Di dunia ini tidak ada dua orang beriman yang memiliki derajat keimanan yang sama. Sejuta orang beriman, sejuta pula tingkat keimanan mereka.
Namun demikian, hanya ada tiga cara, bagaimana mereka akan masuk surga di hari akhir kelak.
Ketiga cara itu adalah: masuk surga tanpa hisab, masuk surga dengan hisab yang ringan, dan masuk surga dengan hisab yang berat. Masing-masing orang yang beriman dipersilakan memilih salah satunya, dan tidak ada sesuatu pun yang memaksa mereka untuk memilihnya. Tidak juga Allah, karena Dia telah berfirman,
إِنَّا هَدَيْنَاهُ السَّبِيلَ إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
ثُمَّ أَوْرَثْنَا الْكِتَابَ الَّذِينَ اصْطَفَيْنَا مِنْ عِبَادِنَا فَمِنْهُمْ ظَالِمٌ لِنَفْسِهِ وَمِنْهُمْ مُقْتَصِدٌ وَمِنْهُمْ سَابِقٌ بِالْخَيْرَاتِ بِإِذْنِ اللَّهِ ذَلِكَ هُوَ الْفَضْلُ الْكَبِيرُ
Ayat di atas juga menjelaskan bahwa mereka yang masuk surga tanpa hisab disebut dengan sabiq bilkhairat, mereka yang masuk surga dengan hisab yang ringan disebut muqtashid, dan mereka yang masuk surga setelah hisab yang berat disebut zhalim linafsih.
Jumlah mereka yang masuk surga tanpa hisab ini lebih sedikit dibandingkan mereka yang masuk surga dengan hisab, baik yang ringan ataupun yang berat. Demikian Ibnu Katsir menyitir pendapat ulama dalam tafsir beliau.
Masuk Surga Tanpa Hisab
Sabiq bilkhairat, yang akan masuk surga tanpa hisab, secara bahasa berarti orang yang bersegera menuju kebaikan.
Mereka adalah orang-orang yang aqidahnya lurus tiada tercampuri kemusyrikan. Tentang mereka dan kemurnian tauhid mereka yang menjadi syarat utama, Rasulullah bersabda,
يَدْخُلُ الْجَنَّةَ مِنْ أُمَّتِي سَبْعُونَ أَلْفًا بِغَيْرِ حِسَابٍ هُمُ الَّذِينَ لاَ يَسْتَرْقُونَ وَلاَ يَتَطَيَّرُونَ وَعَلَى رَبِّهِمْ يَتَوَكَّلُونَ رواه البخاري ومسلم
Masuk Surga Dengan Hisab yang Ringan
Muqtashid berarti orang yang sedang, tidak buruk dan tidak istemewa. Perbedaan mereka dengan sabiq bilkhairat pada amalan sunnah dan sikap mereka terhadap yang makruh dan yang mubah. Untuk semua kewajiban dan larangan, muqtashid memenuhi aturan Allah sebagaimana mestinya. Begitu pula dengan aqidahnya.
Tentang hisab yang akan mereka jalani Rasulullah saw bersabda,
لَيْسَ أَحَدٌ يُحَاسَبُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ هَلَكَ فَقُلْتُ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَلَيْسَ قَدْ قَالَ اللَّهُ تَعَالَى فَأَمَّا مَنْ أُوتِيَ كِتَابَهُ بِيَمِينِهِ فَسَوْفَ يُحَاسَبُ حِسَابًا يَسِيرًا فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُمَّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِنَّمَا ذَلِكِ الْعَرْضُ وَلَيْسَ أَحَدٌ يُنَاقَشُ الْحِسَابَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ إِلاَّ عُذِّبَ رواه البخاري ومسلم
Masuk Surga Dengan Hisab Yang Berat
Zhalim linafsih atau orang yang menzhalimi diri sendiri adalah orang yang tahu adanya kewajiban dan larangan, namun mereka sengaja melanggarnya, dan lalu ia meninggalkan dunia sebelum sempat bertaubat dari dosa itu (selain syirik dan kufur akbar). Lalu di akhirat, status mereka adalah tahtal masyiah (tergantung kepada kehendak Allah); jika Allah menghendaki bisa saja mereka langsung mendapatkan ampunan, dan jika Allah menghendaki lainnya, maka mereka mesti disucikan dulu di atas api neraka. Dalam hal ini Allah berfirman,
إِنَّ اللَّهَ لاَ يَغْفِرُ أَنْ يُشْرَكَ بِهِ وَيَغْفِرُ مَا دُونَ ذَلِكَ لِمَنْ يَشَاءُ
Kepastian masuknya zhalim linafsih ke dalam surga dapat dilihat secara jelas dan tegas dari kandungan dua hadits berikut ini.
