Bingung Hidupi Keluarga, Tapi Dilarang Pulang KampungSalah satu buruh di Kota Tangerang, Arief Budiarto, memiliki kisah pilu setelah pada 22 April lalu PT KBS, tempat dia bekerja, resmi melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK).
Arief tidak sendiri, dia bersama 31 orang lainnya terpaksa harus kehilangan mata pencarian karena pandemi Covid-19.
"Perusahaan tidak melanjutkan karena alasannya Covid-19, dan bisa dibilang pailitlah," kata Arif melalui sambungan telepon, Rabu (29/4/2020).
Arif yang kini tinggal di rumah kontrakan di Kelurahan Jurumidi, Kota Tangerang, bersama istri dan seorang anak berusia enam bulan harus gigit jari, memikirkan nasibnya ke depan seperti apa.
Pasalnya, dia tidak punya pilihan lagi selain berdiam diri di Kota Tangerang lantaran akses ke kampung halaman istrinya di Pandeglang sudah tertutup. Arif mengatakan pernah mencoba nekat pulang kampung ke Pandeglang, tetapi tak bisa lantaran penjagaan ketat dari aparat yang tak mengizinkan dia pulang kampung.
"Jalannya ditutup, Pak (kalau mudik). Saya sudah mau coba ke Pandeglang, rumah istri saya, jalannya ditutup," tutur Arif.
Dengan nada tertawa kecil, Arif hanya mengatakan sudah saatnya dia dan keluarganya menghadapi kenyataan dengan senyuman.
"Saat ini tetap berjuang dan bersabar dalam senyuman aja," kata dia sembari tertawa.
Arif bukanlah satu-satunya yang memiliki kepastian masa depan yang suram di tengah Covid-19 ini.
Arif bercerita, banyak temannya yang ikut terkena PHK khawatir dengan mata pencarian yang kian tak pasti.
Sebagian dari mereka mengadu nasib di jalanan menjadi ojek online meskipun Kota Tangerang berstatus PSBB.
Sebagian lainnya mencoba peruntungan, melamar sana-sini, tetapi tak ada tempat yang menerima.
"Sebagian dari teman-teman saya dan saya sendiri terus terang mengalami krisis ekonomilah," ujar Arif.
"Mereka mengeluhkan anyep-anyep mulu. Ada teman-teman saya yang mencari kerja juga, cuma kendala enggak dapat-dapat juga, karena kawan-kawan rata-rata mengalami kesulitan masalah Covid-19," ujar dia.
Terkait bantuan dari pemerintah, Arif mengatakan, tak ada satu pun bantuan pemerintah yang menyentuh keluarganya, bahkan Kartu Prakerja yang digadang-gadang akan membantu banyak kesulitan dari mereka yang terkena PHK.
"Saya kemarin sudah pernah coba, tapi kok enggak bisa-bisa, apa saya salah atau bagaimana, enggak tahu," tutur Arif.
Nasib penolakan proses aplikasi Kartu Prakerja juga dialami teman-temannya yang terkena PHK. Kini dia mencoba mengadu nasib dengan menjadi marketing dadakan barang-barang yang kemungkinan bisa dijual dari jaringan buruhnya.
Dia berharap ada solusi dari pemerintah terhadap ketidakpastian masa depan pendapatan buruh yang terkena PHK akibat Covid-19.