Imam asy-Syafi’i berkata, “Ada satu ayat dalam al-Qur’an, ia layaknya panah yang menembus jantung orang yang zhalim, sekaligus penawar hati orang yang dizhalimi,” Beliau ditanya, ayat manakah itu? Beliau menjawab,
“Dan tidaklah Rabbmu lupa.” (QS. Maryam: 64)
Bahwa Allah tidak melupakan kezhaliman yang mereka perbuat. Maknanya, orang yang zhalim berada dalam ancaman besar. Bisa jadi pada saat orang yang menzhalimi tertidur pulas, ia melupakan perbuatan zhalimnya kepada orang lain. Atau bahkan ia merasa puas telah memenangkan suatu perkara di mata manusia, sedang korban yang dizhalimi mengadu kepada Allah di sepertiga malam terakhir, “Ya Allah si Fulan telah berbuat aniaya kepada saya …”, maka ketika itu doa orang yang terzhalimi laksana peluru yang melesat dari langit mengarah kepada orang yang berbuat zhalim. Karena itulah Nabi memberikan peringatan agar kita mewaspadai doa orang yang dizhalimi,
اتَّقِ دَعْوَةَ المَظْلُومِ، فَإِنَّهَا لَيْسَ بَيْنَهَا وَبَيْنَ اللَّهِ حِجَابٌ
Di dunia, pelaku laksana buruan yang terus diincar, sedangkan si korban akan lega karena luka kan terbalaskan. Jikalau ia tidak mendapatkan keadilan dari manusia, maka ia bisa mengadu kepada Dzat Yang Maha adil untuk mendapatkan keadilan.
Imam adz-Dzahabi menyebutkan dalam Siyaru A’lam an-Nubala’ kisah Yahya bin Khalid Al-Barmaky (190 H). Anak-anaknya pernah bertanya kepadanya tatkala semua ditahan di penjara kota Raqah, “Wahai ayah, mengapa setelah kehormatan, kekayaan dan kebahagiaan, kini keadaan kita berakhir menjadi susah seperti ini?” Dia menjawab, “Wahai anakku, ada doa orang yang terdzalimi, kita lalai padahal Allah tidak pernah melalaikannya.”
Maka jangan pernah meremahkan doa orang yang terzhalimi, dan jangan pula memancing mereka dengan perlakuan zhalim.
Adapun di akhirat, kezhaliman benar-benar menjadi kerugian bagi pelakunya, dan sebaliknya menjadi keberuntungan bagi si korban. Nabi Shallallahu alaihi wasallam bersabda,
“Tahukah kamu siapa orang yang bangkrut itu?“ Mereka (sahabat) berkata: “Ya Rasulullah, orang yang bangkrut menurut kami ialah orang yang tidak punya kesenangan dan uang.” (kemudian) Rasulullah menjawab: “Sesungguhnya orang yang bangkrut dari umatku ialah orang yang datang (pada hari kiamat) membawa pahala sholat, zakat, puasa dan haji. Sedang (ia) pun datang (dengan membawa dosa) karena memaki-maki orang, memukul orang, dan mengambil harta benda orang (hak–hak orang), maka kebaikan-kebaikan orang (yang menzalimi) itu diambil untuk diberikan kepada orang-orang yang terzalimi. Maka tatkala kebaikan orang (yang menzalimi) itu habis, sedang hutang (kezalimannya) belum terbayarkan, maka diambilkan kajahatan-kejahatan dari mereka (yang terzalimi) untuk di berikan kepadanya (yang menzalimi), kemudian ia (yang menzalimi) dilemparkan kedalam neraka.” (HR. Muslim)
Maka perhatikanlah bagaimana korban kezhaliman tiba-tiba mendapatkan ‘transferan’ kebaikan dari orang yang menzhalimi di momen yang sangat berarti ketika itu. Atau tiba-tiba dosa-dosanya diambil untuk dipindahkan kepada orang yang telah menzhalimi. Maka jelaslah pada akhirnya, siapa yang merugi dan siapa pula yang beruntung. Allah Ta’ala berfirman,
“Kalian akan tahu siapa yang akan mendapat tempat terbaik di akhirat dan sesungguhnya orang-orang zalim itu tidak akan beruntung.” (QS. al-An’am: 135)
Sebelum dan sesudah hisab pun, orang yang hobi berbuat zhalim akan mengalami kegelapan dalam menjalani proses kehidupan setelah kematian; sejak di alam barzakh hingga dia lalui episode demi episode perjalanan akhirat. Karena zhalim adalah zhulumaat (kegelapan) pada hari Kiamat.
Seandainya tak ada dampak lain dari kezhaliman selain yang disebutkan ini, sudah cukup membuat gelisah dan sudah sangat mengerikan, padahal masih banyak lagi dampak dan hukuman lain yang mengancam pelaku kezhaliman.
Apa saja yang masuk dalam kategori zhalim sehingga terancam dengan berbagai kerugian? Secara bahasa, zhalim adalah menempatkan sesuatu tidak pada tempatnya. Jika berhubungan dengan hak Allah, maka kesyrikian adalah kezhaliman yang paling besar, karena pelakunya telah memposisikan Allah tidak sebagaimana mestinya.
Adapun makna zhalim terhadap orang lain yang dimaksud dalam istilah syar’i adalah merampas hak orang lain dan melampaui batasan syariat. Termasuk di dalamnya menyakiti, menganiaya atau menimpakan kemadharatan tanpa alasan yang dibenarkan secara syariat.
Kalimat zhalim bisa juga digunakan untuk melambangkan sifat kejam, bengis, tidak berperikemanusiaan, suka melihat orang dalam penderitaan dan kesengsaraan, melakukan kemungkaran, penganiayaan, merampas harta, berlaku tidak adil dan banyak lagi pengertian yang dapat diambil dari sifat zalim tersebut.
Boleh jadi kita pernah melakukan kezhaliman baik yang kecil maupun yang besar. Dan berjalannya waktu terhapuslah kezhaliman kita dalam memori, terlupakan pula kejahatan kita dari ingatan padahal kita belum sempat menghadirkan penyesalan, pun belum juga memohon ampunan. Kadang kita hanya mengingat dosa-dosa yang kita anggap besar saja, akan tetapi Allah mengumpulkan seluruh dosa-dosa mereka, tidak ada sedikit dosapun yang luput atau terluputkan.
Benarlah apa yang dikatakan oleh Imam Al-Alusi dalam kitab Ruh al-Ma’aani, Ia menjelaskan sebab seseorang melupakan dosa-dosanya adalah karena kelalaiannya yang fatal, atau karena terlalu lama waktu yang telah lewat sehingga ia lupa, atau karena terlalu banyaknya dosa yang dilakukannya sehingga ia tidak mampu mengingatnya, atau terlalu parahnya sebagian dosa-dosa yang ia lakukan sehingga melupakan dosa-dosa yang dianggapnya remeh.
Semoga Allah menghindarkan kita dari berlaku zhalim atau dizhalimi, dan mengampuni kezhaliman yang kita lakukan; yang kecil maupun yang besar, yang kita ingat maupun yang telah kita lupa, aamiin.