Keluarga Besar Nahdlatul Ulama (KBNU) beramai-ramai turun ke jalan dalam aksi damai di depan gedung Kedutaan Besar Amerika Serikat, Jalan Medan Merdeka Selatan, Jakarta, Jumat (8/12) siang. Aksi damai itu merupakan penolakan atas pengakuan sepihak Presiden Amerika Donald Trump yang menyebut Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel pada Rabu (6/12) waktu setempat.
KBNU menegaskan, Yerusalem adalah bagian dari Palestina.
“Yerusalem adalah Ibu Kota Palestina. Bukan Ibu Kota Israel,” tegas salah satu peserta, Husny Mubarok Amir dalam orasinya.
Sementara itu, pembacaan sikap atas pengambilalihan Yerusalem disampaikan oleh Ketum IPNU, Asep Irfan Mujahid. Asep menyampaikan, sikap pertama dari aksi tersebut yakni menolak pengakuan Trump atas Jerusalem sebagai Ibu Kota Israel.
“Palestina harus berdaulat. Dukung kemerdekaan penuh bagi rakyat dan negara Palestina,” tegasnya.
Sikap selanjutnya yaitu PBNU menuntut Presiden Indonesia Joko Widodo agar mempertimbangkan hubungan diplomatik antara Indonesia dengan Amerika Serikat.
Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) juga terus melakukan upaya solidaritas, baik lahir maupun batin untuk Palestina. Setelah menggalang dukungan umat Islam Indonesia, NU mengintruksikan kepada Nahdliyin dan bangsa Indonesia untuk membaca Qunut Nazilah dan Hizib Nashor sebagai bentuk solidaritas untuk Palestina.
Instruksi yang tertuang dalam surat Nomor 1693/C.I.34/12/2017 pada Selasa (19/12/2017) ini sebagai bentuk ikhtiar lanjutan setelah kecaman, penolakan, dan diplomasi dari sejumlah negara tidak direspon baik oleh Amerika Serikat.
Maka dari itu, PBNU menginstruksikan kepada seluruh kepengurusan NU di semua tingkatan dan kepada pimpinan pondok pesantren, masjid, dan musholla untuk membacakan qunut nazilah dan hizib nashor.