Dalam 3 bulan terakhir ini virus corona menjadi topik trending pemberitaan di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Sudah puluhan ribu nyawa melayang akibat ganasnya virus corona.
Tak heran, virus yang awal mulanya berasal dari Wuhan China tersebut membuat banyak orang panik kemudian mencari tahu tentang informasi virus corona.
Salah satu hal yang paling ingin dicari tahu para netizen adalah, seperti apa "karakteristik" virus corona ini dan bagaimana caranya dia menginfeksi tubuh manusia.
Pakar virologi drh. Moh. Indro Cahyono memaparkan bahwa virus, termasuk COVID-19, tidak bisa bertahan hidup lama tanpa perantara medianya. Media bagi virus untuk bertahan hidup ini bersifat gelap, basah, dan dingin. Jadi, ketika media yang terkena virus mengering, jenis mikroorganisme itu pun akan mati.
"Jika misalnya ada orang yang sudah terinfeksi mengeluarkan droplet berupa cairan lendir atau ludah lalu kena di baju, kain, atau meja, dia akan tetap hidup selama droplet itu belum mengering. Ketika baju dicuci atau setidak-tidaknya mengering sendiri karena pengaruh lingkungan, misalnya karena panas atau disinfektan, maka virus akan mati. Begitu pun yang ada di meja, kursi, lantai, karpet, dan sejenisnya. Jika sudah mengering, ya virusnya akan mati," kata Indro.
Ditegaskan dokter lulusan Universitas Gajah Mada itu, virus corona tidak bisa hidup di udara. Dia hanya bisa hidup pada droplet, kemudian jatuh ke bawah. Semua jenis virus sifatnya sama. Seandainya virus mengenai tangan Anda, saat droplet yang ditempeli si virus mengering, ia juga akan hancur. Tapi, untuk jaga-jaga, sangat dianjurkan setelah berjabat tangan atau menyentuh benda yang sekiranya terkontaminasi virus, Anda langsung mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer.
"Virus tidak bisa bertahan hidup di tempat kering, terang, dan panas. Jika dicurigai ada droplet di perabot rumah, maka cukup dibersihkan saja dengan desinfektan atau cairan pembersih," saran Indro.
Indro menambahkan, Virus juga bisa dinetralkan oleh antibodi dalam tubuh kita. Antibodi ini bisa dinaikkan produksinya dengan banyak mengonsumsi vitamin E & C.
Pada orang dengan ketahanan tubuh normal lalu dinyatakan positif COVID-19, menurut Indro, dapat melakukan treatment mandiri di rumah. Caranya dengan beristirahat yang cukup, konsumsi vitamin E dan C, plus madu. Dengan asupan vitamin yang bagus, maka produksi antibodi dapat meningkat 2-3 kali lipat dari standar. Antibodi pada hari ke-7 akan diproduksi tubuh untuk menetralkan virus dan mencapai puncaknya pada hari ke-14.
Saat seseorang dinyatakan positif COVID-19, Indro menyarankan, "Jangan panik dan stres karena stres akan menekan sistem kekebalan kita. Rumah sakit sebaiknya dikhususkan untuk kelompok risiko tinggi saja seperti lansia, pasien dengan komplikasi penyakit, dan memiliki gangguan pernapasan kronis. Dengan begitu rumah sakit tidak terlalu penuh."
Stres dan panik, kata Indro, juga bisa memicu reaksi psikosomatis yang berakibat pada menurunnya produksi antibodi dari dalam tubuh. Maka, penting untuk menekan kepanikan itu.
Indro menegaskan pula, orang yang terinfeksi COVID-19 berpeluang sembuh. Kesembuhan bisa terjadi dalam 14 hari jika pasien rajin mengonsumsi vitamin E dan C, juga cukup istirahat. Namun, jika pasien ternyata memiliki riwayat penyakit bawaan seperti paru, TB, hipertensi, asma, kanker, dan tumor, sebaiknya berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter.
Lantas, apakah orang yang pernah terinfeksi COVID-19 masih bisa terkena virus itu lagi?
Indro menjawab ya. "Manusia yang sudah pernah terinfeksi dan sembuh masih bisa terkena infeksi ulangan. Tapi, sel memori tubuh akan mengeluarkan antibodi lebih cepat, bukan 7 hari seperti pada infeksi pertama, melainkan langsung keluar dalam waktu 1 hari atau 24 jam," terangnya.