dr Tirta memang baru menganut agama Islam pada 2011 dan kini terus mendalaminya dengan bantuan salah seorang kiai di kawasan Monumen Jogja Kembali (Monjali).
Bagi dr Tirta, agama Islam bukan agama yang baru di dalam dirinya. Terlahir dengan dua agama yang berbeda dari kedua orangtua, dia bahkan sempat belajar dari kedua agama tersebut.
"Aku juga pergi ke gereja dan masjid, di situ berpikir, kalau ke gereja masuk surga dan ke masjid masuk surga, kenapa tidak menjalani kedua-duanya," tutur dr Tirta di dalam akun YouTube Masjid Agung Al Azhar.
Tidak hanya itu, sejak kecil dirinya juga menjalani kedua agama tersebut secara bersamaan.
"Aku dari SD ke Tempat Pengajian Alquran (TPA) di Masjid Al-Fajri, di situ aku belajar mengaji dan setiap minggu aku juga ke sekolah minggu," ungkapnya.
Lalu dr Tirta mengatakan saat kuliah mendapat sebuah mimpi yang aneh. Dari situ, ia merasa mendapat hidayah dari Allah SWT.
"Aku mendapat hidayah dari mimpi. Tidur jam 4 sore, di mimpi aku lihat diriku terbaring dijaga 2 orang pakai baju putih. Aku mau masuk pintu itu nggak boleh katanya belum saatnya. 2 orang baju putih itu lalu mengarahkan aku ke rumah warna hijau. Dan di rumah itu ada 9 orang memakai sorban. Aku disuruh duduk dan aku lihat orang dalam keranda yang bersinar parah. Dia menitipkan sebuah surat dan satu kyai bilang ke aku suatu saat tugasmu akan besar," tuturnya.
Setelah itu, dr Tirta mendapat hal yang ganjil. Ia seringkali mendengar azan.
"Setelah itu 7 hari berturut-turut aku mendengar ada orang azan. Aku cerita itu ke bapakku. Bapakku ternyata sempat doa pas umrah soal aku. Tapi dari situ aku memutuskan untuk masuk Islam," katanya.