Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyebut virus corona atau Covid-19 bukanlah musuh utama bangsa Indonesia.
"Sebetulnya musuh terbesar kita saat ini adalah bukan virus itu sendiri."
Ia melanjutkan, bahwa musuh terbesar Indonesia saat ini adalah rasa panik dan cemas berlebihan akibat berita-berita hoaks.
"Tapi rasa cemas, rasa panik, rasa ketakutan, dan berita-berita hoaks serta rumor," ujar Jokowi, Kamis 5/3/2020 seperti dilansir dari Suara.com.
Sementara itu, Jokowi mengimbau masyarakat untuk tidak khawatir dengan penyebaran virus corona.
Jokowi menegaskan dalam menyikapi penyebaran virus corona, masyarakat harus berpegang pada informasi yang benar.
Selain itu, ia berasumsi bahwa pasien yang tertular virus corona banyak yang bisa disembuhkan.
" Virus corona dari data yang saya terima, 94 persen lebih penderitanya dapat disembuhkan," kata Jokowi.
Lebih lanjut, Jokowi meminta seluruh masyarakat saling bekerja sama mencegah penularan virus corona dengan menjalankan pola hidup sehat.
Virus Corona Mulai Menjinak
Orang terjangkit virus corona pertama kali muncul di Provinsi Hubei, China pada Desember 2019 lalu dengan gejala sakit berat.
Sementara, Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Virus Corona, Achmad Yurianto menilai saat ini ada perubahan gejala orang yang terinfeksi corona.
Diketahui orang yang terjangkit corona mengalami sesak napas, demam tinggi, batuk, disertai pilek.
Akan tetapi, Yurianto menyebut orang yang positif terjangkit Covid-19 hanya mengalami gejala sakit ringan hingga ada yang tidak menunjukkan gejala.
Juru bicara (jubir) untuk penanganan virus corona (Covid-19) Achmad Yurianto di Kompleks Istana Kepresienanan, Jakarta, Selasa (3/3/2020).
"Tidak terlalu berat, panasnya tidak tinggi, batuk tidak terlalu kelihatan sekali."
"Bahkan di beberapa laporan yang kita dapatkan ada yang asimtomatik, tidak menunjukan gejala," kata Yurianto di Istana Kepresidenan, Jakarta, Kamis (5/3/2020).
Menurutnya, gejala sakit berat tak terjadi karena virus corona yang masuk ke tubuh tidak bisa beranak pinak.
"Kalau dia bisa beranak-pinak menjadi banyak, pasti orang itu akan panas."
"Kalau itu ada di saluran pernapasan atas dalam jumlah yang banyak, pasti akan memacu terbentuknya lendir dan merangsang batuk," ujar Yurianto.
Sehingga, Yurianto menambahkan jika virus corona yang masuk ke tubuh itu bisa replikasi akan berujung pada sulitnya bernapas.
"Begitu masuk ke saluran nafas bawah, maka akan terjadi kegagalan pernafasan karena seluruhnya akan dilapisi oleh lendir, yang seakan akan paru-parunya tenggelam," sambungnya.
Muncul Kekhawatiran Baru
Meski demikian, ia menilai penyebarannya lebih sulit diantisipasi karena virus corona yang semakin jinak.
Sebab, deteksi tak bisa dilakukan jika tak ada gejala demam.
Yurianto menyebut di bandara terutama semua pintu negara memakai alat pengukur suhu tubuh untuk mendeteksi suspect virus corona.
"Ini artinya mobilitas penderita Covid-19, di dalam tubuhnya tidak terdeteksi di pintu masuk negara mana pun," kata Yurianto.
Menurutnya, hal ini yang menyebabkan meningkatnya kasus virus corona di luar China.
Yurianto menambahkan sejumlah negara seperti Korea Selatan, Jepang, Iran dan Italia memiliki tingkat penularan yang tinggi.
"Di samping itu, penyebaran ke negara-negara yang lain, yang baru juga sangat tinggi."
"Data beberapa hari yang lalu, dalam sehari ada 20 negara baru yang melaporkan ditemukannya kasus positif," kata dia.
Sebelumnya, warga negara (WN) Jepang ada dugaan tak terdeteksi corona di bandara karena tak menunjukkan gejala suhu tubuh panas.
Sementara di Indonesia sendiri ada yang terpapar virus corona disebabkan oleh WN Jepang domisili Malaysia yang datang ke Jakarta.