4 gunung di Indonesia meletus bersamaan pada Sabtu 11 April, dini hari. Ke empat gunung itu adalah Merapi, Semeru, Anak Krakatau dan Gunung Kerinci.
Apakah ini tanda-tanda kecil kiamat? Ataukah ini tanda-tanda kebenaran firman Allah Subhanahu wa Ta'ala yang disebut dalam Surah Al Waqiah ayat 5-6?
“Dan gunung-gunung dihancur luluhkan seluluh-luluhnya, maka jadilah ia debu yang beterbangan.”
Surah lain juga menyebut kejadian yang berhubungan erat dengan gunung sebagai tanda kiamat, yakni Surah Al Qari’ah ayat 101.
“Dan gunung-gunung adalah seperti bulu yang dihambur-hamburkan.”
Fenomena tersebut, menurut penjelasan Kepala Bidang Gunung Api PVMBG Hendra Gunawan, bukanlah termasuk anomali, dan tidak bisa disebut terjadi bersama-sama.
“Memang gunung-gunung lain secara berkala terus erupsi setiap hari. Kalau Anak Krakatau terjadi erupsi, artinya gunung itu yang baru ikut erupsi,” kata Hendra.
Hendra menjelaskan, erupsi gunung terjadi selama bertahun-tahun secara berkala dan semua kejadiannya terus dipantau dan dilaporkan oleh Mitigasi Bencana Geologi.
“Jadi itu gunung-gunung yang sudah erupsi bertahun-tahun, tapi bukan dalam frekuensi bersamaan. Ada yang sudah berhenti sehari dua hari lalu, ikut lagi,” ujarnya.
4 Gunung Meletus Sekaligus
4 gunung di Indonesia dikabarkan mengalami erupsi pada Sabtu, 11 April 2020 kemarin .
Dilihat dari Peta Magma Indonesia, Gunung Merapi, Gunung Semeru, Gunung Anak Krakatau dan Gunung Kerinci mengeluarkan magma.
Kasbani, Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), mengatakan erupsi di Gunung Merapi sudah terjadi sejak Jumat 10 April 2020.
Gunung Merapi erupsi pada Jumat, 10 April 2020 pukul 09.10 WIB. Menurut laporan, erupsinya mencapai ketinggian kolom abu teramati 3 kilometer di atas puncak atau 5.968 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas ketebalan condong ke arah barat laut. Erupsi Gunung Merapi terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 75 mm dan durasi kurang lebih 1 menit 43 detik.
Untuk Gunung Anak Krakatau (GAK) juga mengalami erupsi sejak Jumat malam pukul 22.35 WIB. Erupsi GAK melontarkan kolom abu hingga 500 m di atas puncak kudung.
Kolom abu teramati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal condong ke arah utara. Erupsi ini terekam di seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi kurang lebih 38 menit 4 detik.
PVMBG menjelaskan letusan berlangsung hingga Sabtu pagi pukul 05.44 WIB.
"Letusan Gunung Anak Krakatau terjadi hingga pagi ini," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM) Kasbani.
Kasbani mengatakan, erupsi yang terjadi di Gunung Anak Krakatau ini bersifat strombolian, artinya, letusannya sangat kecil dan terus menerus.
Sementara itu, Gunung Semeru erupsi hampir terjadi setiap hari. Namun, tinggi kolom abu hanya 200 hingga 300 meter saja.
"Semeru hampir setiap hari, 200-300 meter saja. Sudah karakteristik Semeru seperti itu," ujar Kasbani.
Untuk Gunung Kerinci, kata Kasbani, juga memiliki karakteristik yang sama dengan Semeru.
"Saya akan cek lagi Kerinci, kadang-kadang memang erupsi tapi kecil-kecil saja, di Kerinci ada sumber lava, sekali-sekali terdorong," kata dia.
Keempat gunung tersebut, kata dia, berada di level II atau waspada.
Inikah Sumber Dentuman Misterius di Jabodetabek?
Dentuman keras terjadi pada Sabtu dini hari, 11 April 2020, di wilayah Jakarta hingga Depok. Kejadian ini membuat banyak kaca rumah warga bergetar.
Menurut Surono, Ahli Vulkanologi, Mantan Kepala Badan Geologi, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM), suara gemuruh dan dentuman tersebut berasal dari Gunung Anak Krakatau (GAK). Di mana saat bersamaan, gunung di Selat Sunda itu sedang mengalami erupsi.
