Untuk pertama kalinya dalam 86 tahun, Jumat kemarin (24/7) Ribuan Islam melangsungkan shalat Jumat di Hagia Sophia, di Istanbul, Turki,
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan dan sekitar 500 tamu kehormatan hadir di lokasi yang dulunya merupakan katedral, sempat menjadi masjid, dan kemudian menjadi museum, dan kini kembali menjadi masjid itu.
Media-media di Turki melaporkan, Muslim yang hadir mengikuti salat itu termasuk mereka yang datang dari berbagai penjuru negara itu.
Beberapa di antara mereka bahkan menyempatkan diri berkemah dekat lokasi sejak malam sebelumnya agar mendapat kesempatan shalat jumat di sana.
Sementara itu, para pemimpin gereja Ortodoks di Yunani dan Amerika Serikat, pada hari yang sama, memperingati hari Jumat (24/7) sebagai hari berduka, sebagai protes atas penyelenggaraan shalat Jumat di Hagia Sophia.
Sejumlah gereja di Amerika Serikat diketahui membunyikan lonceng mereka dan mengibarkan bendera setengah tiang.
Beberapa di antara mereka menyelenggarakan misa khusus dan acara renungan.
Di Yunani, Seluruh Gereja berbunyi sebagai tanda berduka bertepatan dengan digelarnya shalat Jumat pertama di Hagia Sophia, menandai berubahnya museum tersebut menjadi masjid.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan bergabung dengan kerumunan besar umat Islam di Istanbul untuk shalat di Hagia Sophia, menyegel ambisinya untuk memulihkan ibadat Muslim di situs kuno yang oleh sebagian besar orang Yunani anggap sebagai pusat agama Kristen Ortodoks.(Baca: Mengenal Imam dan Muazin Salat Jumat Perdana di Hagia Sophia)
"Kami mengira seseorang telah meninggal, tetapi kami diberitahu itu untuk Hagia Sophia. Sangat menyedihkan, sangat sedih," kata Katerina, 40, seorang pemilik toko di pulau Astypalea seperti dikutip dari Reuters, Jumat (24/7/2020).
Sementara dalam sebuah pesan yang menandai peringatan ke-46 tahun Yunani dari pemulihan demokrasi, Perdana Menteri Yunani Kyriakos Mitsotakis menyebut Turki sebagai 'pembuat onar' dan konversi Hagia Sophia sebagai penghinaan terhadap peradaban abad ke-21.
"Apa yang sedang terjadi di Konstantinopel hari ini bukanlah demonstrasi kekuatan, tetapi bukti kelemahan," kata Mitsotakis, merujuk pada Istanbul, nama lama kota itu yang digunakan oleh orang Yunani.(Baca: Turki Siapkan 17.000 Polisi Amankan Shalat Jumat di Hagia Sophia)
Kritik Yunani terhadap konversi Hagia Sophia sangat pedas, menggarisbawahi hubungan kedua negara yang sering bersitegang.
Yunani dan Turki tidak sepakat tentang berbagai masalah mulai dari wilayah udara hingga zona maritim dan memecah etnis Siprus. Ketegangan meningkat satu takik minggu ini dengan perebutan kata-kata lisan mengenai batas-batas landas kontinen mereka di Mediterania timur, suatu daerah yang dianggap kaya akan sumber daya alam.
Dari Kreta ke pulau-pulau kecil Yunani yang terletak tak jauh dari pantai Turki, lonceng gereja berdentang dan di beberapa daerah bendera-bendera dikibarkan setengah tiang.