Kalau bukan karena kelelawar yang menyeruak masuk dalam rumahnya, Hanifah nampaknya tak akan menyadari kalau malam telah larut. Pandangannya pun mengikuti arah kelelawar itu terbang hingga berhentilah ke arah jam dinding yang menunjukkan pukul sebelas malam.
Setengah terkejut, ia segera matikan televisinya dan bergegas menutup pintu rumah. Namun, baru saja ia hendak menutupnya, matanya mendadak terbelalak begitu mendapati sebuah cahaya terang yang muncul dari balik semak semak tak jauh dari rumahnya.
"Ada orang meninggal lagi ya, kok terang amat" pikirnya dalam hari sembari menatap lamat hamparan pemakaman yang membentang tak jauh dari rumahnya itu.
Karena rasa penasaran yang membebat hatinya, ia pun coba dekati sumber cahaya itu. Meski dengan di iringi rasa takut namun agaknya perasaan takut itu kalah oleh rasa penasaran yang menyelimuti hatinya. Setelah beberapa saat berjalan, ia heran karena tak ada satupun orang yang di temuinya disana.
Meski langkah semakin bergetar, namun ia tetap bertahan karena rasa penasarannya yang semakin menjulang. Dan tatkala posisinya telah dekat, Hanifah nyaris tak percaya dengan apa yang telah di lihatnya itu. Cahaya terang yang mengundang perhatiannya itu ternyata bukan berasal dari petromaks selayaknya jika ada pemakaman pada malam hari, melainkan berasal dari gundukan tanah yang tampaknya masih baru. Makam baru itu bukan lain merupakan milik pak Maulana yang baru di kebumikan jenazahnya tadi siang.
Dengan langkah tergopoh, ia menghamburkan diri dari tempat itu menuju rumahnya. Di bangunkan sang suami yang telah terlelap sejak pukul sembilan itu. Mendengar penuturan Hanifah semula sang suami itu tak percaya, namun ia tak bisa mengingkarinya lagi tatkala mata kepalanya menyaksikannya sendiri secara langsung.
Malam itu adalah malam jum'at, mereka tak habis fikir mengapa kuburan pak Maulana begitu terang. Bagaimanakah kehidupan pak Maulana semasa hayatnya hingga ia mendapatkan nikmat kubur yang sedemikian itu? Agaknya ribuan tanya terasa bergelayut pada benak suami istri itu. Keesokan harinya, mereka tetap bungkam tidak menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun karena khawatir jika tak ada yang mau mempercayainya.
Seminggu telah berlalu, malam jum'at tiba kembali. Lagi-lagi mereka saksikan peristiwa serupa di makam pak Maulana. Melihat situasi itu, mereka pun tidak lagi sanggup menahan hasrat untuk menceritakan apa yang mereka saksikan tersebut kepada warga sekitar.
Tak pelak, masyarakat Desa Sukamaju, Tanggamus pun gempar. Orang-orang ramai membicarakan lelaku dan akhlak pak Maulana semasa hayat hingga sampailah kabar tersebut ke telinga kyai desa setempat, kyai Safar namanya. Baginya, peristiwa tersebut tidaklah mengherankan jikalau melihat kepribadian pak Maulana yang di kenal ahli ibadah, sederhana dan baik kepada semua orang itu.
"Apa yang terjadi pada pak Maulana nerupakan sebagian kecil dari tanda kasih sayang Allah kepada hambaNya yang selalu melaksanakan sholat dengan cara berjamaah dan berbuat baik kepada semua orang. Lebih dari itu, sungguh Allah masih memiliki banyak rahasia." Kata Kyai Safar.
Kyai Safar pun menuturkan hari - hari pak Maulana, menurutnya ketika masih hidup pak Maulana menafkahi keluarganya dari hasil kerja sebagai buruh tani. Ia juga gemar membantu orang lain jika memerlukan pertolongannya. Di samping itu, pak Maulana merupakan pribada yang senantiasa menjaga lima waktunya untuk berjamaah di masjid. Terkecuali jikalau ada halangan tertentu.
Menjelang akhir hayatnya, terpaksa profesi buruh tani dan buruh kuli ia tinggalkan karena penyakit hepatitis yang membelenggu raganya. Dengan berat hati, ia limpahkan tanggung jawab itu kepada sang istri. Namun dalam hal beribadadah ia tak mau menyerah, meski harus berjalan tertatih dengan bertumpu pada sebatang kayu, ia pun masih rutin berjamaah di masjid.
