku.
"Dan kemarin, aku dapat info dari temanku. Suamiku berkomentar di salah satu grup, bahwa anak adalah darah dagingnya, sedangkan istri hanyalah orang lain yang kebetulan harus di urus.
Ya Allah... tak bisa ku bendung lagi air mataku. Sesak dadaku, sakit hatiku. Pantas selama ini suamiku sikapnya seperti itu. Ternyata selama ini, 10 tahun aku mengabdi, hanya dianggapnya sebagai orang lain.
Begitulah, aku Yanti ibu rumah tangga yang sudah 10 tahun dititipi uang belanja oleh suamiku. Ya, hanya dititipi sebesar 3 juta rupiah. Karena uang itu hanya boleh dibelanjakan untuk ke pasar, jajan 2 anak, dan kebutuhan rumah lainnya.