Sejumlah pemudik di Terminal Ciledug, Kota Tangerang, Banten nekat duduk dibagasi bus dan viral di media sosial. Tindakan para pemudik itu untuk hindari razia petugas seiring adanya larangan mudik di tengah pandemi Covid-19.
Namun, kabar pemudik yang viral di media sosil nekat duduk dibagasi bus tersebut tidak diketahui pasti oleh salah satu agen bus di Terminal Ciledug.
Foto pemudik tersebut diunggah oleh akun media sosial milik Roomy RSY, dimana dalam tulisan bahwa foto itu diambil di Terminal Ciledug Kota Tangerang, Banten pada Jumat 24 April 2020.
Bahkan, dalam postingan itu juga disebutkan, penumpang bus harus rela merogoh kocek 450 ribu untuk bisa mudik, namun tidak disebutkan daerah asal tujuan penumpang tersebut.
Sementara suasana Terminal Ciledug Kota Tangerang Minggu (26/4/2020) siang ini sudah terlihat tidak ada aktivitas sama sekali sejak ada larangan mudik dari pemerintah.
Beberapa orang petugas tiket agen bus di lokasi pun sudah menganggur atau tidak bekerja melayani pemudik. Mereka hanya terlihat duduk duduk santai.
Resi Rianto, petugas tiket agen bus, mengaku tidak mengetahui pasti terkait pemudik yang nekat duduk di bagasi bus untuk hindari razia petugas. Sebab, sejak adanya larangan bus tidak boleh membawa pemudik, dirinya sudah menganggur.
Sekadar diketahui, sejak 24 April 2020, pemerintah resmi melarang masyarakat untuk mudik ke kampung halaman. Hal itu dilakukan sebagai upaya mencegah penyebaran virus corona.
Menanggapi kejadian tersebut, Kurnia Lesani Adnan, Pemilik PO SAN sekaligus Ketua Umum Ikatan Pengusaha Otobus Muda Indonesia (IPOMI), mengatakan hal tersebut memang benar adanya.
“Kejadiannya di Cileduk, tapi bukan terminal resmi. Sebenarnya begini, bukan busnya saja, tapi penumpangnya yang memang sudah mau mudik, artinya kemauan dari penumpang atau masyarakatnya. Karena takut ada razia jadi penumpang itu mau duduk di dalam bagasi dulu,” ujar pria yang akrab disapa Sani, Sabtu (25/4/2020).
Menurut Sani, setelah berhasil melewati pos pengawasan, baru kemudian bus tersebut bongkar muatan dan menaikkan penumpang yang ada di bagasi ke dalam kabin.
Setelah itu kembali meneruskan perjalanan ke daerah tujuan bus AKAP tersebut.
Sani menjelaskan adanya kejadian tersebut memang miris. Pada satu sisi mengambarkan adanya bukti bila titik pengawasan yang tidak kuat dari pemerintah.
Di sisi lain adanya gambaran bila masih ada masyarakat yang memang mau pulang kampung karena sudah tidak ada yang bisa dikerjakan di Jakarta.
“Kalau sudah begitu siapa yang harus disalahkan. Masyarakat yang mudik ini karena mereka di sini kan terlantar, tidak tahu harus bagaimana akhirnya nekat tetap mudik juga, sementara di lain sisi pemerintah juga tidak ketat dalam pengawasannya,” ucap Sani.
“Kalau mau dilihat di lapangan itu, sampai saat ini masih banyak bus dan angkutan lain yang statusnya gelap tetap beroperasi bawa penumpang untuk mudik. Jelas ini tidak ada adil, karena kami yang resmi mengikut regulasi tapi mereka yang bandel tetap beroperasi dan lolos dari razia,” kata dia.
Bus-bus AKAP yang melayani ke banyak tujuan di wilayah Jawa Tengah dan Jawa Timur ini memang sudah dilarang untuk membawa penumpang keluar dari Jabodetabek.
Banyak bus yang dialihfungsikan menjadi kendaraan logistik, atau kendaraan pengantar barang.
Kebijakan banting setir ini terpaksa dilakukan para pengusaha oto bus, agar kendaraan mereka masih bisa beroperasi di tengah aturan PSBB dan juga larangan mudik.