Kian nampak, penyakit yang di derita pak Maulana semakin parah hingga kulitnya pun menguning. Namun dari pancaran matanya yang teduh, pak Maulana terlihat begitu ikhlas, bahagia dan tegar.
Waktu terus berjalan, penyakit itu kian bersarang dalam tubuh pak Maulana. Ia putuskan sesekali menginap di masjid agar tetap bisa berjamaah. Namun keinginan itu di tolak oleh anggota keluarganya. Tentu saja mereka tak sampai hati melihatnya yang sedang di dera sakit parah harus tidur sendirian di masjid. Akhirnya dengan terpaksa, pak Maulana pun pulang ke rumahnya.
Hingga suatu hari, pak Maulana memaksa di antar ke masjid untuk menunaikan shalat jumat. Sesampainya disana ia langsung menempati shaf paling depan tepatnya di belakang kanan posisi imam. Shaf tersebut memang tak pernah sempat di tempati oleh orang lain karena pak Maulana selalu datang paling awal dan menempatinya terlebih dahulu.
Selesai khatib menyampaikan khutbah kedua, sang muadzin bergegas mengumandangkan iqamah, terlihat semua jamaah mengangkat badan untuk berdiri. Terkecuali pak Maulana yang masih belum juga bangkit. Mengira dirinya tertidur, jamaah yang berada di sampingnya pun mencolek bahunya untuk membangunkan, namun pak Maulana tak juga bergerak, hingga akhirnya jamaah itu pun menarik bahunya lebih kuat, bukannya terbangun, tubuh pak Maulana malah terjengkang dan oleng ke belakang. Seketika salah satu jamaah yang menariknya pun berteriak hingga mengagetkan jamaah yang lain.
"Masya allah pak Maulana!"
Sang imam pun turut memeriksa kondisi fisik pak Maulana. Di rabanya bagian denyut nadi pak Maulana hingga degup jantung di dadanya. Raut wajah sang imam pun lantas berubah, dari bibirnya terucap,
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun... Pak Maulana telah meninggalkan kita semua"
Kepergian pak Maulana begitu indah dan mulia, ia di panggil dengan begitu mudahnya dalam posisi sedang beribadah kepada Allah. Maka tak heran jika Allah pun melimpahkan segenap nikmat berupa pancaran cahaya dari dalam kuburnya. Wallahu A'lam.
Semua nama pelaku yang tercantum telah di samarkan kecuali nama tempat
Sumber: Kabarmakkah.com
Setengah terkejut, ia segera matikan televisinya dan bergegas menutup pintu rumah. Namun, baru saja ia hendak menutupnya, matanya mendadak terbelalak begitu mendapati sebuah cahaya terang yang muncul dari balik semak semak tak jauh dari rumahnya.
"Ada orang meninggal lagi ya, kok terang amat" pikirnya dalam hari sembari menatap lamat hamparan pemakaman yang membentang tak jauh dari rumahnya itu.
Karena rasa penasaran yang membebat hatinya, ia pun coba dekati sumber cahaya itu. Meski dengan di iringi rasa takut namun agaknya perasaan takut itu kalah oleh rasa penasaran yang menyelimuti hatinya. Setelah beberapa saat berjalan, ia heran karena tak ada satupun orang yang di temuinya disana.
Meski langkah semakin bergetar, namun ia tetap bertahan karena rasa penasarannya yang semakin menjulang. Dan tatkala posisinya telah dekat, Hanifah nyaris tak percaya dengan apa yang telah di lihatnya itu. Cahaya terang yang mengundang perhatiannya itu ternyata bukan berasal dari petromaks selayaknya jika ada pemakaman pada malam hari, melainkan berasal dari gundukan tanah yang tampaknya masih baru. Makam baru itu bukan lain merupakan milik pak Maulana yang baru di kebumikan jenazahnya tadi siang.
Dengan langkah tergopoh, ia menghamburkan diri dari tempat itu menuju rumahnya. Di bangunkan sang suami yang telah terlelap sejak pukul sembilan itu. Mendengar penuturan Hanifah semula sang suami itu tak percaya, namun ia tak bisa mengingkarinya lagi tatkala mata kepalanya menyaksikannya sendiri secara langsung.
Malam itu adalah malam jum'at, mereka tak habis fikir mengapa kuburan pak Maulana begitu terang. Bagaimanakah kehidupan pak Maulana semasa hayatnya hingga ia mendapatkan nikmat kubur yang sedemikian itu? Agaknya ribuan tanya terasa bergelayut pada benak suami istri itu. Keesokan harinya, mereka tetap bungkam tidak menceritakan kejadian tersebut kepada siapapun karena khawatir jika tak ada yang mau mempercayainya.