إِذَا دَخَلَ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَنَّةَ وَأَهْلُ النَّارِ النَّارَ يَقُولُ اللَّهُ مَنْ كَانَ فِي قَلْبِهِ مِثْقَالُ حَبَّةٍ مِنْ خَرْدَلٍ مِنْ إِيمَانٍ فَأَخْرِجُوهُ فَيَخْرُجُونَ قَدِ امْتُحِشُوا وَعَادُوا حُمَمًا فَيُلْقَوْنَ فِي نَهْرِ الْحَيَاةِ فَيَنْبُتُونَ كَمَا تَنْبُتُ الْحَبَّةُ فِي حَمِيلِ السَّيْلِ أَوْ قَالَ حَمِيَّةِ السَّيْلِ وَقَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُمَّ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَلَمْ تَرَوْا أَنَّهَا تَنْبُتُ صَفْرَاءَ مُلْتَوِيَةً رواه البخاري ومسلم
يَخْرُجُ قَوْمٌ مِنَ النَّارِ بَعْدَ مَا مَسَّهُمْ مِنْهَا سَفْعٌ فَيَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ فَيُسَمِّيهِمْ أَهْلُ الْجَنَّةِ الْجَهَنَّمِيِّينَ رواه البخاري ومسلم
Sebenarnyalah jika saja seseorang melanggar aturan Allah lalu ia bertaubat dengan tulus (baca: taubat nashuha) maka paling kurang ia masuk kategori muqtashid, dan akan masuk surga dengan hisab yang ringan. Bukankah Rasulullah pun beristighfar sesedikitnya 70 kali dalam sehari-semalam?
Penutup
Tentu saja faktor anugerah Allah dan keadilan-Nya berhubungan erat dengan ketiga cara masuk surga ini. Jelas-jelas Rasulullah bersabda,
لَنْ يُنَجِّيَ أَحَدًا مِنْكُمْ عَمَلُهُ قَالُوا وَلاَ أَنْتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ قَالَ وَلاَ أَنَا إِلَّا أَنْ يَتَغَمَّدَنِي اللَّهُ بِرَحْمَةٍ
Akhirnya, termasuk kategori yang mana pun masing-masing kita ~menurut pandangan kita sendiri~ selayaknya menyimak atsar yang dicantumkan oleh Ibnu Katsir dalam tafsir beliau terhadap ayat ke-32 dari surat Fathir ini, supaya kita tidak tertimpa ‘ujub (bangga diri) atau ghurur (tertipu).
‘Uqbah bin Shahban al-Hanna`iy pernah bertanya kepada ummul mukminin, ‘Aisyah ra tentang siapakah yang dimaksud oleh Allah dalam surat Fathir ayat 32. Ibunda ‘Aisyah menjawab, “Wahai anakku, mereka semua akan masuk surga. Sabiq bilkhairat adalah mereka yang telah mendahului kita di masa Rasulullah dan beliau menjanjikan surga bagi mereka. Muqtashid adalah para sahabat Nabi yang senantiasa meneladani beliau. Zhalim linafsih adalah orang-orang seperti diriku dan dirimu.” Wallahu a’lam.