Inilah bukti nyata, Betapa mustajab-nya doa yang dipanjatkan hamba-Nya secara ikhlas dan istiqomah.
Adalah Nenek Tarijah (73), warga Boga, Nganjuk, Jawa Timur yang telah membuktikannya. Doanya sejak 2003 silam untuk naik haji kini dikabulkan oleh Allah SWT.
Nenek Tarijah bukanlah orang yang berlimpah harta. Namun dia kaya dengan keimanan, keikhlasan, dan doa.
"Saya senang mengamalkan beberapa doa dan bacaan yang saya baca di buku-buku bekas yang saya jual di pasar," ucap Tarijah dengan logat Jawa saat ditemui di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo, Senin (6/8).
Nenek Tarijah berkisah sembari menunjukkan lampiran buku bekas berisi berbagai macam fadhilah dan bacaan doa yang masih disimpan di tas paspornya.
kepada Staf Humas Kemenag Haji Jawa Timur. Nenek tiga cucu ini mengaku, hanya seorang pedagang kecil di Pasar Wage, Nganjuk.
Usai Salat Subuh, setiap hari Tarijah pergi berjualan dengan berjalan kaki sejauh sekitar tiga kilometer.
Di Pasar Wage, Tarijah menjual nasi aking. Selain itu, Dia juga menjual buku, koran bekas, kayu arang, jagung, bekatul, dan botol bekas di lapaknya.
Pendapatan Tarijah perharinya tidaklah menentu. Jika ramai pembeli, rezeki paling banyak yang didapatnya hanya Rp 100 ribu per hari. Tapi jika sepi pembeli, tak sepeserpun rupiah yang bisa dibawa pulang.
Kendati dengan penghasilan ala kadarnya, nenek yang tinggal bersama seorang cucu di rumah sederhana ini, masih bisa menabung.
Untuk mewujudkan mimpinya berhaji, sejak 2003 atau sejak ditinggal mati suaminya karena sakit, Tarijah mulai menyimpan uangnya sedikit demi sedikit.
Tapi karena tidak mengenal istilah bank, nenek yang sudah 15 tahun menjanda ini menyimpan uangnya di bawah tempat tidur dan bantalnya. Saya tidak tahu bank, bagaimana cara menabung, saya tidak tahu. Kalau ada uang ya saya simpan di bawah tikar (alas tempat tidurnya). Tiap hari kamar itu saya kunci, kisahnya.
Medio 2010, uang Tarijah terkumpul Rp 20 juta. Ketika berniat daftar haji, uangnya tak cukup, kurang Rp 5 juta. Untuk menutupi kekurangan tersebut, Tarijah meminjam uang kepada kenalannya.
"Uangnya kurang Rp 5 juta, saya pinjam uang untuk nutup. Alhamdulillah, delapan tahun sampai saat ini, saya bisa bayar nutup biaya ongkos naik haji," jelasnya.
Berdoa tanpa mengeluh
Sementara untuk makan sehari-hari, nenek yang juga kehilangan putra satu-satunya karena sakit stroke ini, masak di kios pasarnya dengan tungku kayu bakar.
"Kalau beli ya mahal, lima ribu dapat nasi sekepel, jadi ya masak ngeliwet nasi 3 ons. Kadang 0,5 kilo sehari sudah cukup," katanya.
Kendati demikian, Tarijah tak pernah mengeluh. Justru dia terus berdoa di setiap salatnya agar diberi kelancaran rezeki dan bisa pergi ke Tanah Suci. Karena saking istiqomah-nya, bahkan di waktu senggang, saat dagangannya sepi pembeli, Tarijah menyempatkan diri membaca Alquran dan buku-buku bekas yang dia jual.
Alhasil, buah dari ikhtiar dan doa-doa itupun kini diijabah. Allah menunjukkan kekuatannya kepada Tarijah melalui semua amalan yang dilakukan Tarijah. Tahun 2018, dia diberi kesempatan haji ke rumah Allah SWT dan berziarah ke makam Rasulullah SAW.
Ke Tanah Suci, Tarijah bergabung dengan Jemaah Calon Haji (JCH) kelompok terbang (kloter) 59 Kabupaten Nganjuk. Dia masuk AHES Sukolilo pada Minggu (5/8) kemarin, pukul 18.30 WIB.