Al-Qur'an telah menyampaikan kepada kita secara panjang lebar tentang Fir'aun, tentang kesombongan dan kelalaiannya, tentang sepak terjang dan perilakunya dalam menghadapi kebenaran.
Al-Qur'an juga menyampaikan kepada kita tentang turunnya azab Allah kepadanya dan bala tentaranya.
Di luar itu, kesombongan dan kecongkaan Fir'aun itu ternyata membuat Malaikat Jibril sangat membencinya. Manakala Allah menenggelamkannya lalu membinasakannya, Jibril hadir untuk menyaksikan.
Jibril telah memberitahu Rasulullah bahwa pada saat Fir'aun tenggelam dia berkata, "Aku percaya bahwa tidak ada tuhan selain Tuhan yang dipercayai oleh Bani Israil."
Lalu, Jibril menyumbat mulutnya dengan lumpur laut, sehingga dia tidak bisa berucap kalimat tauhid.
"Wahai Muhammad, seandainya kamu melihatku mengambil lumpur laut, lalu aku suapkan di mulutnya karena aku takut rahmat mendapatinya," ujar Jibril kepada Rasulullah.
Jibril khawatir dia meraih rahmat Allah dan taubatnya diterima.
Apa yang dilakukan oleh Jibril tidak lain karena kebenciannya yang sangat besar terhadap Fir’aun. Itu sebabnya tenggelam dalam kekufuran dan kerusakan.
Peristiwa ini diabadikan dalam Al-Quran. Allah SWT berfirman:
وَجَاوَزْنَا بِبَنِي إِسْرَائِيلَ الْبَحْرَ فَأَتْبَعَهُمْ فِرْعَوْنُ وَجُنُودُهُ بَغْيًا وَعَدْوًا ۖ حَتَّىٰ إِذَا أَدْرَكَهُ الْغَرَقُ قَالَ آمَنْتُ أَنَّهُ لَا إِلَٰهَ إِلَّا الَّذِي آمَنَتْ بِهِ بَنُو إِسْرَائِيلَ وَأَنَا مِنَ الْمُسْلِمِينَ
Kisah tentang kebencian Jibril kepada Fir'aun diceritakan dalam hadis yang diriwayatkan Tirmidzi dalam Kitab Tafsir, bab dari surat Yunus, 4/287. Lihat hadis ini di Shahih Sunan Tirmidzi, 3/61, no. 3320-3321. Muhaqqiq Jami’ul Ushul
(2/192) menisbatkannya kepada Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Jarir, dan Abu Dawud At-Thayalisi. Abu Isa At-Tirmidzi berkata, "Ini adalah hadis hasan sahih gharib dari jalan ini."
Mungkin ada yang berkata, 'Apa ruginya Jibril kalau Allah memberi rahmat kepada Fir'aun dan mengampuninya?'
Syaikh ‘Umar Sulaiman al-Asyqor dalam Kisah-Kisah Shahih Dalam Al-Qur’an dan Sunnah menjawab bahwa seorang hamba sampai pada keadaan membenci orang-orang zalim di mana dia berdoa kepada Allah agar taubat mereka tidak diterima dan tidak dimasukkan ke dalam rahmat-Nya. Ini terjadi pada Musa.
Dia berdoa atas Fir'aun dan bala tentaranya agar Allah mengunci mata hati mereka, sehingga mereka tidak beriman sampai mereka melihat azab yang pedih.
وَقَالَ مُوسَىٰ رَبَّنَا إِنَّكَ آتَيْتَ فِرْعَوْنَ وَمَلَأَهُ زِينَةً وَأَمْوَالًا فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا رَبَّنَا لِيُضِلُّوا عَنْ سَبِيلِكَ ۖ رَبَّنَا اطْمِسْ عَلَىٰ أَمْوَالِهِمْ وَاشْدُدْ عَلَىٰ قُلُوبِهِمْ فَلَا يُؤْمِنُوا حَتَّىٰ يَرَوُا الْعَذَابَ الْأَلِيمَ
Mungkin ada yang berkata, ''Bukankah sudah maklum bahwa Allah tidak menerima taubat pada saat turun azab, dan pada saat nafas di kerongkongan?'' Bagaimana Jibril mengira bahwa Allah mungkin mengampuni Fir'aun sementara dia dalam kondisi seperti itu?
Syaikh ‘Umar mengatakan Jibril melakukan apa yang dia kira tanpa menoleh kepada ilmu Allah. Wallahu a'lam.
Di sisi lain, menurut Syaikh Umar, setidaknya ada tiga pelajaran dan faedah dari hadis ini.
Pertama, besarnya rahmat Allah. Jibril takut dan dia adalah makhluk paling mengetahui tentang Allah. Dia takut rahmat Allah didapatkan oleh Fir'aun manakala dia mengucapkan kalimat tauhid sewaktu dia tenggelam.
Kedua, keutamaan kalimat tauhid. Jibril takut Allah merahmati Fir'aun karenanya. Lalu bagaimana jika seorang hamba mengucapkannya sewaktu dia sehat wal'afiat dengan meyakininya? Tidak diragukan itu pasti berpahala besar.
Ketiga, besarnya kebencian para Malaikat kepada orang-orang kafir, sampai-sampai Jibril menyumpal mulut Fir'aun dengan tanah manakala azab menimpanya.