"Rina Nose Mau Buka Hijab Atau Sekalian Buka 'Anunya' Itu Terserah Dia", Postingan Orang Yang Tinggal di Jepang Selama Bertahun-tahun Ini Tampar Wajah Rina Nose

"Rina Nose Mau Buka Hijab Atau Sekalian Buka 'Anunya' Itu Terserah Dia", Postingan Orang Yang Tinggal di Jepang Selama Bertahun-tahun Ini Tampar Wajah Rina Nose

"Rina Nose Mau Buka Hijab Atau Sekalian Buka 'Anunya' Itu Terserah Dia", Postingan Orang Yang Tinggal di Jepang Selama Bertahun-tahun Ini Tampar Wajah Rina Nose


Beberapa waktu belakangan ini pembicaraan tentang Rina Nose yang bernama asli Nurina Permata Putri (33) ramai dibicarakan.

Salah satu penyebabnya adalah tulisannya tentang Jepang, saat ia beberapa hari disana. Tulisan tersebut mengesankan bahwa Jepang bisa sedemikian baik bahkan saat mereka tidak ber-Tuhan.

Tulisan tersebut dibuat Rina Nose pada 9 Agustus 2017, ketika bertandang ke Negeri Matahari Terbut untuk keperluan suatu program acara petualangan.

Terlihat di status tersebut, tulisan itu dibuat dengan penanda lokasi di Adachi-ku, Tokyo, Jepang.

Berikut tulisan Rina Nose:

Ada pelajaran baru yang saya dapat dari penduduk Jepang selama dua hari saya disini. Mayoritas penduduk sini rupanya tidak memiliki kepercayaan terhadap suatu agama, bahkan Tuhan.

Tapi sebagian mereka percaya bahwa ada kekuatan yang jauh lebih besar dari diri mereka.

Ada yang menarik, tanpa kepercayaan terhadap agama tertentu, mereka begitu menjunjung tinggi nilai moral dan kemanusiaan.

Memiliki rasa syukur yang begitu besar atas semua kenikmatan yang mereka peroleh, dengan cara menghormati setiap makhluk hidup, makanan dan alam.

Memiliki kesadaran tinggi akan ketertiban, kedisiplinan, dan kebersihan.

Sulit menemukan tempat sampah di sini, tapi juga sulit menemukan sampah berceceran di setiap sudutnya.

Hampir tidak ada. (Mungkin saya belum mengunjungi semuanya, tapi sejauh mata ini melihat, memang setiap sudutnya terlihat rapih dan bersih).

Satu hal lain yang menarik perhatian saya, ketika saya menemukan beberapa penduduk asli yang tiba-tiba ingin memeluk suatu kepercayaan.

Kemudian saya bertanya, kalau hidupmu sudah sebaik ini tanpa agama, lalu kenapa kamu ingin mencari Tuhan dan ingin memiliki agama?

Tulisan tersebut mendapat reaksi keras dari warganet, Mohamad Yusup, salah satu orang Indonesia yang pernah tinggal bertahun-tahun di Jepang menjawab pernyataan kontroversial Rina Nose di instagramnya.

Dia menulis mengenai keadaan sebenarnya yang terjadi di Jepang. Hal ini membungkam pernyataan Rina Nose yang viral tersebut.

Berikut tulisan lengkap Muhamad Yusup diambil dari akun facebook pribadinya:

Datang 2-3 hari ke Jepang, lalu bikin heboh di Indonesia itu rasa nya ngga fair.

Singgah lah beberapa tahun di Jepang, 5-10 th an gitu. Biar tahu luar dalam nya:) Saya pun jatuh hati dng negara ini, tetapi marilah kita memandang segala sesuatu dng dua sisi, dunia dan akhirat.

Jepang bukan hanya soal kebersihan, keamanan, ketertiban, bebas macet dan kenyamanan Tp ada juga banyak cerita tentang hati yang kosong dan angka bunuh diri yang tinggi (20.000-30.000/th). Tampak hebat secara sosial tetapi banyak yang gagal secara individu.

Banyak orang yg menimbun sampah di dalam kamar nya, setiap saat saya menyaksikan senior yg membully junior nya sehingga banyak yg putus kerja depresi padahal untuk sampai kerja sudah berjuang di sekolah bertahun-tahun, atau bahkan orangtua di rawat di rumah sakit dan di panti jompo yg kehilangan kasih sayang anak nya, jangan kan nungguin saat di rawat di rumah sakit, menjenguk pun jarang.

Kalau mau menjelaskan tentang kehidupan di Jepang yang tanpa agama, lihatlah dua sisi. Maka akan nampak unggul dengan urusan dunia, tetapi tidak dengan urusan akhirat.

Tulisan ini bukan untuk di tunjukkan ke seseorang itu aja, belum tentu orang nya juga baca tulisan ini. Dah saya mah siapa atuh:), tapi saya hanya ingin adik adik saya, sahabat dan kenalan lain nya tidak terpengaruh oleh pemikiran pemikiran liberal, sekuler dan semacam nya.

Poto di bawah ini adalah poto shinkansen, transportasi hebat kebanggaan Jepang. Fasilitas shinkansen layak nya pesawat,ada first class dan ekonomi nya juga, ada ruang makan,ruang tidur dan bahkan sekarang ada kolam air panas nya.

Kecepatan tertingginya bisa mencapai 300 km/jam. Perbandingan dng transportasi lain nya, jika dng bus kota tanpa macet menghabiskan waktu sekitar 8 Jam, dengan shinkansen cukup sekitar 2,5 Jam.

Tetapi percayalah, kita tidak bisa menggunakan shinkansen saat nyebrang di jembatan Shiratal Mustaqim:)

Wallahu A' lam Bishawab.
Next article Next Post
Previous article Previous Post