Dikira undian, ternyata yang diikuti acara pelelangan. Begitulah kira-kira gambaran kasus yang menimpa M Nuh.
Sejak heboh di media sosial (medsos), keberadaan M Nuh pemenang pelelangan motor listrik Presiden Joko Widodo (Jokowi) bak raib ditelan bumi.
Pantauan di lokasi, rumah M Nuh berbentuk semi permanen dengan ukuran 4x5 meter kelihatan sepi di kawasan Kampung Manggis, Kota Jambi.
Terlihat warga dan tetangga sekitar masih bingung, tidak mengetahui keberadaan M Nuh bersama keluarganya.
Sementara di depan rumahnya terdapat tulisan "Rumah Keluarga Pra Sejahtera Penerima Bantuan".
Salah seorang teman M Nuh semenjak kecil, Alif, mengatakan tidak mengetahui keberadaan dia saat ini. Tetapi, Alif mengakui bila keseharian Nuh adalah sebagai kuli bangunan.
"Untuk kesehariannyo Nuh ini, dia berprofesi sebagai kuli bangunan sudah sejak lama," tuturnya, Jumat (22/5/2020).
Terkait kronologi acara pelelangan motor Presiden, dia tidak mengetahuinya secara pasti. "Kalau Nuh ikut pelelangan tu ndak mungkinlah. Mungkin saja dia mengira itu undian karena kan acara itu disiarkan secara langsung," tukas Alif.
Sementara Ketua RT 20 Kampung Manggis Jambi, Ibrahim, mengakui bahwa Nuh tersebut merupakan warganya.
"Mohon maaf, dia itu status pekerjaannya kuli bangunan, kalau untuk KTP-nya buruh harian tetap. Saya bersama dia juga pernah bekerja sebagai kuli," tuturnya.
Ibrahim menambahkan, terakhir dirinya berkomunikasi dengan Nuh 10 hari yang lalu. Nuh ini, ungkapnya, hidup di rumah dengan seorang istri dan empat orang anak. Saat itu, dia menelefon anaknya, dan kata anaknya Nuh ada di rumah.
"Saya berkomunikasi sudah 10 hari yang lalu. Tadi nelefon anaknya, katanya bapak ada di rumah. Saya cek ternyata dia pegi. Mungkin dio pergi karena ingin menenangkan diri," tukas Ibrahim.
Sebelumnya dikabarkan M Nuh telah ditangkap pihak kepolisian Jambi. Namun Kapolda Jambi Irjen Pol Firman Shantyabudi saat dihubungi membantahnya.
"Isu soal penangkapan pemenang lelang motor listrik Presiden Jokowi itu tidak benar. Tidak ada penangkapan dan penahanan kepada yang bersangkutan (M Nuh),” jelasnya.
Namun, yang ada M Nuh sendiri yang menyerahkan diri ke polisi karena ketakutan. Karena, katanya, M Nuh menyangka bahwa ia mendapat hadiah motor listrik tersebut.
Namun, dia sama sekali tak menyadari bahwa ia harus membayar harga mahal untuk sebuah motor listrik lewat lelang itu.
“Yang bersangkutan tidak paham acara yang diikuti adalah lelang. Dia malah mengira bakal dapat hadiah,” tuturnya.
Setelah lelang berlangsung dan M Nuh dinyatakan menang, panitia langsung menagihnya senilai lebih Rp2 miliar.
Akibat peristiwa tersebut, kehidupan M Nuh berubah. Bukannya, berubah senang tapi berubah ketakutan. “Karena ketakutan ditagih, dia justru minta perlindungan ke pihak polisi,” tandas Firman.