Seminggu telah berlalu, malam jum'at tiba kembali. Lagi-lagi mereka saksikan peristiwa serupa di makam pak Maulana. Melihat situasi itu, mereka pun tidak lagi sanggup menahan hasrat untuk menceritakan apa yang mereka saksikan tersebut kepada warga sekitar.
Tak pelak, masyarakat Desa Sukamaju, Tanggamus pun gempar. Orang-orang ramai membicarakan lelaku dan akhlak pak Maulana semasa hayat hingga sampailah kabar tersebut ke telinga kyai desa setempat, kyai Safar namanya. Baginya, peristiwa tersebut tidaklah mengherankan jikalau melihat kepribadian pak Maulana yang di kenal ahli ibadah, sederhana dan baik kepada semua orang itu.
"Apa yang terjadi pada pak Maulana nerupakan sebagian kecil dari tanda kasih sayang Allah kepada hambaNya yang selalu melaksanakan sholat dengan cara berjamaah dan berbuat baik kepada semua orang. Lebih dari itu, sungguh Allah masih memiliki banyak rahasia." Kata Kyai Safar.
Kyai Safar pun menuturkan hari - hari pak Maulana, menurutnya ketika masih hidup pak Maulana menafkahi keluarganya dari hasil kerja sebagai buruh tani. Ia juga gemar membantu orang lain jika memerlukan pertolongannya. Di samping itu, pak Maulana merupakan pribada yang senantiasa menjaga lima waktunya untuk berjamaah di masjid. Terkecuali jikalau ada halangan tertentu.
Menjelang akhir hayatnya, terpaksa profesi buruh tani dan buruh kuli ia tinggalkan karena penyakit hepatitis yang membelenggu raganya. Dengan berat hati, ia limpahkan tanggung jawab itu kepada sang istri. Namun dalam hal beribadadah ia tak mau menyerah, meski harus berjalan tertatih dengan bertumpu pada sebatang kayu, ia pun masih rutin berjamaah di masjid.
Kian nampak, penyakit yang di derita pak Maulana semakin parah hingga kulitnya pun menguning. Namun dari pancaran matanya yang teduh, pak Maulana terlihat begitu ikhlas, bahagia dan tegar.
Waktu terus berjalan, penyakit itu kian bersarang dalam tubuh pak Maulana. Ia putuskan sesekali menginap di masjid agar tetap bisa berjamaah. Namun keinginan itu di tolak oleh anggota keluarganya. Tentu saja mereka tak sampai hati melihatnya yang sedang di dera sakit parah harus tidur sendirian di masjid. Akhirnya dengan terpaksa, pak Maulana pun pulang ke rumahnya.
Hingga suatu hari, pak Maulana memaksa di antar ke masjid untuk menunaikan shalat jumat. Sesampainya disana ia langsung menempati shaf paling depan tepatnya di belakang kanan posisi imam. Shaf tersebut memang tak pernah sempat di tempati oleh orang lain karena pak Maulana selalu datang paling awal dan menempatinya terlebih dahulu.
Selesai khatib menyampaikan khutbah kedua, sang muadzin bergegas mengumandangkan iqamah, terlihat semua jamaah mengangkat badan untuk berdiri. Terkecuali pak Maulana yang masih belum juga bangkit. Mengira dirinya tertidur, jamaah yang berada di sampingnya pun mencolek bahunya untuk membangunkan, namun pak Maulana tak juga bergerak, hingga akhirnya jamaah itu pun menarik bahunya lebih kuat, bukannya terbangun, tubuh pak Maulana malah terjengkang dan oleng ke belakang. Seketika salah satu jamaah yang menariknya pun berteriak hingga mengagetkan jamaah yang lain.
"Masya allah pak Maulana!"
Sang imam pun turut memeriksa kondisi fisik pak Maulana. Di rabanya bagian denyut nadi pak Maulana hingga degup jantung di dadanya. Raut wajah sang imam pun lantas berubah, dari bibirnya terucap,
"Innalillahi wa inna ilaihi rajiun... Pak Maulana telah meninggalkan kita semua"
Kepergian pak Maulana begitu indah dan mulia, ia di panggil dengan begitu mudahnya dalam posisi sedang beribadah kepada Allah. Maka tak heran jika Allah pun melimpahkan segenap nikmat berupa pancaran cahaya dari dalam kuburnya. Wallahu A'lam.
Semua nama pelaku yang tercantum telah di samarkan kecuali nama tempat
Sumber: Kabarmakkah.com