Khutbah Idul Fitri Corona: Menggali Hikmah Dibalik Musibah
السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ
اَلْـحَمْدُ لِلّهِ الَّذِيْ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، أَشْهَدُ أَنْ لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهُ لاَنَبِيَّ بَعْدَهُ . وَالصَّلاَةُ وَالسَّلاَمُ عَلَى رَسُوْلِ اللهِ نَبِيِّنَا مُحَمَّد وَعَلَى اَلِهَ وَ اَصْحَبِهَ وَمَنْ وَّالَاهُ اَمَّا بّعْدُ فَيَاعِبَدَاللهِ أُوْصِيْكُمْ وَأِيَّايَ بِتَقْوَى االلهِ حَقَّ تُقَاتِهِ فَقَدْ فَازَالْمُتَّقُوْنَ قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
اللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ لآأِلهَ اِلَّااللهُ وَاللهُ اَكْبَرُ اللهُ اَكْبَرُ وَلِلَّهِ الْحَمْدُ اللهُ اَكْبَرُكَبِيْرًا وَالْحَمْدُاِللهِ كَثِيْرًا وَ سُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةَ وَّاَصِيْلًا
Kita merayakan Idul Fitri dalam suasana keprihatinan karena masih merebaknya wabah corona di tengah tengah kita semua.
Tapi walaupun demikian kita hendaknya tetap bersyukur atas segala karunia Allah SWT, Kita bersyukur karena masih diberi kesempatan hidup sampai detik ini, masih sehat wal afiat., masih bisa beraktifitas melaksanakan ibadah dan bersilaturahmi bersama keluarga dan handai tolan.
Sudah lebih dari dua bulan sejak ditetapkanya negara kita dalam keadaan darurat corona dan kita merasakan suasana keprihatinan yang luar biasa atas apa yang kita lihat maupun apa yang kita dengar serta kita rasakan.
Sesuai dengan protokol kesehatan yang dikeluarkan oleh pemerintah di awal bulan maret, kita berusaha menjaga diri dan orang lain dari ketularan virus yang berbahaya itu, yaitu dengan mengadakan jarak social dan tinggal di rumah masing masing sampai masa darurat selesai.
Kita merasakan segala kegiatan kita terbatas, sehingga ekonomi, pergaulan maupun melaksanakan peribadahan juga tidak bisa leluasa sebagaimana biasanya.
Hadirin para jamaah yang dimulyakan Allah,
Dalam agama Islam diajarkan bahwa di setiap musibah yang menimpa manusia ada hikmah kebaikan yang tersimpan di dalamnya.
Sesuatu yang menimpa manusia baik suka maupun duka tentu mempunyai hikmah yang dapat diambil pelajaran bagi orang orang sabar dan beriman kepada Allah SWT. Sebagaimana maksud yang tercantum dalam Firman Allah dalam Surat Al Baqarah 216,
كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِتَالُ وَهُوَ كُرْهٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تَكْرَهُوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ خَيْرٌ لَّكُمْ ۚ وَعَسٰٓى اَنْ تُحِبُّوْا شَيْـًٔا وَّهُوَ شَرٌّ لَّكُمْ ۗ وَاللّٰهُ يَعْلَمُ وَاَنْتُمْ لَا تَعْلَمُوْنَ ࣖ – ٢١٦
Oleh karena itu dalam menghadapi musibah wabah yang sedang melanda dunia sekarang walaupun dirasakan tidak menyenangkan, atau sesuatu yang dianggap buruk dan kebanyakan orang membencinya bahkan banyak yang stress karenanya dan semua berharap wabah ini cepat berlalu dan bisa hidup normal kembali tentu ada hikmah yang besar jika bagi orang orang yang pandai mengambilnya.
Berdasarkan kepada makna firman Allah dalam surat al Baqarah 216 di atas, maka optimisme akan muncul dan harapan baik akan kita dapatkan. Kita yakin di balik musibah yang sangat memilukan ini ada beberapa pelajaran positif yang dapat kita gali sebagai ibrah bagi kita semua.
Pelajaran pertama, adalah kita merasakan makin dekat dengan Allah SWT, Tuhan Yang Maha Kuasa, yang selama ini mungkin agak terabaikan oleh kesibukan duniawi kita. Musibah yang terjadi sebagai peringatan dari Allah kepada manusia supaya mereka kembali kepada kebenaran yang diajarkan Allah SWT.
Dalam Al Quran Surat Arrum 41 maupun Sajdah 21 Allah SWT menyatakan bahwa setiap musibah adalah peringatan kepada Manusia supaya mereka kembali. Kedua ayat tersebut di akhiri dengan kalimat “la’allahum yarjiun” yang artinya: supaya mereka kembali.
