Koalisi pimpinan Arab Saudi yang memerangi pemberontak Syiah Houthi di Yaman mengatakan, mereka berhasil mencegat sebuah rudal balistik di selatan Riyadh pada Selasa, 19 Desember waktu setempat.
Pemberontak Syiah Houthi pada Selasa menjelaskan bahwa rudal yang mereka luncurkan menargetkan Istana Al-Yamama untuk menandai 1.000 hari keterlibatan Arab Saudi dalam perang Yaman.
"Ini adalah jawaban kami untuk mereka dan kepada seluruh dunia. Semakin banyak kejahatan yang Anda lakukan, semakin tirani Anda, maka Anda tidak akan mendapat apa-apa selain lebih banyak tembakan rudal," tutur pemimpin Syiah Houthi, Abdulmalik al-Houthi, melalui pidatonya yang disiarkan di televisi seperti dikutip dari Al Jazeera, Rabu (20/12/2017).
Sementara itu, koalisi pimpinan Arab Saudi mengklaim bahwa rudal tersebut diarahkan ke permukiman dan tidak memicu kerusakan atau jatuhnya korban. Demikian seperti dilansir kantor berita Saudi, SPA.
"Pasukan koalisi mengonfirmasi telah mencegat rudal yang ditembakkan Iran-Houthi ke selatan Riyadh. Tidak ada korban akibat peristiwa ini," tulis Saudi Center for International Communication di Twitter.
Namun, Juru Bicara Syiah Houthi, Mohammed al-Bukhaiti, mengklaim serangan rudal mereka menelan korban.
"Pihak Saudi akan mengklaim mereka menembak jatuh rudal kami, tapi kami punya teknologi presisi yang mampu menyerang setiap target di kerajaan itu," tutur al-Bukhaiti.
Ia menambahkan, rudal yang ditembakkan adalah Burkan 2-H, yakni misil Scud dengan jangkauan lebih dari 800 kilometer.
Sejak November 2017, ini merupakan serangan ketiga yang diluncurkan pemberontak Syiah Houthi ke Arab Saudi.
Pada 4 November, sebuah rudal yang ditembakkan mengarah ke sebuah kawasan di dekat Bandara Internasional King Khalid. Arab Saudi menuding Iran mendalangi insiden ini dan menyebutnya sebagai "sebuah deklarasi perang".
Rudal lainnya yang dilaporkan menargetkan Kota Khamis dicegat pada 1 Desember.
Perusahaan keamanan Amerika Serikat, Stratfor melaporkan bahwa rudal yang ditembakkan Syiah Houthi kemungkinan besar adalah misil di gudang senjata Yaman yang telah dimodifikasi.
"Dari gambar, bentuk dan dimensi rudal serupa dengan misil Scud. Pasukan Yaman kemungkinan memodifikasi rudal Scud melalui cara yang sama seperti yang dilakukan Korea Utara, Iran dan Irak," ucap Stratfor dalam laporannya awal tahun ini.
Yaman mengumpulkan sejumlah besar rudal Scud saat Yaman Utara dan Yaman Selatan bersatu kembali pada tahun 1990. Pada tahun-tahun berikutnya, negara itu juga memperoleh persenjataan serupa dari Korea Utara, mereka membeli rudal Hwasong-6 yang memiliki jangkauan hingga 550 kilometer.
Houthi Ancam Tingkatkan Serangan
Melalui sebuah wawancara dengan Al Jazeera pada November lalu, Mohammed Abdul Salam, Juru Bicara Syiah Houthi mengancam, pihaknya akan meningkatkan operasi di perbatasan Arab Saudi-Yaman dan menargetkan sasaran jauh di Arab Saudi.
"Saudi memulai perang. Respons kami akan terus berlanjut dan meningkat, apakah itu menargetkan sasaran jauh di Arab Saudi, pangkalan di mana jet-jet Saudi lepas landas, atau pangkalan militer di wilayah Yaman," tegas Abdul Salam.