Manusia sering kali dihadapkan masa sulit di dalam hidupnya. Merekan hidup di antara harapan dan ketakutan.
Memang Kehidupan ini dipenuhi dengan masa sulit, seperti saat pandemi virus corona ini. Namun cara terbaik untuk mengatasi masa sulit bisa belajar dari cara Rasulullah SAW sebab beliau adalah Nabi Besar dan panutan kita.
Hari ini umat Islam di seluruh dunia mengalami wabah corona dan banyak orang menderita. Bahkan ada keluarga yang kehilangan anggotanya akibat virus corona.
Lalu bagaimana kita sebagai umat manusia mengatasi semua masa sulit danmenyedihkan itu?
Mari kita melihat penderitaan Nabi Muhammad SAW dan bagaimana cara beliau menanganinya.
Sebelum Nabi lahir kala itu masih di kandungan sang ibu, ayahnya telah wafat. Ketika Nabi Muhammad berusia 6 tahun, sang ibu tercinta menyusul sang ayah ke pelukkan Allah SAW. Lalu Nabi diasuh oleh sang kakek yang sangat menyayanginya.
Namun, sang kakek ketika Nabi Muhammad berusia 8 tahun juga meninggal. Sebelum meninggal sang kakek menyerahkan Nabi Muhammad kepada Abu Thalib selaku pamannya. Dari semua cobaan yang bisa dialami seorang anak, sang nabi telah mengalami semuanya.
Kesabaran dan Ketulusan Nabi
Ketika Nabi Muhammad (SAW) diberkati dengan menjadi utusan Allah, dia menghadapi banyak kesulitan.
Pertama, ia tidak dianggap oleh umatnya. Orang-orang yang yang dulu memujinya sekarang malah menjauhinya.
Bayangkan betapa sulitnya diabaikan dan dikucilkan dari rakyatnya sendiri, seolah-olah dia tidak ada.
Namun demikian, Nabi menunjukkan sikapnya kepada mereka dengan penuh kesabaran dan kebaikan. Kemudian ketika orang-orang mulai menerima pesannya, kaum Quraisy mulai menyiksa mereka.
Ketika Anda melihat orang yang dicintai diperlakukan dengan kasar, hati Anda akan terasa hancur. Nabi Muhammad melihat dengan matanya sendiri bagaimana orang-orang yang disayanginya dan teman-temannya disiksa secara brutal.
Alih-alih membalas dengan cara yang brutal, Nabi tetap teguh dalam kesabaran dan permohonan dengan perjuangannya. Nabi terus berdoa penuh kesabaran kepada Allah hingga Allah menerima permohonan Nabi dan membawa perubahan bagi orang-orang. Lalu Nabi diminta hijrah ke Abyssinia.
Kemudian Nabi juga mendapatkan ujian besar lagi. Beliau harus kehilangan pamannya, Abu Thalib, dan istri tercintanya, Khadijah. Nabi sangat sedih dan menderita luar biasa kehilangan dua orang yang amat dicintainya dalam waktu berdekatan.
Abu Thalib yang adalah pemimpin Quraisy, adalah salah satu alasan mengapa Quraisy tidak bisa membahayakan Nabi Muhammad. Sementara Khadijah merupakan istri yang selalu menguatkan batin Nabi dan selalu mau membantu di segala hal.
Dua pilar pendukungnya telah tiada. Betapa hancurnya hati Nabi saat itu. Namun beliau tetap tabah dan tawakal.
Nabi Muhammad tak pernah putus asa dalam kesedihan yang luar biasa. Ia bersar lalu Allah memudahkahkan jalannya karena ketulusan dalam imannya.
Keputusan yang Mengubah Hidup
Ketika kehidupan Nabi dalam bahaya, dia harus berhijrah. Akhirnya beliau meninggalkan kota tercintanya Kota Suci Makkah.
Kota tempat Nabi Ibrahim berdoa kepada Allah. Meninggalkan Makkah memang tak mudah, tapi dilakukannya.
Seperti dilansir dari About Islam, tiba di Kota Madinah, Allah memberkati Nabi Muhammad dengan banyak berkah. Dia mempunyai rumah dan keluarga kembali. Juga umat Islam yang setia kepadanya.
Oleh karena itu, dalam masa-masa sulit menghadapi wabah corona ini, marilah kita belajar lebih banyak tentang perjalanan hidup Nabi Muhammad SAW.
Kita belajar dari beliau bagaimana bertahan hidup di masa sulit dengan penuh rasa sabar, tabah, berjuang, dan tak putus-putusnya berdoa kepada Allah agar kesulitan kita segera dicabut.