Saya sebut musibah pandemi corona sekarang sebagai peringatan kepada manusia. Sebab kehidupan manusia akhir akhir ini sungguh sudah keterlaluan jika diukur dari ketentuan Allah SWT. Mereka sudah menjauhkan dirinya dari Tuhan bahkan melupakan-Nya.
Dengan kemampuan manusia yang luar biasa dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan mereka sombong dan meremehkan kekuasaan Tuhan.
Karena kemampuan akal yang luar biasa tersebut, kepercayaan kepada Tuhan semakin menipis bahkan mungkin sudah hilang sama sekali.
Jika kepercayaan kepada Tuhan sudah hilang, maka otomatis manusia tidak mengakui agama sebagai aturan Tuhan.
Mereka ciptakan sendiri aturan dan hukum menurut kebutuhan mereka sehingga timbul keadaan yang tidak singkron dengan hukum Allah.
Merebaknya kebohongan, melegalkan LGBT, kawin sesama jenis, hidup bersama di luar nikah serta menumpuk kekayaan dengan segala cara tanpa mengindahkan kemanusiaan serta berbagai penyimpangan lain dari kehidupan individu mereka.
Tetapi dengan munculnya wabah dan musibah, semua menjadi kalang kabut. Kesombongan yang mereka banggakan dalam kekuasaan politik, kekuatan ekonomi, kekuatan ilmu pengetahuan, hampir tidak berdaya.
Tidak ada satu kekuasaan pun yang bisa menahan sakit dan kematian. Tidak ada satupun kekuatan ekonomi yang bisa bertahan. Bisnis yang dibanggakan menjadi lumpuh banyak saudagar bangkrut banyak pabrik yang gulung tikar, pengangguran di mana mana.
Begitupun Ilmu pengetahuan tidak berdaya karena sampai hari ini belum ditemukan obat maupun vaksinnya sehingga tingkat kematian masih tetap tinggi. Dalam keadaan seperti itu seharusnya manusia menyadari kelemahan dan kembali kepada-Nya.
وَلَنُذِيْقَنَّهُمْ مِّنَ الْعَذَابِ الْاَدْنٰى دُوْنَ الْعَذَابِ الْاَكْبَرِ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ – ٢١
Pelajaran yang kedua, adalah hendaknya manusia semakin menyadari hakekat kehidupan di dunia ini, harus meyakini bahwa hidup ini sementara, dan akan pulang ke negeri akherat.
Dengan banyaknya korban meninggal hendaknya menjadi pelajaran bahwa hidup ini hanyalah Allah yang berkuasa penuh dan menentukannya.
Sebagaimana manusia hidup kedunia atas kehendak dan ketentuan Allah begitu pula kematian atas kehendak dan ketentuan Allah. Atas kehendak Tuhan manusia lahir ke dunia dan dan atas kehendak Tuhan pula kita akan kembali kepadaNya. Kapan dan dimana semua ada ada dalam taqdir Allah SWT
اِنَّ اللّٰهَ عِنْدَهٗ عِلْمُ السَّاعَةِۚ وَيُنَزِّلُ الْغَيْثَۚ وَيَعْلَمُ مَا فِى الْاَرْحَامِۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌ مَّاذَا تَكْسِبُ غَدًاۗ وَمَا تَدْرِيْ نَفْسٌۢ بِاَيِّ اَرْضٍ تَمُوْتُۗ اِنَّ اللّٰهَ عَلِيْمٌ خَبِيْرٌ ࣖ – ٣٤
Pelajaran ketiga adalah, hendaknya manusia semakin punya kepedulian social yang tinggi, memperhatikan sanak saudara, handai tolan dan tetangga. Jika ada yang
kekurangan kita bantu semampu kita. Dengan banyaknya orang kehilangan mata pencaharian otomatis makin banyak orang yang kesusahan untuk makan.
Dengan memberi pertolongan pada tetangga yang kesulitan maka makin sempurnalah keimanan kita kepada Allah SWT. “Tidak beriman seseorang jika dirinya kenyang tetapi tetangganya tidak bisa tidur karena kelaparan”.
Murah hati adalah karakter orang orang sholeh terdahulu dan merupakan akhlak mulia yang terpuji. Dirahmati hidupnya diberkahi hartanya dan dimuliakan kedudukanya.
