Bagaimana tanggapan dari Direktorat Jenderal Imigrasi Kementerian Hukum dan HAM mengenai penolakan tersebut?
Kepala Bagian Humas dan Umum Direktorat Jenderal Keimigrasian Kementerian Hukum dan HAM, Agung Sampurno, mengatakan penolakan masuk ke sesuatu negara merupakan absolut soveregnity atau kewenangan mutlak negara yang bersangkutan.
Sehingga, kata dia, negara itu berhak menentukan seseorang masuk atau tidak ke wilayah tersebut. Negara asal tidak berhak turut campur melarang warga negaranya masuk ke negara lain.
"Yang terjadi peristiwa rutin keimigrasian. Itu kewenangan negara," tutur Agung Sampurno, Minggu (24/12/2017).
Insiden penolakan Warga Negara Indonesia (WNI) masuk ke negara lain bukan yang pertama.
Pada beberapa waktu lalu, pemuka agama lainnya, Ustaz Solmed pernah ditahan di Bandara Changi Singapura.
Sedangkan, penasehat hukum senior, Adnan Buyung Nasution, juga pernah ditahan oleh petugas imigrasi di bandara serupa pada tahun 2008.
Menurut Agung Sampurno, upaya pihak imigrasi itu merupakan peristiwa rutin keimigrasian.
Menurut dia, pihak Imigrasi Indonesia juga pernah melakukan hal serupa kepada warga negara lainnya. Namun, tidak ada kewajiban memberitahukan kepada negara asal.
"Tidak ada data penangkapan ke negara lain. Tidak perlu menjelaskan satu-satu. Tidak perlu memberikan keterangan ke negara asal," tambahnya.
Sebelumnya, Ustaz Abdul Somad mengalami perlakuan tidak menyenangkan saat berkunjung ke Hongkong. Ulama lulusan Mesir dan Maroko itu dilarang masuk ke negara itu sehingga harus membatalkan ceramahnya.
Melalui akun media sosial, Facebook, Ustaz Abdul Somad, menceritakan pengalaman tidak menyenangkan itu. Dia bersama dengan rombongan baru tiba di salah satu bandara di Hongkong pada Sabtu (23/12/2017) sekitar pukul 15.00 WIB.
Penolakan terhadap Abdul Somad kembali terjadi. Kali ini, dai kondang tersebut ditolak saat akan menghadiri undangan dakwah di Hong Kong.
Menurut Abdul Somad, kejadian itu berlangsung saat ia bersama dua rekannya baru keluar dari pintu pesawat. Kala itu, beberapa orang tidak berseragam langsung menghadangnya dan menarik secara terpisah.
"Mereka meminta saya buka dompet. Membuka semua kartu-kartu yang ada. Di antara yang lama mereka tanya adalah kartu nama Rabithah Alawiyah (Ikatan Habaib). Saya jelaskan. Di sana saya menduga mereka tertelan isu terorisme. Karena ada logo bintang dan tulisan Arab," tulis Abdul Somad melalui fanspage facebooknya pada Minggu, (24/12/2017).
Setelah itu, lanjut dia, petugas menanyakan terkait identitas. Pertanyaan tersebut dijawabnya sesuai dengan fakta sebenarnya.
"Mereka tanya-tanya identitas, pekerjaan, pendidikan, keterkaitan dengan ormas dan politik. Saya jelaskan bahwa saya murni pendidik, intelektual muslim lengkap dengan latar belakang pendidikan saya," kata Abdul Somad.
Proses interogasi tersebut dilakukan sekitar 30 menitan. Setelah itu, petugas setempat menegaskan bahwa Hong Kong tidak menerima kehadiran Abdul Somad.
"Lebih kurang 30 menit berlalu. Mereka jelaskan bahwa negara mereka tidak dapat menerima saya. Itu saja. Tanpa alasan. Mereka langsung mengantar saya ke pesawat yang sama untuk keberangkatan pukul 16.00 WIB ke Jakarta," tulis Abdul Somad.
Atas ketidakhadirannya, ia meminta maaf kepada semua pihak yang mengundangnya. Dai alumni Kairo dan Maroko ini menyatakan ada hikmah di balik peristiwa tersebut.
"Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Qaddarallah, ada hikmah di balik itu semua. Kepada sahabat-sahabat panitia jangan pernah berhenti menebar kebaikan di jalan da'wah," tulis dia.
Setelah memberi penjelasan secara rinci, kata Somad, imigrasi Hong Kong secara sepihak melarang dirinya masuk ke Hong Kong. Sementara dua asistennya diminta kembali ke Indonesia pada Minggu (24/12).
Ia mengaku langsung dibawa menuju kembali ke pesawat yang ditumpanginya untuk kembali ke Jakarta dari Hong Kong pada 17.00 waktu setempat.
"Tanpa alasan mereka langsung mangantar Saya ke pesawat yang sama untuk keberangkatan pukul 10.00 WIB ke Jakarta," ujarnya.
Atas kejadian itu, Somad meminta maaf kepada pihak yang mengundangnya untuk berdakwah, serta kepada seluruh TKI di Hong Kong.
"Kami hanya bisa berusaha dan berdoa. Qaddarallah, ada hikmah di balik itu semua," ujar Somad.
KLARIFIKASI DARI USTADZ ABDUL SOMAD
1. Saya sampai di Hongkong pukul 15.00 WIB (jam tangan belum saya rubah).
2. Keluar dari pintu pesawat, beberapa orang tidak berseragam langsung menghadang kami dan menarik kami secara terpisah; saya, Sdr. Dayat dan Sdr. Nawir.
3. Mereka meminta saya buka dompet. Membuka semua kartu-kartu yang ada. Diantara yang lama mereka tanya adalah kartu nama Rabithah Alawiyah (Ikatan Habaib). Saya jelaskan. Di sana saya menduga mereka tertelan isu terorisme. Karena ada logo bintang dan tulisan Arab.
4. Mereka tanya-tanya identitas, pekerjaan, pendidikan, keterkaitan dengan ormas dan politik. Saya jelaskan bahwa saya murni pendidik, intelektual muslim lengkap dengan latar belakang pendidikan saya.
5. Lebih kurang 30 menit berlalu. Mereka jelaskan bahwa negara mereka tidak dapat menerima saya. Itu saja. Tanpa alasan. Mereka langsung mengantar saya ke pesawat yang sama untuk keberangkatan pukul 16.00 WIB ke Jakarta.
6. Kita hanya bisa berusaha dan berdoa. Qaddarallah, ada hikmah di balik itu semua.
7. Kepada sahabat-sahabat panitia jangan pernah berhenti menebar kebaikan di jalan da'wah.
8. Mohon maaf tidak terhingga buat sahabat-sahabat pahlawan devisa negara di Hongkong.
9. Semoga tulisan singkat ini mampu menjadi klarifikasi.
6 Rabiul Akhir 1439
24 Desember 2017
Abdul Somad