"Pada saat masyarakat mendengar dentuman, bersamaan dengan letusan anak krakatau/GAK. Bisa terjadi bahwa suara dentuman dari GAK," ujar dia.
Pria yang akrab disapa Mbah Rono ini menyampaikan, hal tersebut dapat terjadi akibat suasana Jakarta dan Depok yang sepi. Sehingga suara tersebut dapat terdengar.
"Apalagi saat ini kondisi sepi, tidak ada kendaraan lalulalang, tidak ada kegiatan manusia di luaran. Sepi. Bisa terjadi suara tersebut dari letusan GAK," ujar dia.
Lantas mengapa suara dentuman dapat terdengar sedangkan di lokasi terdekat gunung tidak mendengar apapun?
Surono menjelaskan, hal tersebut lantaran adanya gelombang suaranya yang sampai di suatu daerah. Hal tersebut dapat terjadi tergantung pada tekanan udara.
Bisa jadi tekanan udara tersebut berbeda-beda. Bila ledakan tidak keras, dini hari, jika juga tidak terdengar karena tidur atau sedang kegiatan lain bisa terjadi," ujar Mbah Rono.
Detik-detik Suara Dentuman Misterius Gegerkan Jabodetabek
Gelegar suara dentuman yang terdengar warga di wilayah Jabodetabek dipastikan bukan dampak dari erupsi Gunung Anak Krakatau, di Selat Sunda. Hal ini ditegaskan Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVGMBG) pada Sabtu, 11 April 2020.
" Sampai sekarang Gunung Anak Krakatau memang masih erupsi, tapi terlalu jauh jika terdengar hingga Jakarta dan Depok," kata Kepala Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG) Badan Geologi Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ( ESDM) Kasbani di Jakarta.
Ia juga mengkonfirmasi melalui Pos Pengamatan Gunung Anak Krakatau di Pasaran Carita, Pandegang, Banten yang berada 50 km, bahwa efek erupsi terlampau kecil dan tidak terdengar dentuman sama sekali.
"Pos yang terdekat saja tidak dengar, apalagi Jakarta yang lebih jauh," ujar dia.
PVMBG melaporkan telah terjadi erupsi Gunung Anak Krakatau, Lampung pada 10 April 2020 pukul 22.35 WIB dengan tinggi kolom abu hingga 500 m di atas puncak atau sekitar 657 meter di atas permukaan laut.
Kolom abu diamati berwarna kelabu dengan intensitas sedang hingga tebal dan condong ke arah utara. Erupsi ini telah terekam seismogram dengan amplitudo maksimum 40 mm dan durasi kurang lebih 38 menit 4 detik.
Pantauan yang dilakukan PVMBG mengatakan letusan berlangsung hingga Sabtu, 11 April 2020 oukul 05.44 WIB.
Potensi bahaya yang dilaporan PVMBG yaitu lontaran material lava, aliran lava dan hujan abu lebat di sekitaran kawah dengan radius 2km dari kawah aktif. Selain itu, hujan abu yang tipis dapat terpapar ke daerah lebih jauh tergantung kecepatan angin.
Aktivitas erupsi tipe Strombolian ini hanya tersebar di sekitar kawah. Erupsi menerus berpotensi terjadi, namun tidak terdeteksi adanya gejala vulkanik dengan intensitas erupsi yang lebih besar.
Kesaksian Warga
Sementara, seorang warga Pamulang, Tangerang Selatan, Aditya mengatakan, dirinya mendengar detuman samar-samar dari arah barat.
Dentuman tersebut terus terjadi selama satu jam dini hari tadi, Sabtu 11 April 2020. Bahkan, kata Aditya, pintu di rumahnya sempat bergetar.
"Sekitar jam 02.30 WIB saya sedang tidur deket pintu samar terdengar dentuman, pintunya getar, kakak saya cek pintunya getar sediri padahal tidak ada angin," kata Aditya.
Berasal dari Kilat?
Kemudian Aditya mengecek lantai atas rumahnya dan mendengan dentuman samar-samar dari arah barat.
"Lama sekali sampai jam 03.30 WIB, terdengar samar-samar, berhenti bentar trus bunyi lagi. Saya kira mau hujan badai, tapi saya lihat ada dentumannya tapi tidak ada kilat. Terdengar sangat jauh," ujar Aditya.
Sementara, Theo, warga Depok mengaku melihat kilat sebelum terdengar dentuman. Theo mengaku mendengar dentuman tersebut hanya satu kali.
"Ada kilat sebelum dentuman, saya kira petir, tapi suaranya agak beda dengan petir," ujarnya.