وَمَنْ يُوقَ شُحَّ نَفْسِهِ فَأُولَٰئِكَ هُمُ الْمُفْلِحُونَ
Selanjutnya kebaikan yang ada di balik musibah ini ialah, kedekatan hati dengan keluarga. Kalau dulu kita jarang tinggal di rumah karena aktifitas yang sangat tinggi, sekarang setiap waktu kita tinggal di rumah. Bercengkrama bersendagurau serta saling melepaskan kasih sayang diantara anggota keluarga.
Keluarga adalah tiangnya masyarakat, jika keluarga buruk maka masyarakatpun buruk. Membangun masyarakat dimuali dengan membangun keluarga. Kasih sayang dan pendidkan keluarga sangatlah penting.
Banyaknya kejahatan dan penyimpangan dalam masyarakat disebabkan oleh keadaan keluarga kurang baik, hubungan antar anggotanya tidak berdasarkan kasih sayang yang tulus tetapi berdasarkan keuntungan duniawi.
Maka dengan adanya kumpul bersama dan lebih intent menimbulkan kedekatan antara orang tua dengan anak. Secara psikologis akan menyebabkan pertumbuhan mental dan ruhani anak yang baik, sehingga penjagaan keluarga sebagaimana yang dikehendaki Allah akan terwujud.
يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا قُوْٓا اَنْفُسَكُمْ وَاَهْلِيْكُمْ نَارًا وَّقُوْدُهَا النَّاسُ وَالْحِجَارَةُ عَلَيْهَا مَلٰۤىِٕكَةٌ غِلَاظٌ شِدَادٌ لَّا يَعْصُوْنَ اللّٰهَ مَآ اَمَرَهُمْ وَيَفْعَلُوْنَ مَا يُؤْمَرُوْنَ – ٦
Maka untuk menyikapi musibah ini tetap tenang, waspada, ikuti protocol kesehatan dari pada ahli dan tidak berhenti berdoa kepada Allah SWT dengan doa yang tulus dan bertawakal dalam kesabaran.
وَاسْتَعِيْنُوْا بِالصَّبْرِ وَالصَّلٰوةِ ۗ وَاِنَّهَا لَكَبِيْرَةٌ اِلَّا عَلَى الْخٰشِعِيْنَۙ – ٤٥ الَّذِيْنَ يَظُنُّوْنَ اَنَّهُمْ مُّلٰقُوْا رَبِّهِمْ وَاَنَّهُمْ اِلَيْهِ رٰجِعُوْنَ ࣖ – ٤٦
Kaum Muslimin yang berbahagia,
Selamat Idul Fitri 1441 Hijriyah, semoga Allah terus menjaga kita memberi keselamatan dan kesehatan. Mohon maaf lahir bathin.
Akhirnya marilah kita memanjatkan do’a kehadirat Allah SWT. Mudah mudahan Allah berkenan mengabulkan doa kita.
اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ ، وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ
Kami melakukan ini untuk melampiaskan rasa syukur kami kepadamu, menyatakan rasa bahagia kami atas perjuangan kami selama ini.
Terimalah segala amal kami. Ampunilah segala dosa kami, dosa ibu bapa kami, dosa keluarga kami, dosa kaum muslimin muslimat yang hidup maupun yang telah wafat.
Ya Allah engkau tahu, negeri kami dihuni oleh sembilan puluh persen umat Islam yang selalu mengagungkan asmaMu, menjaga agamaMu, Maka jangan timpakan kepada kami ujian dan musibah yang berat akibat kesalahan dan keserakahan para pemimpin kami. ampunilah kami, hindarkanlah kami dari wabah virus corona dan segala penyakit yang berbahaya.
Ya Allah, hajat kami kepada-Mu begitu banyak, hanya Engkaulah Yang Mengetahui seluruh hajat dan kebutuhan kami. Kami memohon kepada-Mu ya karim, sepanjang hajat dan kebutuhan kami ini baik menurutmu, dan memberi kemaslahatan dunia dan akhirat bagi kami, maka penuhilah hajat dan kebutuhan kami ini, juga hajat dan kebutuhan istri, keluarga, orang tua, dan saudara serta sahabat kami.
Ya Allah, tiada tempat berharap bagi kami selain kepada-Mu, tiada tempat bergantung bagi kami, selain Engkaulah tempat kembali kami. Penuhilah seluruh harapan kami, kabulkan seluruh pinta dan keinginan kami. Sungguh Engkau tidak pernah mengingkari janji-janji-Mu
سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ. وَسَلاَمٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ. وَالْحَمْدُ لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ
Demikianlah Contoh "Khutbah Idul Fitri Corona: Menggali Hikmah Dibalik Musibah", Semoga bermanfaat untuk pembaca semuanya.